Hari demi hari berlalu, sudah seminggu Thalia berada di kerajaan yang ia sendiri tak tahu. Ketakutan menyelimutinya setiap harinya, kamar tanpa jendela tempat ia singgah membuatnya tak tahu siang dan malam, bahkan untuk berkeliling istana, ia sama sekali tak dijinkan untuk keluar kamarnya.
Para pelayan yang membantunya bahkan tak pernah menunjukkan sikap ramah, mereka hanya mau berbicara saat Thalia bertanya tentang hal penting. Aegis, laki-laki itu bahkan tak pernah menunjukkan batang hidungnya setelah kejadian di aula.
Thalia beranjak dari peraduannya, ia berjalan pelan menuju pintu kamar bernuansa gelap berukiran naga emas melilit setangkai mawar. Thalia mencoba meraih ganggang pintu dan alangkah terkejutnya ia saat mendapati pintu kamarnya yang tak terkunci.
Ia melepas alas kakinya dan melangkah keluar meninggalkan kamar yang telah mengurungnya selama seminggu. Ia menyusuri lorong sunyi untuk menemukan jalan keluar.
Thalia menajamkan pandangannya setiap kali menemui persimpangan jalan. Namun ia masih tak melihat satupun penjaga. Ia hanya menemukan beberapa pintu ruangan yang tertutup sepanjang ia melangkah dari kamarnya sampai di titik saat ini ia berdiri. Sedikit heran mengingat kastil yang begitu luas, namun sepi penghuni. Ia bahkan sudah tak tahu lagi jalan kembali ke kamarnya.
Thalia terus melangkah sampai ia menemukan tangga melingkar yang menghubungkan lantai yang ia pijak dengan lantai dasar. Thalia mengangkat roknya dan turun perlahan. Setelah melewati beberapa anak tangga, ia dapat melihat pintu besar berwarna emas berukiran sulur-sulur berduri setinggi 6 meter.
Ia berhenti sejenak saat berada di ujung tangga, menoleh ke kanan kiri memastikan tak ada orang lain selain dirinya, dan berlari menuju pintu itu.
Tak dapat dipungkiri perasaan takut menyelimutinya, ia tetap berusaha sekuat tenaga membuka pintu besar itu. Dan tanpa diduga, pintu itupun juga tak terkunci. Thalia menengok keluar, dan tak ada siapapun di balik pintu itu.
Bagaimana mungkin tak ada satupun penjaga.Thalia menarik pintu itu sekuat tenaga. Ia berhasil keluar dengan selamat. Netra Thalia menatap keatas, akhirnya ia tahu saat ini bukanlah malam hari. Hanya saja suasana kelam seakan mentari tertutupi awan tebal, namun anehnya tak ada satupun awan disana. Ini lebih terang dari malam hari, tapi lebih kelam daripada siang hari.
Thalia menurunkan pandangannya, tepat di depannya halaman kastil yang begitu luas. Jauh di depannya, ia dapat melihat pintu gerbang di tengah-tengah dua menara di setiap sudut benteng kokoh setinggi lebih dari 12 meter. Thalia mencoba berlari sekuat tenaga menuju pintu gerbang utama. Namun langkahnya terhenti saat ia merasakan tanah bergetar.
Tanah bergetar seiring dentuman-dentuman yang berasal dari sisi kiri kastil. Kedua netra Thalia bergulir, ia dapat menangkap sosok misterius dari sudut matanya. Sosok kepala kadal raksasa, dengan duri-duri dan tanduk di ujung kepalanya. Sosok itu berputar berjalan pelan dengan dua kakinya dari sisi kiri Thalia.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK KNIGHT OF ARSGOETIA (Revisi)
FantastikWARNING!!! •Cerpen 12.000 word (4 bab) •Fantasi, romance, darkness. Thalia hidup sebagai putri bungsu Raja Andreas dari Kerajaan Barat, Adara. Perbedaan fisik membuatnya tumbuh dengan perasaan tak percaya diri. Hingga ia beranjak dewasa dan tumbuh m...