CHAPTER 18 : Accident Stage

93 11 0
                                    

Awal tahun baru kali ini menjadi hari terburuk bagi penggemar nct dream. Pasalnya grup tersebut tengah dilanda musibah yang kurang mengenakkan.

Insiden mengerikan itu terjadi tempo syuting buat comeback nct. Salah satu member take shoot menari di ketinggian nyaris tiga meter tanpa safety harness hanya disediakan matras busa. Namanya kecelakaan tidak bisa diprediksi.

Adalah Jeno yang harusnya mendarat selamat justru terpelanting jauh. Kakinya yang berusaha jadi tumpuan berujung fatal, limbung, pelipis jadi sasaran. Bak gradasi bucket hat putihnya menjelma merah pekat.

Dalam posisi tidak sadar Jeno dibawa ke rumah sakit terdekat. Sementara semua member masih syok belum bisa mencerna apa yang baru saja terjadi. Jisung terisak barulah Taeyong sadar. Para staff? Mereka ketar-ketir duluan, jika terjadi sesuatu pada artis mereka maka tim produksi bisa di tuntut. Belum lagi kecaman penggemar bisa berimbas ke agensi.

Ersa tiba di lokasi setelah mendapat panggilan mendadak dari pak Kim. Bagaimanapun dreamies tetap tanggung jawabnya. Taeyong dan pak Kim melapor ke agensi. Yang lain dipulangkan lebih dulu sambil nunggu kabar.

Dalam perjalanan Ersa memberikan mereka minum. Agak sulit buat membujuk Jisung yang tangisnya makin pecah ketika dipeluk Renjun. Atau Jaemin yang tangannya shaking.

"Pilih jangan buka sosial media atau ponsel disita?"

Tidak ada jawaban. Chenle sejak di mobil hening tapi jelas perasaannya tidak baik-baik saja.

"Oke, ponsel kalian tolong taruh di meja."

Mereka menurut saja tanpa banyak tingkah seolah pita suara mereka putus. Ersa mempercayakan benda tersebut pada Zanya di pojok ruangan.

"Aku harus pergi, sementara kalian beristirahatlah."

"N-noona tunggu!" Jaemin menghadang. "Aku dan yang lain belum bisa tenang jika keadaan Jeno saja kita tidak tahu. Aku mau ikut. Tolong... Sekali saja, hm?"

Ersa menggeleng, "Nggak buat sekarang, Jaemin. Ratusan wartawan sesak depan kantor waktu dengar suara ambulan dari agensi. Beberapa ada disini." Lewat jendela Dia menunjuk gerombolan wartawan yang aktif memotret.

"Akan kuberitahu kabar Jeno melalui Zanya. Aku janji bakal membawa kalian bertemu Jeno saat keadaan membaik, okay."

Dari dorm Ersa bertolak ke rumah sakit. Untung jalanan lengang ia leluasa menambah kecepatan mobil.
Akibat panik dia berlari masuk IGD mengecek satu per satu ranjang. Salah satu penjaga mencegat dan membawanya keluar.

"Pasien yang baru saja tiba atas nama Lee Jeno sedang menjalani CT Scan. Apa kau keluarganya? Kami perlu data tambahan pasien."

"Kami dekat. Biar aku isi."

"Baik. Terimakasih."

Setelah mengurusi tetek bengek di bagian informasi Ia melangkah menuju ruangan yang dimaksud dan mendapati kepala penanggung jawab proyek disana. Kalau Ersa tidak salah. Ia hendak bertanya namun urung tatkala dokter keluar.

*

Singkatnya terdapat patahan garis tegak lurus melintasi tulang keringnya. Tidak ada pergeseran yang kompleks. Namun perlu di gips. Dokter meresepkan obat pereda nyeri dan salep pada memarnya. Setelah itu baru akan dilakukan prosedur gips.
Sementara luka sobekan di pelipis Jeno lumayan dalam sehingga mengeluarkan banyak darah dan perlu dijahit sekitar tiga sampai lima jahitan.

Kondisi pria itu mengenaskan, terbaring lemah di bangsal dengan perban terbalut di dahinya. Celana putih lusuh dan kotor digulung sampai lutut atas. Ada bengkak keunguan yang cukup terlihat.

Senja ufuk Barat SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang