🍃 23 - Late Night With You

358 60 10
                                    

23 - Late Night With You
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Indahnya sunset di pantai selatan memang tak ada duanya. Feli menatap senang cahaya jingga yang hampir hilang di telan malam.

Beberapa fotosudah berhasil ia ambil dengan kamera Ardan. Salahkan dirinya yang lupa membawa handphone dan malah meninggalkannya di penginapan.

Tak jauh darinya, Ardan masih sibuk mengambil foto Ellen. Gadis kecil itu tampak senang bisa piknik bersama Ardan.

"Beneran kaya anak sama daddynya," gumam Feli, terkekeh membayangkan dua orang di depannya.

"El, kita udah mandi ya jangan main pasir lagi." Feli menegur si gadis kecil yang seolah sudah siap mengambil pasir. Ellen menoleh kecewa, lalu beralih pada Ardan dengan tatapan memohon. Tapi, layaknya suami takut istri, Ardan juga ikut menggeleng melarang si kecil untuk kembali mengotori tangannya.

"Dengerin kata tante Feli ya sayang, biar El gak perlu mandi lagi habis ini." Ardan mencoba memberi pengertian. Beruntung Ellen bukan type anak nakal yang keras kepala, cukup sekali diberi pengertian gadis kecil itu langsung mengerti.

"Nanti malam mau makan apa?"

Tawaran itu mengalihkan atensi Feli dari sinar jingga di ufuk barat. "Lo nanya sama gue?" bisiknya berharap Ellen tak mendengar panggilannya untuk Ardan barusan.

Si pemuda Derren mengangguk.

Sejujurnya, Feli tidak begitu pemilih dalam makanan. Apa lagi sejak ngekost, ia jadi terbiasa dengan makanan murah meriah yang harganya merakyat. Jadi, dengan sedikit berpikir ia kembali menoleh.

"Gue sih lagi pengen lobster saus padang, tapi kalau El pengen yang lain, gue ngikut aja."

"Oke. Kebetulan El suka semua jenis seafood. Yang lain juga ngikut aja katanya."

Feli mengernyit. "Yang lain udah ditanya?"

"Udah."

"Kapan?"

"Tadi pas lo mandi." Jawaban enteng itu membuat Feli berdecih pelan. Ia pikir dirinya orang pertama yang Ardan tanyakan perihal menu makan malam ini. Ternyata ia malah jadi orang terakhir yang mendapat pertanyaan itu.

"Mataharinya udah tenggelam, Fe. Mau balik ke villa lagi gak?"

Dengan perasaan gendok, Feli berbalik mengajak Ellen kembali ke villa tanpa menghiraukan pertanyaan Ardan.

****

Jeya terbangun dengan cahaya lampu yang menyilaukan matanya. Ia meraba samping tubuhnya lalu terdiam sesaat. Otaknya berputar mengingat kembali potongan kejadian sebelum dirinya terlelap.

Seingatnya ia sedang dipijat oleh Haekal di sofa ruang tengah, karena terlalu menikmati pijatan pemuda itu juga efek kelelahan sehabis berenang ia jadi ketiduran. Tapi kenapa sekarang dirinya terbangun sudah berada di atas ranjang begini?!

Jeya segera duduk untuk mengumpulkan nyawa yang masih berceceran di alam bawah sadarnya. Ia lirik jam di ponselnya yang sudah menunjukan pukul 9 malam. Sudah lewat jam makan malam, pantas saja perutnya mulai lapar.

Ia menguap lebar kemudian beranjak menuju kamar mandi untuk cuci muka.

Saat membuka pintu kamar, sudah ada Feli dan Ellen yang sedang menonton TV. Entah di mana Haekal dan juga kakanya.

Menyadari keberadaan Jeya, Feli segera mengalihkan atensinya dari TV.

"Je, udah bangun?"

Jeya mendudukan tubuh di samping Feli lalu mengangguk malu. "Iya, Kak. Yang lain ke mana?"

WGM 3 - (Bukan) Pura-pura MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang