BAB 5 - The Luna is Coming.

5.9K 397 12
                                    

Leonard mengutuki dirinya karena telah lalai menjaga apa yang jadi miliknya. Ia terduduk lesu sembari menggenggam tangan mungil gadis yang kini masih tertidur diatas ranjangnya. Leon benar-benar tak menyangka kalau Drake akan muncul dihadapan Claire dengan cara seperti ini. Melukai gadisnya secara terang-terangan berarti ia sudah mengibarkan bendera perang. Leon memejamkan matanya.

"Dine!"

"Ya, alpha."

"Kerahkan sepuluh werewolf terbaikmu kehutan Cirvon, aku akan memberikan sedikit sambutan pada Samael sialan itu."

"Baik, alpha."

Leon kembali membuka matanya, ia baru saya melakukan mindlink dengan betanya. Pack Leon adalah pack terkuat, begitu juga dengan prajurit werewolves didikannya. Ia bisa menjamin hanya dengan sepuluh prajurit terlatih saja ia mampu membuat Samael itu kewalahan. Drake Dastan adalah seorang Samael, termasuk 7 archangel surga. Ia malaikat tapi juga memiliki iblis didalam tubuhnya. Entah karena alasan apa, Drake ingin memiliki matenya. Kejadian limabelas tahun lalu kembali melintas di kepalanya. Archangel itu merebut paksa matenya dengan cara yang begitu keji. Leon beranjak menuju jendela di kamarnya yang terbuka. Tangannya terkepal erat.

"Kali ini, aku takkan membiarkanmu menyakitinya lagi, Drake."

-------

Claire menatap hamparan taman bunga tulip dihadapannya. Semilir angin membuat tangkai-tangkai tulip itu bergoyang pelan. Mata hazelnya menatap seorang gadis kecil ditengah taman yang tengah sibuk memetik bunga tulip berwarna kuning cerah. Claire tak dapat melihat wajahnya, gadis kecil itu menggunakan gaun berwarna ungu muda, rambut panjang kecoklatan dan sedikit bergelombang dihiasi sebuah pita berwarna senada gaunnya. Claire tersenyum, ia berjalan mendekat guna menyapa gadis kecil itu. Gadis kecil itu secara tiba-tiba berbalik menatap kearah Claire, membuat Claire membelalakkan matanya sembari menutup mulutnya. Itu dirinya. Ia ingin berjalan mendekat, tapi kaki nya seolah dipaku. Sebuah rintihan mengejutkan Claire kecil, ia mengedarkan pandangannya dan mendapati seorang anak laki-laki yang lebih dewasa dari pada dirinya berjalan tertatih dengan tangan penuh darah.

Claire kecil berlari kearah anak laki-laki itu, "Kau kenapa?" Perkataan Claire kecil membuat anak lelaki itu sedikit terkejut, tapi ia kembali berwajah dingin.

"Bukan urusanmu, gadis kecil. Menyingkirlah." Kata-kata barusan membuat Claire kecil memberenggut kesal. Tanpa aba-aba, ia menarik tangan anak lelaki itu dan membuatnya sedikit meringis.

"Hei!! Apa yang kau lakukan? Ini sakit, bodoh!" Anak lelaki itu berteriak, tapi Claire kecil tetap menarik tangannya dan membuatnya terduduk diatas rumput. Claire kecil menyobek ujung gaunnya, ia melilitkan sobekan gaunnya pada luka dilengan anak lelaki itu.

"Nah.., setidaknya lukanya tidak akan terkena debu dan infeksi. Kenapa kau bisa terluka? Apa kau berkelahi?" Anak lelaki itu tak menjawab, ia hanya menatap Claire diam. Meneliti setiap inchi wajah gadis kecil dihadapannya.

"Kau tak takut padaku? Aku bisa saja melukaimu." Ucapan anak itu membuat Claire mengernyitkan dahinya. "Memang kau siapa hingga bisa melukaiku? Justru kaulah yang terluka sekarang." Claire kecil menjawab tak mau kalah.

Anak lelaki itu mencibir, "Sudah tak tahu siapa aku, tapi kau masih berani menjawab kata-kataku. Apa orangtuamu tak pernah memperingatkanmu untuk berhati-hati dengan orang asing?"

"Tentu saja mereka memberitahuku, tapi mereka tak pernah menyuruhku untuk mengabaikan orang yang terluka. Bagaimana aku bisa diam saja kalau melihatmu terluka dan butuh pertolongan? Memangnya aku tak punya hati." Claire kecil merenggut. Anak lelaki itu memperhatikan Claire, ia tersenyum samar.

PIECES OF THE MOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang