Bab 7

1.3K 217 20
                                    


"Prilly!"

Prilly yang sedang membersihkan halaman rumahnya menoleh saat mendengar suara teriakan dari sahabat sekaligus tetangganya. Joana.

"Kenapa Jo?"

"Bisa nggak sih nama gue jangan lo singkat gitu manggilnya." Protes Joana yang tidak terima sahabatnya memanggil namanya dengan singkat seperti itu. "Ntar pada ngira nama gue Jonathan lagi alih-alih Joana." Gerutunya yang membuat tawa Prilly terdengar.

Joana melangkah memasuki pekarangan rumah sahabat sekaligus tetangganya itu. "Gue dapat info loker nih lo mau coba ikutan tes nggak?" Tanya Joana sambil menyerahkan selembar kertas pada sahabatnya.

Prilly meletakkan sapu lalu beranjak mendekati Joana. Ia meraih kertas yang disodorkan Joana. "Lo ikut?" Joana menganggukkan kepalanya. "Ya meskipun kecil kemungkinan lolos tapi nggak apa-apa ikutan aja mana tau rejeki kita ya kan?"

Prilly menatap sahabatnya lalu menganggukkan kepalanya. Ia setuju dengan apa yang Joana katakan.

"Kalau lo gue sih yakin lo bakalan lolos tes di sini." Prilly menatap Joana dengan sebelah alis menukik. "Kenapa bisa seyakin itu lo?" Tanyanya.

Joana mengedikkan bahunya. "Lo pintar dari dulu jadi mana mungkin lo nggak lolos beda sama gue yang udah bebal dari lahir." Lanjutnya dengan tawa yang terdengar, Prilly ikut tertawa sahabatnya itu memang ceplas-ceplos sekali jika sudah berbicara.

"Oke deh gue ikutan mana tau emang rejeki gue." Prilly tidak berharap banyak tapi tidak ada salahnya jika ia mencoba, hitung-hitung ini pemanasan setelah sekian lama ia menyimpan ijazah sarjananya.

Joana mengacungkan jempolnya. "Eh Lo tau kabar terbaru tentang mantan lo nggak?" Prilly menoleh menatap Joana yang sedang berjalan menuju teras rumahnya. Prilly memilih abai dan kembali melanjutkan pekerjaannya,menyapu.

"Kenapa diem? Lo seriusan belum move dari kuda nil itu?"

"Daniel namanya Daniel, Joana."

"Persetan! Namanya kebagusan untuk cowok yang prilakunya kayak binatang itu." Maki Joana yang lagi-lagi membuat Prilly menghela nafasnya.

"Udahlah biarin aja lagian udah lama juga kami nggak berhubungan lagi." Respon Prilly sambil terus menyapu membersihkan halaman rumahnya.

"Memang harus kalau gue tahu lo masih berhubungan sama kuda nil itu." Joana menggerakkan tangannya menuju lehernya. "Gue gorok beneran lo." Sambungnya dengan ekspresi yang begitu serius.

Alih-alih takut Prilly justru tertawa melihat sahabatnya itu.

"Lo hari ini nggak ke pasar?" Prilly menggelengkan kepalanya. "Ibu yang kesana katanya hari ini di kedai nggak terlalu rame jadi gue dirumah aja buat bersih-bersih." Jawab Prilly.

Kondisi Lela Ibunya memang sudah lebih baik setelah sempat drop beberapa waktu lalu. Dan sekarang wanita paruh baya itu kembali beraktivitas seperti biasanya.

"Nanti malam ke kota yok!" Ajak Joana tiba-tiba.

Prilly menoleh menatap Joana dengan ekspresi jengah. "Lah terus lo sekarang tinggal dimana kalau bukan kota? Di gunung?" Tawa Joana terdengar, kota yang Joana maksudkan adalah mall.

Prilly benar-benar tak habis pikir dengan sahabatnya itu. "Nonton kita gue udah beli tiketnya dua." Kata Joana lagi.

"Gue belum izin--"

"Gampang ntar gue yang ijinin lo sama Tante." Potong Joana yang akhirnya membuat Prilly mau tidak mau menganggukkan kepalanya.

Setelah itu mulailah Prilly memasang telinganya mendengar aneka ragam gosip panas yang Joana ceritakan padanya. Prilly heran entah darimana Joana tahu mengenai gosip-gosip yang sedang beredar padahal jelas-jelas sahabatnya itu lebih sering menghabiskan waktunya dengan menonton drakor dirumahnya alih-alih berkumpul bersama tetangga yang lain.

Luar biasa sekali koneksi Joana ini.

***

"Jo mending gue pulang aja ya nggak nyaman gue rame-rame begini." Prilly menahan lengan Joana yang ingin mengelilingi mall. Mereka terlebih dulu tiba disana sebelum waktu film yang mereka tonton diputar.

Joana menoleh menatap sahabatnya. "Lo kebanyakan bergaul sama sayur mayur jadinya gini ketakutan pas ngeliat orang rame." Prilly menepuk pelan mulut Joana yang begitu lancar ketika menghina dirinya.

Joana hanya mendesis karena tepukan Prilly lumayan sakit. "Udahlah ayok keliling dulu kita mana tau ketemu jodoh disini kan lumayan pulang-pulang bawa jodoh buat emak dirumah." Cerocos Joana sambil menyeret sahabatnya untuk mengikuti langkahnya.

Prilly hanya bisa menghela nafasnya dengan sangat terpaksa ia mengikuti langkah Joana mengelilingi mall yang begitu luas ini.

Prilly sebenarnya terhibur dengan apa yang ia lihat hanya saja ia merasa tidak nyaman jika harus berdesak-desakan dengan orang ramai ketika berebut ingin membeli barang diskon seperti yang dilakukan Joana sekarang ini.

Prilly hanya bisa pasrah melihat sahabatnya yang berteriak menawar pada karyawan toko yang bertugas padahal jelas-jelas disana sudah tertera harga barangnya.

"Maaf Mbak semua harga disini sudah fix dan nggak bisa ditawar lagi."

"Yaelah dimana-mana kalau jual beli harus ada tawar menawarnya kalau nggak kurang afdol, ya nggak Pril?" Ujar Joana pada karyawan sambil menoleh meminta bantuan sahabatnya. Yang pasti tidak hanya karyawan itu yang mendengar lengkingan suara Joana tapi pengunjung yang lain juga.

Dan Prilly refleks menutup wajahnya saat beberapa pengunjung menoleh kearahnya. "Saya nggak kenal dia kok. Bukan teman saya itu." Jawab Prilly sambil memperlihatkan senyuman terpaksa nya.

Prilly memilih menyingkir dari sana dan karena terburu-buru ia tidak sengaja menabrak sesuatu tepatnya seseorang namun sayangnya justru Prilly yang terpental hingga tersungkur ke lantai.

Brak!

Prilly tidak tahu seberapa kuat 'tabrakan' itu hingga membuat tubuhnya terpental. Ringisannya terdengar saat Prilly merasakan sakit pada pinggang juga telapak tangannya.

"Jalan pakek mata makanya!"

Merasa familiar dengan suara itu sontak Prilly mendongak menatap sosok yang baru saja ia tabrak dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah songong si pria yang membuat kepala Prilly sontak mendidih.

"Dasar tua bangka." Maki Prilly yang sontak membuat wajah pria itu berubah shock.

Prilly berdiri tegak didepan pria itu mengabaikan rasa sakit pada pinggang juga telapak tangannya. Ia tidak mau terlihat lemah didepan pria tua ini.

Ali yang sedang mengunjungi salah satu mall milik Ayahnya itu juga tidak menyangka jika ia akan kembali bertemu dengan si cebol yang selalu saja berhasil membuat moodnya rusak.

"Lo bilang apa?"

"Tua bangka!" Jawab Prilly dengan begitu berani.

Ali sudah mengacungkan telunjuknya ke depan wajah Prilly saat tiba-tiba suara seorang Ibu-ibu terdengar dibelakangnya. Ali tidak perduli hingga akhirnya Ali merasakan dorongan dari belakang tubuhnya karena tidak siap tubuh besar Ali terdorong ke depan menabrak tubuh Prilly hingga keduanya berakhir mengenaskan di lantai mall.

Kejadian itu jelas menarik perhatian seluruh pengunjung terlebih ketika mereka berebut mengabadikan momen dimana pewaris tunggal Hutama sedang menindih seorang gadis dan yang paling fatal adalah bibir Ali yang ikut menindih bibir Prilly.

Benar-benar luar biasa.

*****

Aku pengen Update rutin tiap hari tapi ngeliat yang komen dan vote cerita ini yang dikit banget buat aku sedih jadi idenya juga susah.

Tetap kayak biasanya kalau mau update lancar yok komen dan vote karena komenan kalian benar2 buat mood aku ngetik terus ide aku juga lancar...

Mrs AliandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang