n : sorry banget bahasanya suka berubah² sesuai mood. Enjoy the story aja yaa ✋ kalo ada typo comment yaa guys, sowwryyy.
Kira kira enaknya, up seminggu berapa kali?
Aku terkejut setengah mati mendengar ucapan ayah lelaki itu, disusul dengan persetujuan dari kedua orang tuaku. aku pun langsung angkat bicara "tunggu, kenapa tiba tiba perjodohan? mama sama papa juga gak pernah diskusiin ini sama aku." ucapku kemudian melirik lelaki yang disebut Meda itu berharap dia juga mengatakan sesuatu.
Tapi...dia justru malah..."meda setuju, meda juga udah cukup umur untuk menikah." aku tak habis pikir, tapi sepertinya laki laki itu sudah tertarik denganku dari awal.
aku memikirkan beribu macam cara agar perjodohan ini bisa dibatalkan setelah pulang kerumah. aku pun menelpon maudy temanku untuk meminta saran. "hmm..gue gak yakin deh, tapi bentar, kata lo dia kayak keluarga alim gitu? gimana kalo lo buat dia ilfil dengan cara tunjukin gaya berpakaian lo pas lo ketemu sama dia."
"Tapi masa iya gue berpakaian kayak gitu didepan keluarganya?" jawabku.
"coba lo ajak dia ketemuan deh Tam." saran maudy.
"hmm..okay thanks ya maudy sarannya." ucapku yang sudah mengganggu malam maudy.
"santai aja, semangat bestiee!" tutup maudy.
<SUDUT PANDANG MEDA>
Awalnya, aku ingin menolak perjodohan ini karena sebenarnya aku sudah memiliki janji dengan seorang gadis kecil yang kutemui 17 tahun lalu, tepatnya ketika aku berusia 10 tahun. Namun ketika mendengar namanya, kurasa takdir memang sudah mengikat kita berdua. aku bersyukur bisa menepati janji ku walaupun sepertinya dia sudah tidak mengingatnya.
Keesokan harinya...
"wahh gila meda, emang beda ya amin dia sama amin kita" ucap sultan yang masih tak menyangka aku dijodohkan setelah mengaminkan doanya kemarin.
"wahh, ini kayaknya emang pertanda kalo gue harus buru buru tobat" sambung fikri.
Saat aku hendak membalas candaan mereka, handphone ku berdering karena mendapat telepon dari nomor tak dikenal.
"bentar bro" ucapku sambil menyingkir.
"Assalamualaikum, halo?" ucapku setelah menekan tombol hijau.
"waalaikum salam, mas meda? ini tamara" aku tertegun saat mengetahui siapa yang sedang menelponku sekarang.
"tamara? ada apa telepon?" tanyaku.
"aku mau kita ketemu, sekarang." *share location*
"lho, tiba tiba ngajak ketemu?" aku buru buru melihat lokasi yang dikirim tamara, lokasinya tidak begitu jauh. aku pun langsung buru buru dan pamit pada teman temanku.
<SUDUT PANDANG TAM>
pakaian tam :
Aku sudah lebih dulu dilokasi karena takut berpapasan dengan mas meda yang merupakan tetangga sebelahku. kepergianku tak mungkin terlihat karena terbatas tembok garasi. beberapa waktu aku merasa sangat gugup karena pakaianku yang seperti ini. namun disisi lain aku harus begini agar dia setuju membatalkan perjodohan ini.
tak lama kemudian meda memasuki cafe dan matanya sibuk mencari keberadaanku, aku pun melambai padanya. kulihat, sekilas dari tatapan matanya dia syok melihat dandananku yang sekarang. lalu ia menghampiriku, dan membuka jaketnya. tak disangka, ia malah memberikan jaketnya padaku untuk menutupi bagian bawahku.
aku tak bisa berkutik dibuatnya, namun aku tak ingin kalah dan akan terus melanjutkan pemberontakan ini! aku langsung saja terus terang pada laki laki ini "Mas, maaf saya menolak perjodohan ini. Dan emangnya mas gada pacar gitu? kan mas bisa minta buat dijodohin sama dia. lagian ya mas, saya ini bukan perempuan baik baik." ucapku meyakininya.
"Ah begitu.." ucap meda singkat sambil mengangguk angguk.
"Eee...jadi, mas mau batalin perjodohan ini kan?"
"Enggak." jawab meda dengan nada yang cukup tegas.
"Mas gak salah? apa kata orang nanti kalo mas nikah sama saya?"
"Ngapain mikirin omongan orang?"
*Glek*
"Udah ngomongnya?" tanya mas meda.
Aku hanya menghela nafas berat kemudian diam untuk memberikan mas Meda kesempatan untuk berbicara.
"Kamu tau kenapa orang tua saya malah jodohin saya sama kamu?"
Aku menggeleng kemudian mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Karena mereka tau, kamu yang terbaik buat mas. dan mas bakal turutin maunya orang tua karena mas percaya, pilihan orang tua itu insyaallah gak salah." jelas mas meda yang membuatku tercengang karena ini pertama kalinya aku mendengar seseorang menyebutku 'yang terbaik'.
Astaga jantungku berdebar kencang saat ini, aku gak mungkin jatuh cinta sama dia kan?
"Abis makan, mas anter pulang."
"Gak usah, aku bawa mobil."
"Mas ikutin dari belakang."
"Apasih mas kan rumah kita searah"
"Ya maksud mas, jalannya bareng."
ENTAH MENGALAH ATAU AKU MEMANG KALAH...tapi dia beda banget sama FI ku ke dia. versi pemaksaan.
Sesuai permintaan mas meda, kami pulang bersama. Aku dengan mobilku dan mas meda dengan motornya. Sekilas kulihat dari spion, mas meda tampak keren dengan motornya.
Tam sadar...apa tujuan lo ketemuan sama dia?
Voment for appreciate ✨
Kalau ada saran/masukan bisa di kolom komentar atau DM aja yaa!
see u in d next part
Enjoy~
KAMU SEDANG MEMBACA
my perfect 'Mas'
RomanceTerpaksa menikahi seseorang yang tidak dicintainya demi bisa melanjutkan pendidikan ke Jakarta, Tamara yang terkenal keras kepala tak mampu bekutik dikala dalam waktu semalam, dirinya sudah berstatus menjadi istri seseorang. Suaminya, Kameda Husein...