DENDAM!

6 1 0
                                    

Diatas sebuah pesawat Jet pribadi milik seorang pria berkuasa, yang mampu mempengaruhi perekonomian se-Amerika.

Darion Elard, pria terkaya di dunia saat ini, tiada yang tau identitas aslinya, namun banyak isu yang mengatakan jika ia selain menjadi seorang pengusaha sukses, Menjadi pimpinan Mavia juga mempengaruhi kesuksesan seorang Darion.

Eleanor Megan Dimitry, seorang mantan agen mata-mata dari CIA, baru saja melepas pekerjaannya, setelah lima belas tahun berkecimpung di dalamnya.

Kini, ia telah berada di atas sebuah pesawat yang sama dengan Darion, menyamar menjadi seorang Pramugari, demi Misi tunggal tanpa rencana yang ia jalankan saat ini.

Bersabar, memang bukan keahliannya, dan sedari dulu, ia selalu bermasalah dengan hal itu.

Karena itulah, baru kemarin ia mengajukan pensiun.

Hari ini ia malah tengah memburu seorang pria berkuasa yang berhubungan erat dengan kematian sang kakak.

Reonal Dimitry, kakak laki-lakinya yang juga bertugas sebagai agen mata-mata seperti dirinya.

Hanya saja, untuk beberapa hal, mereka di pisahkan sejak masa pelatihan menjadi agen mata-mata, tepatnya, 15 tahun sudah berlalu.

Hari ini seharusnya keduanya kembali berkumpul, dan melanjutkan hidup menjadi manusia normal seperti pada umumnya.

Keinginan kecil, yang tampaknya tidak akan pernah terwujudkan.

Bukan tanpa alasan, itu karena Reonal dikabarkan menghilang dari pantauan CIA, dan mata-mata lainnya dikirim untuk menyelidikinya, tapi tiada jejak Reo saat itu, namun di kalangan pihak lawan, telah beredar isu, jika pria kulit putih dengan rambut kuning kecoklatan dan mata berwarna hijau ke abu-abuan itu telah di lenyapkan oleh tangan boss mereka sendiri.

Itulah alasan Megan berada dalam penyamarannya saat ini, meski ia bukan lagi seorang Agen.

Tujuannya hanya dua, yang -pertama menemukan mayat kakaknya untuk ia kuburkan secara layak, meski yang tersisa hanyalah tulang belulang sekalipun.

Karena ia hanya ingin berkumpul dan tau kemana akan mencarinya jika tengah merindukannya.

Yang ke- dua tentu saja membunuh Darion, demi membalas kan dendam untuk sang kakak, meski kehilangan nyawanya sekalipun, ia akan berpuas hati, karena di lenyapkan oleh tangan yang sama, yang membunuh sang kakak.

Tiada tempat terbaik untuk mati, selain disana, begitulah pikirnya.

***

Memantau keadaan di dalam pesawat, berdasarkan info yang ia terima, pria itu tengah mencari seorang Istri.

Ia berpikir, untuk bisa masuk dan bisa berdekatan dengan pria itu hanyalah kesempatan ini.

Namun, dari berita yang ia dapat, telah banyak aktris papan atas, model dan anak-anak bangsawan yang di tolaknya.
Lalu apa kualifikasinya untuk dapat menjadi istrinya?

Megan tak mampu memikirkan itu, untuk saat ini, mungkin pekerjaan pramugari akan sedikit menarik perhatiannya. Mungkin terdengar imposible, tapi.. tidak akan pernah tau jika tidak di coba.

Jika kali ini gagal, kesempatannya untuk mendekati Darion akan menjadi mustahil di kemudian hari.

Jadi, ia hanya akan menjalankan rencana cadangan, yaitu mati bersama dia atas pesawat ini.

***

Megan tengah duduk di kursi khusus pramugari, sebelah kakinya tak berhenti bergerak, ujung kuku-kukunya juga ia gigiti tanpa sadar.

Gadis itu tengah panik.

Membunuh target dalam misinya tidak pernah membuatnya merasa seperti ini.

Alasan ke-panikannya hanyalah memikirkan bagaimana cara merayu seorang pria.

Seumur hidup ia habiskan hanya untuk bekerja, tak pernah terpikirkan untuk menjalin suatu hubungan meski banyak lelaki yang berusaha mendekati wanita dingin itu.

Tapi begitulah Megan, ia tidak mengerti dengan maksud pria-pria itu, ia malah merasa risih akan kehadiran mereka yang mengganggu menurutnya.

***

"Jika ingin mendekati pria, harus merayunya bukan? Agar ia tertarik dan menoleh padamu. Tapi.... Bagaimana caranya?" Gumamnya sendiri dengan suara kecil, Ia sungguh tidak tau.

Sreeet! Seseorang membuka gorden pembatas bangku penumpang dan ruangan miliknya.

Tampak seorang pria bertubuh besar memandang ke arahnya.

"Tuangkan segelas minuman untuk tuan, cepat antarkan!" Perintahnya, sembari meninggalkan gadis itu dengan pekerjaannya.

Namun, pria bertubuh besar itu tampak berjalan kembali ke arahnya "ada apa lagi?" Tanya Megan

"Kau sudah membaca kontrak dan peraturan ketika menaiki pesawat ini kan?" Ucapan pria besar itu membuatnya tercengang.

"Sepertinya begitu.." Ucapnya canggung, sesungguhnya ia tidak tau sama sekali isi kontrak tersebut, apalagi membaca peraturan untuk menjadi pramugari di pesawat ini.

Ia hanya memerintahkan Fredy, pria tua yang merawatnya sedari kecil, yang sudah ia anggap seperti ayah sendiri itu untuk memasukkannya ke dalam pesawat ini.

Dan pria tua itu, tampaknya memang selalu bisa ia andalkan untuk melakukan banyak hal mustahil. Terbukti dari dirinya yang mampu berdiri disini sekarang.

"Jangan bercanda! Katakan dengan pasti! jika kau memang telah membaca, apa minuman kesukaan tuan?"

"Aku tidak mau kau benasip sama dengan pramugari yang tadi" tambahnya, membuat Megan mengerutkan keningnya.
"Yang tadi?" Ia mengulang kalimat si bodyguard.

"Iya, kau kan penggantinya, aku curiga kau tidak tau peraturan, karena baru satu jam kau bersama kami"

Mengetahui situasi yang ada, Megan pun berkata jujur pada pria ramah berwajah seram itu "Hehehe, baiklah aku jujur, tidak sempat membacanya, aku hanya tertarik pada gaji yang di tawarkan saja" ucapnya mencari alasan.

"Sudah ku duga! Tuan menyukai The Macallan Valerio Adami 1926, tuangkan itu untuknya setiap kali ia dalam penerbangan, setelah ini jika kau tidak di pecat, segera baca dan hafalkan semua peraturan-peraturan itu mengerti?!" Megan pun menganggukkan kepalanya menjawab.

"Ada lagi?" Tanyanya, melihat Megan tidak juga menuangkan minuman itu setelah ia beritahu.

"Kenapa kau Baik pada orang yang baru kau temui?" Tanya gadis itu penasaran, sembari tangannya mengambil botol The Macallan Valerio Adami 1926, dan menuangkan anggur seharga 17 miliar itu ke dalam gelas kaca.

"Matamu.. mengingatkan ku pada seseorang yang pernah menyelamatkan nyawaku"

Degh! Mata gadis itu terbelalak, tangannya bergetar menahan haru. Ia yakin pria yang disebutkan bodyguard itu adalah Reo sang kakak yang tengah ia cari.

"Tapi.."

"Tapi apa?!" Timpalnya berbalik, terlihat jelas jika ia begitu antusias mendengarkan.

"Sudah... tidak usah di pikirkan..." jawab pria itu, ia memegangi pucuk kepala Megan, dan berbalik menuju ketempat duduknya lagi.

Sedang Megan telah mengepal erat kedua tangannya, dadanya merasa sesak tak mendapatkan jawaban.

Dihapusnya air mata yang menetes dipipi, lalu menarik napas dalam-dalam guna menenangkan diri.

Ia berjalan keluar dari Galley (dapur dipesawat), dan membawakan segelas minuman kepada Pria yang tengah duduk menyender di atas kasur di kabin pesawat itu.

Wajahnya pucat, dengan keringat dingin yang mengucur di dahinya, padahal ruangan dingin ber-ace.

Ternyata benar, Pria itu memang takut menaiki pesawat.
***

Tidak di sangka, kesulitan berjalan menggunakan highill membuatnya terjatuh dan menumpahkan segelas minuman yang di bawanya.

Tidak hanya itu, ia juga menarik Darion untuk jatuh bersamanya, hingga pria itu pun mendarat di atas tubuhnya.

Membuat suasana hening mencekam tiba-tiba.

Hatiku menginginkanmu, tapi Hidupku untuk Membunuhmu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang