♠️ THE COVENANT ♠️

84 18 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di ruangan berukuran 10×10 meter, Aegis mengibaskan jubahnya, dan yang terjadi ialah seluruh barang di ruangan itu terjatuh dengan sendirinya. Dengan langkah perlahan ia menghampiri Andreas. Aegis mencengkeram rahang Andreas cukup kuat membuat laki-laki itu meringis.

"Jadi alasanmu mengundurnya, karena kau ingin menyembunyikannya dariku?" tangan Aegis beralih mencekik leher Andreas hingga kedua kaki laki-laki itu tergantung di udara. "Katakan Andreas! Apa benar kau akan menggantinya dengan anak lain!" teriakan Aegis menggema di ruangan itu.

Ya, ruangan yang jauh dari keramaian, Aegis membawa Andreas ke tempatnya. Dengan begitu tak ada orang yang akan melihat kekacauan ini. Aegis semakin menekan leher laki-laki itu. Andreas tak punya pilihan lain, semua rencana yang ia siapkan pada akhirnya diketahui oleh pria di hadapannya. Kini melawan pun tak ada artinya, ia mengangguk dengan susah payah.

Aegis geram, ia melemparkan laki-laki itu hingga membentur dinding sebelah kirinya. Tak ada kerusakan yang berarti, ia sengaja tak membanting laki-laki itu, jika ia lakukan, mungkin Andreas kini hanya tinggal raga. Andreas susah payah bangun setelah sekali ia batuk berdarah karena tubuhnya yang terlempar dan membentur keras dinding ruangan gelap nan senyap itu.

Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Andreas berusaha menegakkan kembali tubuhnya, meski sakit luar biasa menjalari punggungnya.

"Bisakah-kau berjanji padaku, Aegis." Andreas berkata dengan sisa kekuatannya.

"Kau memintaku berjanji sementara kau sendiri mengingkari janjimu, Andreas!"

Lantai yang mereka pijak bergetar karena suara teriakan Putra Sang Kegelapan. Langit-langit di atas merekapun ikut bergetar, debu-debu berhamburan mengenahi jubah keduanya. Aegis menarik tudung yang menutupi surainya ke belakang. Surai itu kini nampak terjatuh bebas, kilauannya bagai mata pisau yang siap menyayat mata yang memandangnya.

"Berjanjilah kau tidak akan menyakiti putriku." Andreas tetap gigih. Kini ia tak takut akan semua hal yang mungkin terjadi padanya.

Aegis menyeringai, "Apapun yang terjadi pada putrimu. Itu menjadi urusanku, Andreas. Kau lupa perjanjian yang dibuat nenek moyangmu?" bisiknya membuat Andreas bergidik.

"Atau kau ingin menukarnya dengan rakyatmu? Tapi aku akan mengambil mereka sesuka hatiku. Dan-kerajaanmu ... aku tidak yakin akan bertahan lama." Aegis tersenyum di akhir kalimatnya, perkataan itu tak lain sebuah ancaman besar.

Aegis berjalan memutari Andreas yang masih bungkam. "Jika kau menginginkan itu, kau tak lebih dari sekedar anak tak tau diri, karena lebih memilih kehancuran negerimu sendiri hanya karena anak gadismu yang tak berharga itu. Lihat yang mereka korbankan untuk kerajaanmu. Lihat yang ayahmu korbankan untukmu. You still remember Lucis, right?"

Andreas mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia dihadapkan suasana yang pernah dihadapi ayahnya, Raja Rafael I, tapi ia tak pernah menyangka akan seberat ini. Apakah ayahnya juga merasakan hal yang sama saat akan melepas Lucis? Ia tak akan pernah mengerti urusan raja pendahulunya dengan Raja Hades itu.

"Aku akan menunggumu esok saat bulan purnama. Jika aku tak melihat dia ada disana. Maka saat itu semuanya akan lenyap. Draco akan mengantarmu pulang." Aegis membalikkan tubuhnya. "You'd better keep your promise this time."

Kepakan sayap kembali menyapa indra pendengaran tak lama setelah Aegis hilang menembus dinding ruangan. Andreas berjalan keluar dan mencoba naik dengan perlahan di punggung Naga Hitam itu.

DARK KNIGHT OF ARSGOETIA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang