Gue Nggak Bisa

25 5 0
                                    

Ruu melangkah sendirian saat keluar dari lobi utama sekolah. Gadis itu menguap lebar, pertemuannya dengan anggota klub mading baru saja selesai beberapa menit yang lalu. Dan seperti yang ia duga, tidak banyak orang tertarik dengan mading. Anggota dari kelas 11 dan 12 pun hanya beberapa, sementara itu dari kelas sepuluh juga tidak banyak yang mendaftar, hanya ada enam di antaranya yang mau ikut bergabung termasuk dirinya sendiri.

Rapat Mading sore ini cukup singkat karena adanya anggota baru dari kelas sepuluh yang bergabung. Kegiatannya pun hanya berisi sesi perkenalan dan penggantian beberapa seksi dari siswa kelas tiga yang keluar karena memprioritaskan study mereka menjelang Ujian Nasional nanti. Karena pembina tidak dapat hadir, ketua mengambil tempat untuk memberi sambutan singkat. Beberapa anak yang menjadi inti ekskul juga ikut menjelaskan peraturan serta kegiatan-kegiatan yang akan diberlakukan pada anggota baru.

Ruu merasa sedikit lega, karena meski masih saja ada yang melirik sinis ke arahnya tapi mereka tidak memperlakukannya secara berbeda. Beberapa anak terlihat tidak peduli, dan beberapa lagi ramah terhadapnya, salah satunya adalah Winara Prameswari, cewek cantik yang tinggi dan langsing itu katanya orang Jogja asli. Dilihat dari cara bicaranya yang anggun dan sikapnya yang elegan, Ruu yakin cewek cantik itu pasti masih memiliki hubungan dengan darah Keraton Jogja.

Lalu satu lagi ada cowok manis yang kalem dan polos walau banyak bicara, namanya Abimanyu Nareswara Kanigara. Cowok berkulit putih yang memiliki senyum indah itu lebih suka dipanggil Nares dari nama tengahnya. Dia berada di kelas yang sama dengan Wina dan mereka juga masih dalam satu silsilah keluarga, keduanya adalah saudara sepupu.

"Ruu, kamu pulangnya naik apa? Kalau naik angkot biar aku anterin ke haltenya. Mumpung masih di sini ini, soalnya haltenya kan jauh," kata Nares saat mereka bertiga berada di Parkiran sekolah.

"Iya Ruu. Aku mah gampang, nanti Nares nya suruh balik lagi ke sini aja," timpal Wina seraya tersenyum kecil.

"Eh nggak usah," kata Ruu menolak halus, "gue pesen ojek online aja, kalian pulang duluan aja nggak papa kok," lanjut gadis itu seraya tersenyum.

"Kalau gitu kita temenin sampai abang gojeknya dateng deh," kata Nares lagi diikuti anggukkan Wina.

Ruu melebarkan mata, ini mereka yang kelewat baik apa emang Ruu yang kelihatan kayak anak kucing yang takut ditinggal sendirian?

Ruu meringis kecil, "Gak usah Res, Na, gue nggak papa kok beneran. Pulang aja, udah sore juga pasti keluarga kalian nugguin," katanya kembali menolak secara halus.

Nares dan Wina terlihat saling pandang. "Beneran?" Tanya Nares lagi.

"Iya, Res," sahut Ruu menyakinkan.

Nares menoleh pada Wina, "aku ambil motornya dulu Na," katanya yang kemudian melangkah menuju ke sisi timur dimana Parkiran sekolah berada.

Ruu memperhatikan kala Nares menarik motor matic nya keluar dari parkiran, sementara Wina menunggu dengan anggun di sebelahnya.

"Ya udah Ruu, kamu pulangnya hati-hati ya, kita pamit pulang dulu," kata Nares setelah memastikan Wina sudah membonceng di belakang.

Ruu kembali memasang wajah sumringahnya. "Iya, kalian juga hati-hati pulangnya ya," katanya ikut mengingatkan.

"Duluan Runia," pamit Wina, ia melambai kecil pada Ruu yang balas melambai ke arahnya.

Ruu menghela nafas panjang, Wina dan Nares memang baik, bertutur kata lembut dan sopan, sangat berbeda sekali dengan Rion, Naka, maupun Bintang. Tapi mereka berdua juga sedikit aneh, apa karena Ruu yang petakilan itu memang tidak cocok berteman dengan anak kalem? Ya sudahlah, terserah nantinya gimana. Yang penting Ruu harus pesan ojek online sekarang .

It's OkayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang