Menjadi orang dewasa berarti aku harus tetap tersenyum meski ada banyak masalah bertumpu di bahu, harus tetap bangkit meski sudah jatuh terperosok di lubang yang dalam, gelap, dan becek, bahkan tanpa ada tangan yang terulur kepadaku. Tidak ada yang mengajarkan tentang bagaimana menghadapi masalah saat aku sudah dewasa. Masalah-masalah itu yang tanpa sadar mengajarkanku bagaimana harus menyikapi hal-hal yang tidak berjalan sesuai harapan.
Memilih untuk tetap waras, atau membiarkan akal sehat terus digoyahkan oleh rasa yang bercokol di dada. Terkadang, akan lebih baik membiarkan banyak hal terjadi begitu saja, membiarkan orang-orang pergi tanpa berusaha menahannya, tidak mencari tahu terlalu banyak penjelasan akan suatu hal, atau mengejar jawaban yang pada akhirnya hanya akan melukai ekspektasi. Pada akhirnya, bukan pengakuan dari orang lain yang kubutuhkan, tetapi bagaimana aku mengatasi semua hambatan agar bisa terus melanjutkan hidup.
Mati bukanlah solusi terbaik ketika duniamu ambruk.
Setelah membiarkan mata ini tidak berpejam hampir semalaman, aku pergi bekerja. Aku terus meyakinkan diri bahwa Alby tidak pantas untuk ditangisi. Dia terlalu berengsek untuk mengalihkan atensiku dari mengerjakan rutinitas keseharian. Sayangnya, aku tidak bisa berhenti memikirkan betapa banyak kesialan terjadi dalam hidupku. Dan ketika aku sudah menaruh harapan pada seseorang yang kupikir akan menunjukkan padaku arti bahagia yang sesungguhnya, dia justru mematahkannya.
Pagi ini, aku sudah dua kali membuat kopi di pantri. Namun, pekerjaan yang tidak terlalu banyak membuat pikiranku masih sesekali diusik oleh apa yang terjadi kemarin. Sakit saja perlu waktu untuk pulih, jadi aku juga akan memberi waktu untuk diriku agar kembali seperti semula. Lalu semangatku kembali ketika Matthew berjalan menghampiri mejaku. Untuk yang pertama kalinya, aku menantikan tugas tambahan.
"Aku ingin bertanya padamu." Tumben dia sangat sopan.
"Silakan."
"Apa hubunganmu dengan Jeffrey Austine?"
Astaga. Aku lupa dengan yang satu itu. Troy mungkin sudah memberitahunya tentang Jeff yang melaporkan Ander-Ads dan sekarang dia akan menuntut pertanggungjawaban lainnya padaku. Aku memijat pelipis sebentar sebelum memutar kursi agar bisa melihatnya tanpa harus menoleh. Tidak perlu repot-repot berdiri, dia tidak pernah menuntut untuk dihormati oleh karyawannya.
"Aku akan mengaku kalau sempat mengatakan sesuatu padanya tentang kecuranganmu. Kau boleh memarahiku sekarang, anggap saja sebagai hukuman karena membocorkan informasi ke perusahaan lawan."
Matthew diam saja, tetapi keningnya mulai berkerut. "Kau baik?"
Wajah ini, apakah terlalu menunjukkan bahwa aku sedang tidak baik-baik saja? Aku memutar kembali kursi menghadap layar komputer dan mulai bekerja, tidak ingin dia melihat lebih banyak betapa kacaunya aku.
"Ada angin apa sampai kau ... peduli padaku? Seharusnya kau memberiku lebih banyak tugas hari ini. Merapikan gudang, menganalisis tata letak majalah lama, atau mencari bentuk fisik dokumen yang sudah didigitalisasi? Aku siap melakukan apa saja."
"Kau seperti orang sakit. Itu tidak terlihat seperti seseorang yang siap bekerja lembur."
Aku senang ada yang peduli, yang dengan cepat menyadari sesuatu yang tidak biasa pada diriku, tetapi sulit menerimanya dari seseorang yang sebelumnya tidak berhenti melayangkan tuduhan padaku atas hal-hal buruk yang terjadi di perusahaannya, meski untuk beberapa kasus memang bermula dariku. Dia bahkan masih menatapku dengan sorot yang sarat akan rasa iba.
"Aku perlu sesuatu untuk mengalihkan pikiran yang kacau." Aku tersenyum padanya, tetapi itu terlihat mengerikan ketika tanpa sengaja melihat pantulan diriku sendiri melalui pintu lemari kaca di belakangnya. "Tapi kenapa kau tiba-tiba bertanya tentang Jeff? Apa dia melakukan sesuatu yang lebih buruk dari melaporkanmu? Dia mantan kekasihku, kalau kau penasaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart to Break [✔]
Romance[Song Series][Completed] Ava, seorang layouter majalah, tidak pernah sesial ini dalam hidupnya; kekasihnya setuju dijodohkan dengan wanita lain, dan dia juga harus kehilangan pekerjaan di saat yang bersamaan. Orang bilang, di balik kesialan, akan di...