*Chapter 40*

2.2K 201 11
                                    

Gara tidak bermaksud ingin bunuh diri atau semacamnya. Ia hanya merasa lelah dan ingin beristirahat sejenak. Ia bosan meminum obat terus-menerus.

Bukankah sudah ada alat pacu jantung? Harusnya sekarang kondisi jantungnya sudah baik-baik saja, kan? Jadi ia pikir mungkin tidak masalah jika tidak meminum obatnya lagi.

Sayangnya ada satu hal yang Gara lupakan mengenai penyakit kardiomiopati hipertrofi yang di deritanya, bahwa penyakit itu tidak bisa disembuhkan dan tidak bisa di kendalikan hanya dengan pemasangan perangkat medis seperti alat pacu jantung saja. Obat-obatan, operasi, serta penyesuaian gaya hidup juga diperlukan untuk mengontrol penyakit itu agar tidak bertambah parah.

Apalagi semenjak kejadian dua tahun yang lalu, membuat penyakitnya itu sudah berada ditahap kronis. Jadi Gara harus menjalani pengobatan seumur hidup. Ia tidak bisa lepas dari obat-obatan.

Setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada jantungnya. Gara lantas dipindahkan ke ruang rawat VVIP yang sudah seperti kamar kedua baginya itu. Thaka dan oma menemani Gara yang kini tengah tertidur dengan berbagai macam alat medis melekat ditubuhnya dan juga masker oksigen yang membantunya untuk bernapas.

Adryan dan Shino sedang berada di ruang dokter Brian untuk mendengarkan hasil pemeriksaan Gara.


◾◽◾◽

"Saat pemeriksaan terakhir kali, otot jantungnya yang menebal masih bisa di katakan baik-baik saja, asalkan Gara rutin meminum obat, bisa mengendalikan stres nya dengan baik dan menjaga pola hidup sehat. Tapi karna selama tiga hari terakhir Gara tidak meminum obatnya dan di tambah mengalami stres berat. Sekarang otot jantungnya yang menebal semakin terlihat abnormal sehingga mulai terjadi penyumbatan aliran darah," jelas dokter Brian sembari menunjukkan gambar kondisi jantung Gara yang ada di layar komputer, hasil pemeriksaan beberapa hari yang lalu dan hasil pemeriksaan sekarang.

"Jadi itu yang menyebabkan Gara pingsan, dok? Berarti bukan karna dia terserang demam atau karna kemampuan indigo nya yang buat dia pingsan abis selesai ziarah?" Tanya Shino.

Dokter Brian mengangguk sebagai jawaban. Adryan yang juga berada di ruang dokter Brian itu masih nampak diam, mendengarkan dan menunggu dokter Brian hingga selesai menjelaskan mengenai kondisi Gara.

"Untuk mengurangi penyumbatan aliran darah akibat penebalan dinding jantung, dapat dilakukan tindakan septal reduction therapy. Saya sudah pernah menjelaskan ada dua jenis tindakan yang bisa di lakukan yaitu ablasi septum melalui kateterisasi dan--" dokter Brian sengaja menggantungkan kalimatnya sembari menatap Adryan. Ia yakin ayah dari pasien nya itu pasti mengerti maksudnya.

"Miektomi septum?" Adryan langsung melanjutkan.

"Ya, operasi miektomi. Karena sebelumnya tindakan ablasi septum sudah pernah di lakukan. Jadi sekarang hanya tersisa satu pilihan, yaitu tindakan operasi." Ujar dokter Brian.

"Pa, Gara gak mungkin mau dioperasi. Waktu pemasangan alat pacu jantung yang cuma di sayat sedikit aja, dia awalnya gak mau, kan? Apalagi kalo operasi miektomi yang otomatis dada nya harus di belah. Shino yakin Gara gak bakal mau!" Kata Shino pada Adryan yang hanya bisa termenung. Ia benar-benar bingung sekarang. Seperti yang Shino katakan, Gara tidak akan mungkin mau kalau di operasi. Waktu itu juga Gara sudah pernah menolaknya. Tapi sekarang hanya itu satu-satunya cara untuk menyelamatkan Gara.

"Nanti coba dibicarakan saja lagi pada Gara, tuan Adrian. Dan sebaiknya Gara dirawat dulu di sini selama beberapa hari kedepan. Supaya kami bisa lebih mudah memantau kondisi nya." dokter Brian juga tentu tahu kalau Gara tidak mungkin langsung mau menyetujui tindakan operasi itu. Mengingat sebelumnya ia sudah pernah menyarankan.

About GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang