Sial, sialan memang. Hari ini pendaftaran mahasiswa baru di universitas Rangsit baru saja dibuka dan Barcode manusia banyak tingkah ini malah terjangkit flu karena mandi malam kemarin. Ta tidak mau menyalakan Barcode karena ia sakit, tapi dia dengan segenap hati ingin sekali menyalakan Jeff si pembuat onar yang membuat Ta harus memutar otaknya.
Mengurus anak kecil, apalagi anak kecil yang sedang sakit tidaklah mudah. Ditambah lagi Barcode sangat manja dengannya lalu, bagaimana caranya ia pergi ke kampus untuk mendaftar? belum lagi ia menyiapkan ini itu yang pihak kampus jadikan persyaratan untuk mendaftarkan diri.
“Kak Jeff! ini semua gara-gara kak Jeff ya! ngeselin banget sih! bebal banget dibilangin jangan mandiin Barcode malam-malam, sekarang kan dia jadi sakit, aku kan harus ke kampus kak.” keluh Ta.
Jeff yang duduk dipinggir ranjang kamar Barcode menatap wajah adik bungsunya lamat-lamat, dia selalu ingin dipeluk Ta semenjak dia bersin-bersin terus.
Jeff juga sebenarnya ingin marah dengan Ta karena dia pikir kenapa dia yang disalahkan? kan kalau sakit ya sudah sakit. Tetapi setelah ia pikir-pikir kenapa dia harus marah? Barcode sakit juga karena mandi malam, Jeff tidak sebodoh itu untuk menyadari kenapa Barcode sakit. Di dunia ini ada yang namanya sebab-akibat. Kemarin Ta juga sudah memperingatinya untuk tidak memandikan Barcode malam-malam. Namun, dengan perangai yang sok tahu Jeff tetap memilih memandikan Barcode dan berakhir seperti ini deh. Tamat.
Ta terus mengelus-elus punggung kecil Barcode saat balita itu mulai menangis kembali sebab merasakan sesuatu yang tidak nyaman didalam tubuhnya.
“Ta, kita bawa dia ke dokter aja ya?” Jeff memberikan saran.
“Atau telepon ayah?”
“Kak Jeff ga sopan banget, masa mau telepon ayah sama ibu gara-gara Barcode sakit. Mereka kan lagi honeymoon.”
Betul juga, pikir Jeff.
“Ya sudah kalau begitu ke dokter saja, aku ga tau obat apa yang harus dia minum supaya demamnya turun, terus kita ke kampus.”
“Ngapain?”
“Daftar 'kan? atau kamu mau gap year dulu?” tanya Jeff.
Ta menggeleng sebagai jawaban. Setelah menimbang-nimbang keputusan yang Jeff tawaran tentang universitas yang sekarang sedang ia anyam, Ta akhirnya memutuskan untuk satu kampus beda fakultas dengan kakaknya.
“Ya sudah. Kak Jeff temani Barcode di sini sebentar, aku mau nyiapin berkas-berkas yang diperluin.”
Jeff mengangguk, berdiri dari tempatnya untuk menggantikan mengkeloni Barcode.
“Barcode, Ta ambil kertas dulu ya, Barcode di sini sama kak Jeff sebentar oke?” Ta berujar selembut mungkin pada bocah banyak tingkah itu yang sedang error baterai.
Barcode terlihat samar-samar mengangguk meskipun, dengan enggan melepaskan genggaman tangan kecilnya itu dari jari-jari Ta.
“Kak Jeff, jangan di apa-apain ya Barcodenya, aku ga lama kok.”
Jeff mengangguk, “Iya.”
Ta berlari kecil keluar kamar Barcode menuju kamarnya, mengambil semua yang ia perlukan. Transkrip nilai akademik, surat keterangan lulus tahun terakhir, kartu keluarga yang belum diubah, kartu tanda penduduk, dan, beberapa kertas pentingnya. Dia memasukkan semuanya ke dalam satu folder berwarna kuning dan kembali ke kamar Barcode.
Dia hendak memanggil Jeff saat tangannya menggapai gagang pintu. Namun, niatnya ia urungkan. Ta membuka perlahan pintu kamar mengecek keadaan dengan cara mengintip.
Aman.
Lalu, dia membuka pintunya perlahan-lahan, “Kak Jeff?” panggilnya.
“Ya? sudah selesai Ta? tidak ada yang ketinggalan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑𝐇𝐎𝐎𝐃, 𝗃𝖾𝖿𝖿𝗍𝖺
FanfictionKatanya sih saudara, tapi kok mesra? Cerita Ta Nannakun yang tiba-tiba bisa punya kakak sekaligus adik dalam waktu satu malam.