Suara petugas restorasi menawarkan dagangan serta suara troli yang didorong membuyarkan lamunan panjang Sofia. Keretanya kini melewati pinggir pantai. Sofia tidak menyadari kapan pergantian pemandangan dari persawahan hingga beralih ke pemandangan pantai.
Sofia meluruskan kakinya sejenak yang terasa pegal. Hawa dingin dalam gerbong membuatnya merapatkan baju hangat yang dikenakan.
"Mbak, teh satu." Sofia memesan teh manis untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering sekaligus upaya untuk mengurangi hawa dingin.
"Silakan, Kak." Petugas restorasi menyodorkan gelas kertas bergambarkan daun teh hijau dengan logo dan tulisan PT KAI.
"Terima kasih." Sofia menerima gelas tehnya kemudian mengangsurkan sejumlah uang seharga teh yang ia pesan.
Sofia membuka penutup teh agar tehnya cepat dingin. Ia menghidu harum melati bercampur dengan keharuman teh hijau yang menguar bebarengan dengan asap yang mengepul. Setelah meletakkan gelas teh di meja kecil yang menempel di dinding gerbong, dirinya mengambil roti yang dibawa di tas selempang. Sejenak ia melirik ke penumpang yang duduk di sebelahnya. Teman duduknya itu terlihat masih tidur.
Sambil menikmati roti dan tehnya, angan Sofia melayang ke sosok Abim. Masih lekat dalam ingatannya saat pertama ia mengenal lelaki yang meninggalkan kenangan manis dalam hati.
***
Pak Abim mulai menanggapi pemaparan yang baru saja disampaikan oleh Bu Grace. Ia merasa puas dengan hasil kerja karyawannya. Selain memperhatikan monitor yang terpapang, sesekali Sofia mengarahkan pandangannya ke lelaki yang sedang berbicara itu.
Kemarin, Sofia baru mengenalnya lewat foto yang ditampilkan Bu Grace saat menjelaskan Company Profil perusahaan. Kini, lelaki yang mengenakan kemeja panjang biru dengan lengan di gulung sepertiga lengannya itu berhasil memberikan kesan tersendiri bagi Sofia. Kesan kebapakan tersirat dari tatapan teduh lelaki berwajah persegi itu.
Usai memaparkan tanggapannya, Pak Abim mempersilakan Bu Grace menyampaikan rencana kerja untuk satu bulan mendatang. Kembali Bu Grace menggantikan slide tentang rencana kerja seperti yang diminta Pak Abim. Semua menyaksikan dengan seksama. Beberapa peserta rapat menulis paparan Bu Grace di bukunya, ada juga yang menyalinnya lewat smartphone. Sofia memperhatikan dengan seksama. Beberap hal yang ia anggap penting ditulisnya di buku yang sedari tadi terbuka di hadapannya.
"Bu Grace, apakah belum ada rencana merambah Surabaya?" tanya Abim sambil melihat layar monitor dengan seksama.
"Kita sedang memantapkan dulu yang di Yogya sambil melakukan pemetaan di Surabaya."
"Baiklah. Pak Bayu dan Bu Vina, tolong Sofia dan Anita dijelaskan juga tetntang target tiap bulan serta usulan rencana kerja untuk bulan depan, barangkali setelah mereka mempelajari ada masukan untuk beberapa kota yang perlu kita tinjau."
"Baik, Pak, nanti setelah istirahat saya akan memberikan breafing khusus buat Anita," jawab Bu Vina.
"Oke, Pak Bayu jangan lupa ya arahkan Sofia."
"Baik, Pak."
"Dari saya cukup, Bu Grace," kata Pak Abim sambil membereskan beberapa berkas yang di berikan Bu Grace tadi.
Bu Grace melirik jam dinding yang menempel di dinding di hadapannya. Waktu menunjukkan pukul dua belas kurang lima belas menit. Sebentar lagi waktu istirahat tiba.
"Kalau tidak ada yang ditanyakan lagi rapat hari ini saya tutup," ucap Bu Grace. Perempuan yang masih terlihat cantik di usianya yang mendekati lima puluh tahun itu, kemudian menyampaikan beberapa pesan terkait dengan etos kerja bagi karyawan.
Setelah rapat ditutup, Pak Abim keluar ruangan bernuansa kuning muda itu diikuti Bu Grace dan beberapa orang lainnya. Sofia dan Anita masih duduk di tempatnya. Tanpa sengaja Sofia memperhatiakan Pak Abim saat berjalan keluar sambapi menghilang tak terlihat.
"Mbak kita makan siang di mana?" Sofia terkejut mendengar ajakan Anita.
"Eng ... di mana ya." Sofia tergagap.
"Melamun ya?"
"Eng ... enggak." Sofi mengelak, ia takut seandainya tadi ketahuan Anita memperhatikan atasannya itu.
"Anita! Sofia! Nanti setelah istirahat breafing di ruangan saja," jelas Pak Bayu yang duduk tidak jauh dari mereka.
"Baik, Pak," jawab Sofia.
Pak Bayu dan Bu Vina meninggalkan ruangan diikuti Sofia dan Anita
"Mbak Sofi, jadi kita makan siang dimana?" tanya Anita sambil menyejajarkan langkah dengan Sofia.
"Saya makan di ruangan saja Mbak, sudah bawa bekal." Walaupun sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih memadai di banding dulu, Sofia masih berhemat karena belum mendapatkan gaji.
"Ya sudah, saya ke kantin ya Mbak, tadi tidak bawa bekal."
Mereka berpisah di depan tangga. Sofia meneruskan langkah menuju ruang divisi marketing yang bersebelahan dengan ruang rapat. Sedangkan Anita turun menuju kantin yang berada di belakang gedung utama.
Ruangan marketing itu cukup luas. Dalam ruangan terdapat beberap meja bersekat memisahkan meja satu dengan yang lainnya. Terdapat empat kelompok meja bersekat atau Cubicle Office, sejumlah tim marketing.
Sofia menuju mejanya yang berada di bagian kanan dari pintu. Ia menempati meja bersekat bersebelahan dengan Roni rekan satu timnya. Sedangkan meja Pak Bayu berada di depan meja bersekat mereka.
Sambil menikmati makan siang sederhananya, Sofia merasa sangat bersyukur mendapat tempat kerja yang nyaman. Ketika pertama kali ditunjukkan ruangan ini dan berkenalan dengan pegawai lama rasa kekeluargaan sudah ia rasakan.
Rapat yang tadi diikuti memberikan kesan tersendiri bagi Sofi. Selain memberikan energi baru dalam bekerja serta gambaran tentang pekerjaan yang akan dilakukan, sebagian perhatiannya tersita untuk lelaki yang baru dilihatnya pertama kali tadi.
Selesai jam istirahat, Sofia menghadap Pak Bayu. Ia duduk berhadapan dengan senior marketingnya itu berbatas meja kerja. Ia mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh Pak Bayu dengan seksama.
"Dua hari lagi kita akan berkunjung ke PT Dharma Sakti untuk memaparkan paket wisata, kamu bisa tanya ke Roni apa saja yang perlu dipersiapkan sekaligus mempelajari power point yang sudah ada. Tadi sudah dicatat kan perusahaan apa saja yang akan kita kunjungi selama sebulan kedepan."
"Iya Pak, sudah."
Keesokan harinya Sofia sibuk mempelajari materi apa saja yang akan dipresentasikan saat berkunjung ke PT Dharma Sakti. Tak segan-segan ia menanyakan ke Roni hal-hal yang kurang dimengerti.
Seusai bekerja, Sofia mempelajari kembali beberapa hal yang akan disampaikan timnya besok. Kegigihannya dalam belajar hal baru tidak surut seperti kala ia sekolah dulu.
Hari itupun tiba, mereka bertiga mengendarai mobil perusahaan menuju ke PT Dharma Sakti yang berada di Jakarta Selatan. Mobil dikemudikan oleh Roni, Pak Bayu duduk di sebelahnya. Sedangkan Sofia duduk di jok tengah. Lalu lintas ibu kota siang itu tidak begitu ramai. Sekitar satu jam mereka sampai ke tempat yang dituju.
Hari ini merupakan pengalaman pertama bagi Sofia bekerja di lapangan. Ia memperhatikan Pak Bayu dalam meyampaikan materi. Cara berbicara serta penggunaan kalimat yang menarik perhatian klien sangat diperhatikan Sofia. Dalam angannya ia membayangkan dirinya berada dalam posisi Pak Bayu.
*bersambung*

KAMU SEDANG MEMBACA
Menepis Nista, Meraih Asa
RomanceSofia, seorang wanita karier yang sedang berada di puncak kariernya harus kandas kisah cintanya karena orang ketiga yang menghalanginya. Siapa sangka gadis yang meniti kariernya dari bawah dan mengadu nasib di Jakarta usai SMA ini dulunya akan "diju...