36. Sampai Jumpa, Drayce

454 73 19
                                    

Sebelum membaca, diharapkan untuk vote terlebih dahulu

Setelah Valendra menjalani serangkaian pemeriksaan, akhirnya dokter memutuskan untuk memperbolehkan Valendra pulang besok pagi. Aeris segera memberitahu Profesor Rasya mengenai hal tersebut, maka, mesin waktu akan disiapkan. Profesor Rasya menyuruh Aeris untuk datang bersama Valendra pada sore hari.

"Ternyata seramai ini ya, masa depan," ucap Valendra sembari melihat ke jendela kamar yang menampilkan lalu lintas udara dan darat, serta gedung-gedung pencakar langit di dekat bangunan rumah sakit.

"Maka dari itu, aku merasa nyaman berada di Hanasta karena suasananya yang tidak cukup ramai dan udaranya yang sejuk." Aeris menjawab ucapan Valendra.

"Memang udara di sini tidak sejuk?" tanya Valendra.

Aeris sontak menggelengkan kepalanya. "Memang ada beberapa titik di Drayce yang masih sejuk, tetapi selebihnya tidak, banyak polusi udara yang dihasilkan. Bahkan, aku harus memakai masker saat keluar."

"Tapi untunglah, banyak warga yang sadar akan hal tersebut dan menanam kembali tanaman di sepanjang jalan," lanjut Aeris.

"Sepertinya aku akan menyuruh prajuritku untuk menanam tanaman di sekitar rumah warga nanti," ucap Valendra seraya melirik infus yang terpasang di tangan kirinya.

"Ide bagus! Hanasta akan bertambah sejuk," setuju Aeris.

"Kenapa?" tanyanya ketika melihat Valendra yang hanya melirik infusnya.

"Di masa depan cukup mudah ya untuk memasukkan obat ke dalam tubuh," jawabnya.

"Benar, bahkan kita tidak merasa sakit." Aeris berucap. Lalu, keheningan menyelimuti mereka sebelum Valendra membuka suara lagi.

"Hari sudah malam, kau tidak pulang?" tanya Valendra.

Aeris menggeleng. "Aku akan tidur di sini untuk menemanimu. Besok pagi, keluargaku akan menjemput kita. Karena mesin waktu disiapkan pada pukul 5 sore hari, maka kita akan pulang terlebih dahulu ke rumahku," jelas Aeris.

"Berarti, besok adalah pertemuan kita yang terakhir, bukan?" Valendra bertanya seraya menatap Aeris.

Aeris tertawa pelan, ia menggeleng. "Sebenarnya ada sesuatu yang belum kuberitahu."

Valendra mengerutkan dahinya. "Apa itu?"

"Karena aku sudah bekerja keras dan menjadi salah satu anggota terbaik Edith. Aku diberi semacam 'hadiah' oleh pendiri Edith. Yaitu, mereka membiarkanku untuk ikut denganmu," jelas Aeris senang.

Namun, Valendra malah bertambah bingung. "Kau malah mau kembali ke Hanasta?"

"Sudah kubilang, aku nyaman saat berada di Hanasta, tetapi mereka hanya memberiku waktu dua tahun. Setelahnya, baru kita tidak akan bertemu lagi." Sebenarnya Aeris sedih saat menyadari waktunya hanya dua tahun, tetapi ia masih bersyukur bisa diberi kesempatan tersebut.

"Kalau begitu, kau akan tinggal di Hanasta selama dua tahun?" Aeris pun mengangguk menjawabnya.

"Maka aku akan mencoba sebaik mungkin untung melindungimu selama dua tahun. Aku tidak akan membiarkanmu terluka lagi seperti kejadian Hantu Malam beberapa hari yang lalu."

•••

Pagi hari telah tiba, setelah sarapan, infus Valendra pun dilepas. Papa Aeris sudah datang untuk membantu mereka berdua. Valendra yang masih memiliki luka jahit di perutnya itu disuruh untuk jalan perlahan-lahan karena ia tidak ingin memakai kursi roda.

Valendra pun hanya bisa memegang lengan kanan Aeris untuk bisa membantunya berjalan. Di lengan kiri Aeris terdapat sebuah plastik yang berisikan obat yang harus Valendra minum.

Edith: RetrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang