Lengkara #02

672 63 6
                                    

Matahari timbul dari persembunyiannya dan menyinari bumi. Gadis dengan perawakan tak terlalu tinggi, tapi tak terlalu pendek juga,--intinya sedang-sedang saja lah--menatap kompleks perumahannya dari balkon. Sebagian banyak yang bersiap melakukan aktivitasnya masing-masing.

Pandangan Rain kini tertuju ke bawah, ke pekarangan rumahnya. Melihat empat anggota keluarganya masuk ke dalam mobil yang sama. Pakaian mereka rapi, begitupun Rachel yang mengenakan seragam sekolah yang sama dengannya. Oh ayolah, ini masih terlalu pagi untuk pergi ke kantor dan sekolah. Lihat, masih pukul 06:15.

Oh, Rain mengerti. Ke-empatnya pasti akan sarapan di luar terlebih dahulu. Lalu setelahnya melakukan aktivitas masing-masing. Haha, jangan heran, itu merupakan rutinitas mereka tanpa Rain.

Rain tertawa kecil melihat mobil sedan berwarna hitam itu mulai keluar dari pekarangan rumah. "Lucu banget ya mereka."

Rain pun beranjak dari tempat duduknya. Kembali masuk ke dalam kamar dan mengambil tas, kunci motor, serta almamaternya. Sebelum keluar, ia melirik tikus kecil yang tergeletak tak bernyawa dengan sisa-sisa roti di samping tikus itu.

"Seperti biasa, pasti makanannya di kasih racun." Rain menarik bibir, senyuman timbul di wajahnya akibat melihat tikus kecil tak bernyawa itu. "Tapi sayangnya, gue nggak sebodoh dulu lagi."

Dan kemudian, ia keluar dari rumah yang terlihat mewah dan elok. Namun tidak dengan isinya.





















































Rain menyempatkan diri ke Alfagustus sebelum tiba di sekolah. Ia mengambil makanan ringan dan tak lupa mengambil beberapa susu kotak berukuran 600 ml. Kemudian membayar belanjaannya menggunakan kartu atm yang beberapa tahun lalu di berikan oleh Riko. Tenang saja, untuk masalah finansial, semuanya aman.

Rain keluar dari Alfagustus dengan menenteng plastik berisi camilan berukuran sedang. Bodo amat jika dia akan membawa barang sebanyak itu ke sekolah. Yang pasti, Rain bakalan menitipkan pada Bi' Nini nanti.

Rain menaiki motor ninja nya. Bersiap untuk mengenakan helm. Tapi kemudian, seorang remaja laki-laki yang terlihat seumurannya mencuri atensi.

Rambut berponi, kacamata bulat yang bertengger apik mengapit hidungnya yang terlihat mancung. Tak lupa menggendong tas sampai ke pundak. Terlihat seperti ehm--culun. Maafkan saja Rain kalau dia berpikiran seperti itu. Dan lagi, laki-laki itu mengenakan seragam dan almamater yang sama dengannya.

"Astaga... Gue yakin banget kalo dia ketemu Kenzie, bakalan dirundung dan di jadiin bahan bully sama Kenzie."







































































Rain menapaki lorong yang menyatukan setiap kelas. Gadis itu menyedot susu rasa pisang dengan tangan kirinya ia masukkan ke dalam saku almamater. Santai saja, tidak ada yang julid sama Rain, walau itu kakak kelas sekalipun. Yang ada mereka semua kagum melihat Rain.

Rain ini masih junior, dia masih kelas sepuluh. Tapi, famousnya nggak main-main, bahkan lebih famous daripada Rachel yang dulu katanya merupakan anak famous seantero SMA Baskara karena kecantikannya.

Oho! Tentunya, Rain famous tidak hanya karena fisiknya yang rupawan. Tapi karena kepintarannya dalam akademi, selain itu juga, Rain selalu ramah kepada siapa saja. Itu membuat mereka sulit untuk membenci Rain.

Karena.. Rain tidak mau di benci oleh masyarakat. Biarlah cukup keluarganya saja yang membencinya dan mengasingkan dirinya walaupun tanpa sebab.

Skip, masih pagi. Nggak boleh sedih-sedih.

Lengkara [completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang