"Mama Nono lapar..."
Seorang anak laki laki berusia sekitar 4 tahun menarik narik celana panjang wanita yang tengah sibuk berbicara dengan seorang pria paruh baya di depannya. Mungkin wanita tersebut tak mendengarnya sama sekali sehingga tak menanggapi anak kecil di sisinya.
"Mama..."
"Jeno, kamu makan sama pengasuh dulu, Jeno kan udah besar jadi harus mandiri. Mama harus ngurusin adik kamu, dia lagi sakit" Mama Lee memegang kedua bahu kecil Jeno berbicara dengan wajah cemas lalu buru buru berbalik.
"Ayo Dok cepat tolong anak saya!" Serunya pada sang Pria paruh baya yang tadi dia ajak berbicara. Dokter mengangguk mengikuti Mama Lee dengan langkah lebar.
Jeno berdiri menatapi punggung Mama nya yang semakin menjauh dengan sedih. Mama selalu lebih mementingkan adiknya, padahal dia kan sedang lapar dan ingin di suapi seperti adiknya.
Tak lama suara langkah kaki ringan menghampiri Jeno kecil yang sedang berdiri sendirian di ruang tamu.
"Tuan muda ayo Bibi temani makan" suara tanpa emosi juga wajah tanpa rasa hormat ataupun kelembutan sudah biasa Jeno melihatnya. Dia hanya diam melangkahkan kaki pendeknya menuju dapur.
Pengasuh menyajikan semangkuk bubur seafood dengan segelas jus apel di hadapan Jeno. Meja yang panjang itu kini hanya di duduki oleh seorang anak kecil berusia 4 tahun terlihat kosong dan sepi.
"Pergilah Bibi" Dia menunduk menggenggam sendok dan mulai makan tanpa menatap sang Pengasuh sama sekali. Pengasuh tak mengelak dia diam diam pergi dari dapur.
Sunyi, rumah yang besar dengan banyak hiasan mahal tak pernah menarik bagi Jeno, karna semakin besar rumah tersebut, semakin terasa kekosongannya. Keluarganya beranggotakan 5 orang yaitu Papa, Mama, Kakak, dirinya dan saudara kembarnya atau bisa di bilang adiknya.
Ingatannya di mulai semenjak usia 3 tahun, dan selama dua tahun ini yang ada di dalam memorinya hanya kedua orang tua juga Kakak yang hanya mengkhawatirkan kembarannya.
Saudaranya terlahir lemah dan sakit sakitan. Dia sendiri sehat dan kuat. Keluarganya hanya akan terus menyuruhnya untuk menyerah pada adiknya.
Di katakan bahwa tak ada orang tua kandung yang tidak menyukai anaknya. Namun dia adalah pengecualian.
Menghabiskan bubur Jeno beralih menengguk segelas jus apel dengan cepat lalu membereskan mangkuk juga gelas secara hati hati. Merasa tak ada lagi yang dapat dia lakukan dia berlari ke kamarnya untuk bermain sendiri.
Anak kecil usia 4 tahun sedang senang senangnya bermain dengan apapun bagi mereka yang terasa menyenangkan.
.
"Huwaaaa! Nana mau pinjam mobilnya!"
"Jangan! Ini punya Nono!"
Jeno memeluk erat mobil pemadam kebarakan miliknya tak ingin memberikannya sama sekali. Itu adalah mainan kesukaannya.
Mama Lee yang mendengar putranya menangis datang dengan tergopoh gopoh melihat Jaemin yang menangis kencang juga Jeno yang hanya diam di tempatnya.
"Astaga! Jeno! Adik kamu nangis kenapa gak di tolongin?!" Seru Mama Lee cemas buru buru menggendong putra bungsunya mencoba menenangkannya.
"Nana mau mobil Kak Nono Ma huks!" Jaemin mengeluh dengan mata merahnya membuat hati Nyonya Lee sakit melihatnya. Dia menatap Jeno.
"Jeno, adik kamu itu sakit dia lemah kamu harusnya ngalah sama adik kamu! Jangan egois! Cepet kasih mobilnya!" Wajah Nyonya Lee mengerut tanda tak senang.
"Ini mobil Nono! Nono suka mobil ini Ma!" Tolak Jeno kecil mundur selangkah masih bersikeras mempertahankan mainan kesayangannya.
"Ck! Kamu itu udah besar! Minta pengasuh buat beliin lagi nanti. Siniin mobilnya!" Nyonya Lee meraih mobil di pelukan Jeno, awalnya Jeno masih enggan berusaha mempertahankannya. Tapi apalah daya anak seusianya tak punya banyak tenaga akhirnya dia tersungkur sedangkan mobilnya terlepas dari genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle Of Destiny ✓
AcakJeno dan Jaemin adalah saudara kembar, tetapi mengapa kehidupan mereka sangat berbeda? Bxb Soobjen Hyuckno Jeno x all