05. Lunch Box

227 48 18
                                    

Disclaimer

Naruto belongs Masashi Kishimoto's

La Belle et La Bête belongs sooyaaachi's

Warning: typos, Out of Character, M for language (maybe), bahasa baku, alur lambat, alur loncat-loncat, etc.

Happy reading, dear. Baca ketika waktu senggang, ya! 🤍

🕊️🕊️🕊️

Sudah hampir sepekan sejak kejadian Hinata Hyuuga diajak bicara oleh laki-laki asing yang membuatnya pingsan. Semenjak itu pula Hinata sering menemui laki-laki itu, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumahnya. Bahkan, ketika Hinata pergi keluar, ia beberapa kali bertemu dengan laki-laki itu. Laki-laki itu tidak mengintai, tidak lagi mengajaknya berbicara, bahkan tidak bertukar pandang dengan Hinata. Ia hanya berjalan ataupun berpapasan dengannya. Sebetulnya Hinata bisa saja mengabaikan kejadian-kejadian itu, tetapi di bawah alam sadarnya Hinata merasa sedikit waswas dan merasa hal tersebut bukan suatu kebetulan.

"Ada apa, Hinata?" tanya Sasuke Uchiha ketika ia menyadari bahwa Hinata tampak sedang gelisah.

Saat ini mereka sedang mampir di sebuah kedai es krim. Hinata merasa ia butuh makanan manis untuk mengurangi kadar kekhawatiran tak mendasarnya selama sepekan ini.

Hinata sedikit ragu-ragu untuk bercerita. Ia takut Sasuke menganggap dirinya terlalu percaya diri sehingga beranggapan orang lain memata-matai dirinya. Namun, pada akhirnya ia menutup mulut, memilih menelan pikirannya bulat-bulat seperti ia menelan es krim vanilanya.

"Hanya... sedikit berpikir," tutur Hinata. Baru saja ia menutup mulut, ia melihat seorang laki-laki duduk di seberang mereka. Duduk menghadap Hinata, laki-laki itu tampak sedang menikmati makanan manis.

Hinata cepat-cepat menghabiskan es krimnya. Tangan Sasuke terulur membersihkan sudut bibir Hinata yang terdapat bekas es krim. Hinata tersenyum, seolah mengucap terima kasih atas tindakan Sasuke.

"Makan pelan-pelan, adik kecil," ejek Sasuke.

Hinata mencibir, tetapi ia sama sekali tidak terganggu dengan perlakuan Sasuke. Ia merasa perlakuan tersebut malah menghiburnya dan sedikit membuatnya tenang. Merasa diamati, Hinata refleks melirik laki-laki di seberangnya. Laki-laki tersebut terkekeh melihat Hinata. Melihat itu, Hinata cepat-cepat membuang muka.

"S-sasuke-san, pulang sekarang, yuk?" ajaknya sambil menggandeng lengan Sasuke erat.

Sasuke bingung dengan perubahan sikap Hinata. Terlebih Hinata menggenggam lengannya terlalu erat. Meskipun begitu, Sasuke mengiyakan ajakan Hinata karena memang sebentar lagi ia harus menjemput Hiashi.

Hinata dan Sasuke kemudian menaiki motor. Hinata mendapati laki-laki tersebut masih melihat Hinata, bahkan mengamati sampai Sasuke melajukan motornya. Selama perjalanan Hinata hanya terdiam. Ia benar-benar tidak habis pikir akan sikap laki-laki tersebut. Perlukah Hinata menanyai langsung kepada laki-laki tersebut? Namun, hanya dengan membayangkan dekat-dekat dengan laki-laki tersebut, Hinata bergidik ngeri.

"Terima kasih tumpangannya, Sasuke-san," ujar Hinata. Hinata menunggu Sasuke memasukkan motor ke garasi, lalu kedua orang tersebut memasuki rumah bersama.

"Aku langsung menjemput Hiashi-sama, Hinata," pamit Sasuke.

Hinata tentu menolak hal tersebut. Gadis itu menyuruh Sasuke untuk berganti pakaian lebih dulu sebelum pergi ke kantor sembari ia menyiapkan minuman dingin untuk Sasuke. Karena malas berdebat, Sasuke menurut. Ia segera membersihkan diri dan kembali berpamitan kepada Hinata setelah menandaskan segelas es sirop buatan Hinata. Sebelum berangkat, Sasuke mampir ke dapur untuk meletakkan kotak bekal yang sudah habis isinya di wastafel. Biasanya asisten rumah tangga akan mencuci kotak tersebut bersama dengan cucian piring lainnya.

La Belle et La BêteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang