Chapter 7.

570 82 13
                                    

Setelah mendapat informasi dari Rachel, Bobby seketika menjadi panik. Ia langsung berlari kearah ruangan yang biasa dokter berjaga.

BRAAAKK!

"PINDAHKAN SELURUH PERAWATAN VERANDA KELUAR SEKARANG!" Teriak Bobby.

Dokter yang berjaga pun terkejut melihat kedatangan Bobby. "T-tapi tuan-"

"PINDAHKAN SEKARANG KARNA TEMPAT INI AKAN MELEDAK!!!" Bobby berteriak dengan kencang membuat semua yang berada diruangan tersebut panik dan buru buru keluar mengamankan keselamatan Veranda.

DUAAAARRRRR!!!!!!

Dan benar saja,  belum ada 30 menit dari teriakan Bobby. Rumah sakit tersebut berubah menjadi puing puing bangunan. Kepulan asap hitam pekat menjujung ke langit.

Lebih dari ratusan orang menjadi korban karna belum sempat di evakuasi sepenuhnya. Beruntungnya Veranda karna telah di evakuasi terlebih dahulu.

"Pindahkan ke rumah sakit terdekat terlebih dahulu. Ve harus segera di tangani sebelum kondisinya semakin memburuk." Perintah Bobby pada anak buahnya.

"Baik tuan." Ucap salah satu anak buahnya.


Sore hari pun tiba.
Berita tentang Venal Hospital yang meledak akibat bom pun memenuhi setiap siaran di televisi bahkan social media lainnya.

BREAKING NEWS!

Terjadi ledakan besar di Venal Hospital, New York. Di duga adanya aksi terroris yang masih belum di ketahui tujuan utamanya.

211 orang meninggal dunia akibat ledakan tersebut. Nasib beruntung dimiliki oleh Jessica Veranda T. Istri dari pengusaha terkaya nomor 1 di Asia yaitu Keynal Putra T. yang juga Model papan atas tersebut selamat dari ledakan setelah di evakuasi oleh petugas rumah sakit. Proses evakuasi masih terus berlanjut sampai sekarang di bantu oleh pemadam kebakaran setempat.

Sekian Laporan dari lokasi kejadian.

"Haaaahhh, hari ini berantakan sekali." Keluh Rachel setelah membaca berita lewat laptopnya.

"Bagaimana kondisi Gracio?" Tanya Soleh.

"Dia masih di ruangan tuan Keynal. Pintunya juga di kunci. Gak ada yang bisa masuk." Jelas Rachel.

Soleh pun mengangguk dan berjalan menuju kearah ruangan Ayah Gracio.

Tok. Tok.

"Broo, buka pintunya dong. Ada yang mau gue omongin sama lu." Ucap Soleh di depan pintu.

Tak lama Gracio membuka pintu tersebut, dengan wajah berantakan Gracio menaikan sebelah alisnya.

Soleh tanpa pikir panjang memeluk Gracio. "Lu punya kita bro. Jangan rasain sendiri sakitnya, bagi ke kita kita. Kita keluarga lu juga." Ucap Soleh pelan.

Gracio tak membalas pelukan sahabatnya itu, ia hanya menangis di bahu sahabatnya.

"Kenapa selalu kaya gini sih Leh?" Tanya Gracio.

Soleh tak menjawab pertanyaan Gracio, ia mengelus punggung sahabatnya itu.

"Kemarin Dheo yang jadi korban, sekarang Ayah gue Leh. Ayah gue udah gak ada Leh." Gracio semakin terisak.

"Karna lu berhak buat di lindungin sebagai penerus keluarga Tanumihardja. Udah ya sedihnya. Gue gak mau liat lu sedih gini bro." Ucap Soleh mencoba menengkan Gracio sambil terus menepuk punggung sahabatnya.

"Gimana gue gak sedih Leh? Orang yang selalu jadi panutan gue meninggal karna ngelindungin gue." Ucap Gracio.

"Let it go broo. Lu boleh nangis, lu boleh sedih seharian. Tapi lu harus janji sama gue. Besok lu udah harus balik jadi Gracio yang kita kenal. Jadiin ini pelajaran, buat lu dan tentu buat kita semua." Ucap Soleh.

Precious PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang