"Karena semua hanya titipan dari Tuhan ,El. Kalau Tuhan ingin mengambil, kita bisa apa?" Balas Tuan Asaka.
"Uhh! El tidak paham Yah, Ma."
"Nanti akan paham." Ucap Tuan dan Nyonya Asaka nyaris bersamaan. El pun menganggukkan kepalanya meski belum paham.
>>🌠☄️☄️☄️🌠>>>
Alien? Jangan mimpi deh, El! Kamu sudah umur berapa coba? Masa masih mimpi bertemu alien?" Gadis berambut pendek itu pun tertawa di akhir kalimatnya.
"Kayaknya kamu butuh ke psikolog deh. Kamu sudah cukup dewasa untuk berpikir secara logika, bahwa alien itu cuma fiksi atau bahkan fantasi belaka! Baka!" Imbuh seorang gadis dengan kuncir kuda.
"Terus, kenapa membuat buku diary seperti ini? Bisa habis dimakan zaman, kenapa tidak curhat di media digital saja? Lebih simpel, tidak kuno!" Seorang gadis yang paling mencolok dengan kecantikannya itu pun berargumen.
"Terserah deh percaya atau tidak dengan adanya alien. Itu hak kalian, karena memang tidak ada teori atau konspirasi yang memperkuat kenyataan yang aku alami. Aku hargai pendapat dan argumen kalian, tapi setidaknya jangan menghina apa yang aku percayai! Karena kalian belum pernah merasakan berada di posisiku!"
"Ck!" Ketiga gadis itupun berdecak sebal.
"Dan kalian ini kenapa tidak sopan sekali? Membaca diary yang ada di mejaku, hum? Aku tahu buku itu tergeletak di mejaku, tapi tak sepatutnya kalian dengan lancang membaca tanpa permisi. Sekarang apa? Setelah tahu beberapa privasi dan cerita itu kalian merundungku?" Elpida memicingkan matanya, dadanya bergemuruh, air matanya tengah menggenang dan siap untuk meluncur.
"Sok berani berdebat. Tatap dirimu di cermin, matamu berkaca-kaca tuh." Gadis berambut pendek itu tanpa segan meledek Elpida, jika kalian ingin tahu, namanya adalah Nala.
"Sudah lah. Sok berani sepertimu memang pantas di rundung." Jawab si kuncir kuda, dia Elsa
"Sok berani? Lebih baik kita panggil dia si maniak alien." Imbuh si cantik, Nawa.
"Perusuh! Pergilah!" Atensi mereka pun terarah kepada seorang lelaki dengan Jas biru tuanya. Jangan lupakan armband berlogo OSIS yang membuat nyali ketiga gadis perundung tersebut meronta, namun mereka terlalu takut untuk melawan. Akhirnya, ketiga gadis itu pun pergi. Meninggalkan dua insan yang berdiam diri.
"Bagus."
"Ha?" Tanya Elpida bingung.
"Bagus kamu lawan. Kalau diam saja mereka bisa semakin semena-mena. Ini bukumu." Ucap lelaki itu setelah memungut buku bersampul biru yang tergeletak di lantai koridor sekolah.
"Terimakasih! senpai!" Elpida berteriak saat tiba-tiba saja lelaki itu melangkah pergi. "Dasar aneh." Elpida tertawa di akhir dialognya, entah menertawakan apa.
Jam istirahat pun tiba. Kini, dia tengah duduk di kantin bersama seorang gadis berpenampilan tomboy. "Oi, ada apa, El?"
"Capek. Kemana-mana kita cuma berdua, kenapa temanku cuma kamu?" Tanya Elpida heran.
"Lho, kok tanya aku?" Jangankan Elpida, gadis tomboy yang ternyata bernama Miera ini pun heran.
"Memangnya aku tak menarik? Mukaku judes ya? Atau aku kelihatan culun?" Pertanyaan beruntun dari Elpida pun kian mengundang keheranan dari Miera.
"Aku tanya, kamu kenapa?" Miera bertanya kembali.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku Mie!" Balas Elpida.
"Mie? Heh! Sudah aku katakan, jangan ubah nama kerenku menjadi Mie!" Miera menyipitkan kedua matanya, membuat raut wajah menakutkan yang malah membuat El tertawa.
"Aduhh, lucu deh! Mata kamu makin ga keliatan kalau menyipit. Bukannya menakutkan, kesannya malah lucu.
"Sudah lah. Aku bad mood untuk menanggapimu. Mungkin tidak ada yang mau bersamamu karena kamu menyebalkan." Sarkas Miera karena terlampau kesal.
Elpida sendiri mematung mendengar pernyataan dari sahabatnya itu. Sepertinya apa yang Miera katakan benar. "Maaf ya Ra, pagi-pagi begini membuatmu kesal. Aku makan siang di taman saja." Elpida pun pergi.
"Ck! Aku salah bicara ya? Ishh!" Miera memukul-mukul pelan bibirnya.
Kini, El berada di bangku taman sekolahnya. Tepat di depannya ada jaring-jaring yang membatasi lapangan outdoor dan taman. Dari sini ia dapat leluasa mengawasi anak-anak yang bermain di lapangan tanpa perlu muncul dan menarik perhatian. "Huh, aku akan minta maaf pada Miera untuk kedua kalinya nanti. Lalu sekarang aku harus makan siang sendiri?" Tanya Elpida entah pada siapa.
"Kamu kira aku siapa?"
Suara itupun mengejutkan Elpida, ia menoleh ke samping dan mendapati seorang senpai yang entah sejak kapan duduk disebelahnya."Senpai sedang berpatroli? Kenapa menghampiriku? Aku tidak melakukan pelanggaran apa-apa, hanya ingin makan siang." Jelas Elpida tanpa dipinta.
"Ck. Siapa yang bilang berpatroli? Biasanya aku memang makan siang disini, karena tenang. Kalau kamu ingin makan, diamlah."
"Terimakasih sudah menolongku tadi."
"Kebetulan lewat. Lagipun itu salah satu tugas ketua OSIS."
"Maaf, nama senpai siapa?"
"Mirai Takeru."
"Jadi, Takeru-senpai? Salam kenal, aku Elpida Asaka."
"Mirai saja. Aku tahu, El. Makan lah, waktu istirahat kita terbatas." Jawab Mirai.
"Haik!" El pun fokus memakan bekalnya tanpa bertanya lagi, menimbulkan senyuman bagi lelaki di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ultra Academy: Let's Dream Together!
FanfictionMenjadi seorang pahlawan dan menjalankan kewajiban sebagai seorang pelajar? Bersama Ultra Academy hal tersebut bisa terjadi. Mari menjadi pahlawan sembari menempa pendidikan! Bukan hanya tentang menjadi seorang pahlawan dan pelajar. Tapi mereka juga...