Bab 12 Mengubah Penampilan

5 0 0
                                    


Sofia dan Anisa berjalan beriringan meninggalkan kantor baru mereka. Matahari sudah mulai redup. Aktivitas di halaman kantor diwarnai dengan para karyawan yang hendak meninggalkan tempat mereka mencari nafkah.

"Naik apa, Mbak Sofi, pulangnya?" tanya Anita ketika mereka sudah keluar lobi.

"Naik bis, Mbak."

"Mau aku antar? Aku bawa motor, kebetulan tadi sekalian antar adik jadi masih ada helm."

"Tidak usah Mbak, jadi merepotkan." Sofia mencoba menolak tawaran Anita. Ia tidak mau merepotkan teman barunya itu. Ia berprinsip selagi masih bisa melakukan segala sesuatu sendiri, ia tidak akan minta bantuan orang lain.

"Enggak apa-apa biar aku juga tahu tempat tinggal Mbak Sofi." Melihat ketulusan dari Anita akhirnya Sofia luluh. Ia bersedia untuk diantar Anita. Akhirnya Sofia mengikuti Anita berjalan menuju tempat parkir motor khusus karyawan yang terletak di belakang gedung.

Anita menyodorkan helm ke Sofia. Setelah dijelaskan arah tempat tinggalnya yang ternyata searah, mereka berdua meninggalkan kantor itu.

Suasana jalan raya ramai oleh lalu lalang kendaraan baik roda dua atau roda empat. Mereka melintasi sepanjang jalan W.R Supratman menuju arah Pulogadung. Anita mengarahkan kendaraannya ke daerah Cakung tempat tinggal Sofia.

"Mampir dulu, Mbak."

Anita menerima ajakan untuk mampir di kost Sofia.Setelah memarkir kendaraan indekost yang tidak seberapa luas, Anita mengikuti Sofia menuju kamar

"Begini Mbak tempat kost saya sempit," Ucap Sofia usai membuka pintu kamar. Hawa pengap mereka rasakan begitu masuk kamar. Ventilasi yang terbatas serta seharian tertutup membuat kamar itu terasa pengap dan panas. Sofia menyalakan kipas angin untu megurangi hawa panas.

"Sudah lama tinggal di sini, Mbak?" Anita duduk di lantai beralaskan karpet tipis.

"Sudah, sejak saya ke Jakarta dan bekerja di toko buku sambil kuliah."

Sofia menyuguhkan segelas air putih. Setelah menghabiskan segelas air putih Anita berpamitan.

"Maaf, Mbak Sofi, saya tidak bisa lama-lama, langsung pulang ya." Anita beranjak dari duduknya.

"Makasih ya, Mbak, sudah mau antar aku."

"Iya, jangan lupa besok pakai make up ya, biar tidak ditegur Bu Grace," ucap Anita mengingatkan.

"Iya, Mbak, nanti saya beli dulu peralatannya. Ngomong-ngomong Mbak Anita belajar make up dari mana?"

"Belajar sendiri lihat tutorial di internet, Aku juga masih belajar kok, makanya belum bisa sebagus Mbak resepsionis tadi. Pulang dulu ya."

"Hati-hati, Mbak." Anita mulai menstater motornya kemudian melaju perlahan meninggalkan pelataran sempit indekost Sofia.

Sepeninggalannya Anita, Sofia mulai membereskan kamar dan mencucui baju sekaligus mandi. Ia berencana sehabis magrib akan membeli peralatan make up yang tak jauh dari toko buku Pak Hadi.

"Mbak, buat make up apa saja?" tanya Sofia ke penjaga toko sesampainya di toko alat kecantikan.

Penjaga toko menunjukkan contoh peralatan make up dari berbagai merk.

"Yang harganya tidak terlalu mahal yang mana, Mbak?"

"Ini, Mbak. Banyak yang pakai dan cocok."

Dibantu penjaga toko Sofia memilih alas bedak, eyeshadow, blush on, maskara serta pensil alis. Setelah menyelesaikan transaksi, Sofia langsung pulang. Ia mampir sebentar di warteg langganannya untuk membeli makan malam.

Malam harinya Sofia mulai belajar menggunakan make up. Setelah bertahun-tahun tidak pernah memperhatikan wajahnya, kali ini ia memandang pantulan wajahnya agak lama di cermin. Ia memperhatikan dengan seksama kulit wajahnya. Kusam.

Bukan tanpa sebab ia sengaja tidak merawat wajahnya. Bertahun yang lalu ia sengaja membuat wajah cantik alaminya agar terlihat jelek. Namun, kali ini karena tuntutan pekerjaan mau tidak mau ia harus berupaya merawat kembali wajahnya.

Setelah menemukan tutorial make up, Sofia mulai menirukan cara menggunakan make up. Ia mengikuti tahap-tahap bermake up mulai dari membersihkan wajah, menggunakan alas bedak dan bedak sampai menggunakan eyeshadow, blush on hingga pensil alis dan lipstick. Ia memandang wajahnya yang berubah. Walaupun belum terlalu rapi, tetapi hasilnya sudah lumayan.

Keesokan harinya, masih mengenakan seragam yang sama seperti hari pertama, Sofia berangkat lebih awal seperti kemarin. Sofia menunggu di lobi seperti pesan Bu Grace kemarin. Tak lama setelah duduk di sofa lobi, Anita datang.

"Hai Mbak Sofi, cantik sekali, hampir-hampir aku tidak mengenali Mbak."

"Mbak Anita, bisa saja." Sofia merasa malu mendengar pujian dari temannya itu.

Pagi itu mereka dikumpulkan di ruang rapat perusahaan. Selain Sofia dan Anita, hadir juga semua karyawan dari Divisi Marketing. Kali ini mereka akan mendapatkan pengarahan langsung secara umum dari Bu Grace yang merupakan pengarahan rutin tiap bulannya.

Mereka duduk melingkar di belakang meja yang diatur sedemikian rupa. Bu Grace duduk di depan menghadap mereka. Di samping Bu Grace duduk Pak Abim, anak tunggal dari pemilik perusahaan ini.

"Selamat pagi semuanya. Seperti pertemuan rutin bulanan di Divisi Marketing saya akan menyampaikan pencapaian hasil kerja bulan lalu sekaligus rencana kerja untuk masing-masing tim marketing. Sebelum saya lanjutkan, saya akan memperkenalkan karyawan baru kita Saudari Sofia dan Saudari Anita, silakan berdiri."

Sofia dan Anita berdiri hampir bersamaan dan membungkukkan sedikit badannya untuk menghormati peserta rapat. Semua mata tertuju ke mereka berdua.

"Saudari Sofia nanti akan masuk tim Pak Bayu sedangkan Saudari Anita akan masuk ke tim Bu Vina menggantikan mereka yang beberapa waktu lalu mengundurkan diri. Tolong untuk Pak Bayu dan Bu Vina untuk menjelaskan secara rinci job disk mereka setelah pertemuan ini."

Usai membuka rapat dan mengenalkan Sofia dan Anita, Bu Grace mulai memaparkan hasil kerja selama bulan lalu. Nampak grafik batang terpampang di layar monitor lebar yang berada di depan. Setelah itu terganti dengan slide berikutnya berupa uraian pendukung keberhasilan dan hambatan yang mereka hadapi. Semua peserta rapat menyimak dengan seksama terutama Abim selaku wakil direktur.

"Demikan yang bisa saya sampaikan, sebelum saya lanjutkan ke rencana kerja bulan berikutnya, saya persilakan Pak Abim untuk memberikan tanggapan."

"Tolong grafik yang tadi, Bu Grace," pinta Abim sebelum memulai. Layar monitor menampilkan kembali grafik pencampaian hasil kerja yang tadi dijelaskan oleh Grace.

"Baiklah, selamat pagi, selamat datang saya ucapakan ke Saudari Sofia dan Saudari Anita, selamat bergabung dengan perusahaan kami."

Abim menghentikan pembicaraannya sejenak, pandangannya mengarah ke Anita dan Sofia secara bergantia. Ketika memandang Sofia, secara tak sengaja mereka saling bersitatap. Ada debar aneh mendadak muncul dalam dada Sofia.

*bersambung*

Menepis Nista, Meraih AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang