Bittersweet Memory

12 6 1
                                    

Arvino dengan turtleneck adalah perpaduan yang mematikan, itu adalah kalimat yang cocok untuk menggambarkan dirinya saat ini. Fashakira lemah jika harus melihat Arvino seperti itu.

"Film tadi plot twist banget ya Ca tapi seru loh banyak pembelajarannya juga, kita jadi lebih aware sama diri sendiri." ungkap Arvino sambil mengemudi mobilnya.

Kenapa Arvino mode seperti ini membuat jantungnya mencelos setiap saat.

"Yups bener banget, ga nyangka ya alur ceritanya kaya gitu padahal tadi kita udah nebak banyak banget loh. Sama aja sih kak sebenernya gue juga kaget kenapa lo bisa tiba-tiba dateng." tuturnya pada lelaki itu.

"Gue kan emang biasa gini Ca, lo pergi kemana pun aja gue tau!" ungkapnya.

"Ya paling juga nanti tiba-tiba pergi." Fashakira tak memikirkan perkataannya itu bisa saja apa yang dikatakannya menjadi kenyataan.

Tidak ada lagi percakapan di antara keduanya hanya iringan musik yang meramaikan situasi tegang mereka.

Sepertinya, jalanan kota ini sedang berbaik hati untuk mereka, aksesnya lancar sekali tidak seperti biasanya. Fashakira bersyukur akan hal itu dia tidak perlu berlama-lama di samping Arvino, berada di dekat lelaki itu bisa menghabiskan seluruh oksigen yang ada.

"You're so gorgeous to night, Fashakira!" Tatapan mata teduh itu berhasil membuat jantung gadis yang berada di hadapannya berdetak tidak karuan.

Senyuman tipis dia berikan sebagai balasan dari pujian lelaki itu lalu bibir gadis itu mengatakan "Di setiap momen lo terlihat sempurna bagi gue."

Arvino mengangguk disertai senyuman. Hal ini begitu langka, walaupun sikap Arvino begitu peduli pada Fashakira tetapi malam ini terasa berbeda. Tidak ingin berfikiran macam-macam Fashakira keluar dari mobil.

"Besok lo gausah jemput gue kak, mau ngendarain motor sendiri biar lebih mandiri." ucapnya di selingi tawa.

Dia memasuki pekarangan rumahnya, sepertinya ini akan menjadi hal indah di tahun ini, dipertemukan lagi dengan manusia yang selalu melindunginya. Gadis itu sampai di kamar lalu membuka lemari, mengambil kotak berwarna merah muda yang lumayan besar.

Untukmu, Fashakira Ayudia!

Dia membuka kembali surat yang selama satu tahun dia simpan, itu adalah tulisan Arvino sebelum dia pergi meninggalkan Fashakira. Saat itu Arvino berpikir tidak akan bertemu lagi dengan gadis itu karena perpindahan tugas orang tuanya yang harus dia ikuti kemana pun dan sampai detik ini ternyata mereka masih dipertemukan. Luar biasa! Citta¹ yang menghubungkan keduanya begitu melekat.

Foto polaroid ikut meramaikan isi kotak itu, ada manfaatnya juga mereka mengabadikan setiap momen yang ada dan satu tangkai bunga mawar merah yang sudah kering berada di sana.

Dia menitikkan air mata jika suatu saat mereka benar-benar berpisah, apa masih ada kesempatan untuk mereka bertemu?

***

"Pagi, Ma, Pa," Fashakira menarik kursi di ruang makan, sudah rapih dengan seragam sekolahnya.


"Liburan kenaikan kelas nanti kamu mau pergi kemana?" Mama Fashakira membuka obrolan.

Ternyata sudah selama itu ya, baru saja dia liburan akhir semester sekarang sudah kenaikan kelas. Berarti Arvino akan lulus?

"Aku mau ke daerah Jawa Barat aja, Ma. Kangen suasana disana sekalian mau ketemu Martha ." jelasnya.

Martha adalah teman masa kecil Fashakira sebelum kedatangan Arvino, usia mereka berbeda dua tahun, perempuan itu kini menempuh pendidikan di salah satu Universitas Negeri di Jawa Barat.

"Ya sudah Mama hanya menuruti keinginanmu." ujarnya lembut.

"Papa dengar keluarganya Arvino sudah kembali kesini dan sekarang satu sekolah sama kamu." ucap Papa Fashakira.

"Iya, Pa." jawaban Fashakira lesu.

Ini yang tidak mau dia dengar, kembalinya Arvino kini sudah terdeteksi. Apa reaksi kedua orang tuanya kalau mereka sering jalan berdua? Yang lebih mirisnya, tidak ada hubungan selain pertemanan.

Citta¹ : Maksud Hati, Pikiran

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang