BluesInget cuman fiksi, Happy Reading!
***
Jeno merasa ada yang tidak beres dirumahnya. Benar saja ia bisa mendengar tangisan bayi, Jeno mengernyitkan keningnya saat tangisan itu justru semakin mengencangkan. Kemana Renjun?
Jeno menghela nafas, memutuskan untuk menghentikan acara mengecek laporannya. Malam semakin larut, mungkin Renjun terlalu lelah hingga tidurnya sangat lelap hingga tidak sadar bayi mereka menangis.
Jeno mengangkat bayi berusia beberapa minggu itu, memberinya susu lalu menimangnya pelan. Berharap bayi itu cepat tidur lagi.
Tempat tidur mereka rapih, Renjun kemana? Lagi, pertanyaan itu terbesit di kepalanya. Bersyukur tidak butuh waktu lama untuk bayi mereka kembali tenang.
Jeno melangkah keluar kamar, mencoba mencari sang terkasih. Mata yang kala tersenyum membentuk bulan sabit itu menemukan Renjun sedang terdiam, sesekali memainkan tangannya dengan mata yang entah kenapa terasa kosong.
"Renjun?" Panggil Jeno lembut.
Renjun mengangkat kepalanya. "Eh, Jeno? Jeno sudah selesai?" Tanya Renjun riang. Senyumnya mengembang sempurna seolah sosok sebelumnya yang tampak sendu itu tidak pernah ada.
Jeno juga ikut menyematkan senyumnya. "Belum tidur? Tadi, Baby menangis tidak dengar ya?"
"Baby menangis?!" Seru Renjun kaget.
"Eh? Aduh... Maaf, Injun tidak dengar.. " panik Renjun hendak beranjak pergi. Namun, Jeno menahannya. "Sudah, Baby sudah bobo lagi.." setelah itu Renjun mengerjap lalu mengangguk.
"Besok.. Mau ke Rumah Mama?" Tawaran Jeno kembali membuat binar mata Renjun kembali. "Mau! Mau!" Balas Renjun bersemangat.
Jeno terkekeh pelan, mencubit pipi Renjun gemas.
***
Renjun berlari kecil, membuka pintu rumahnya tidak sabaran. Menghirup dalam aroma yang ia sudah rindukan. "Renjun? Injun pulang?" Sebuah pertanyaan membuat mata Renjun sedikit berlinang, segera memeluk erat sosok yang begitu Renjun cintai.
"Mama.. Injunie pulang.." bisikan lirih Renjun bisa Winwin dengar. Winwin terkekeh pelan. "Selamat datang.."
Jeno ikut tersenyum dibelakangnya. "Jeno langsung ke kamar ya, Ma.. Baby tertidur.."
Winwin mengangguk. "Mama sudah siapkan keranjang bayi milik Shotaro di kamar, Tidurkan saja di sana.."
Jeno mengangguk.
"Injunie kangen Mama.." adu Renjun.
Winwin tertawa. "Mama juga rindu Renjun, Rinduuu sekali.." Winwin tersenyum mencubit pipi Renjun gemas.
Mereka akhirnya duduk bersisian dengan Renjun yang masih tidak melepaskan pelukannya. Rasanya lama sekali sejak terakhir ia memeluk mamanya.
Winwin juga sibuk mengelus rambut Renjun, teratur.
"Sudah mengunjungi Eomma dan Appa?" Tanya Winwin.
"Euh.. itu rencananya Minggu depan?" Jawab Renjun tidak yakin. Winwin hanya mengangguk.
"Mama.. Injunie lelah.." kata Renjun pelan.
"Hm?" Bukan Winwin tidak tahu, Winwin sudah lebih tahu, Jeno mengatakan mungkin bisa saja Renjun mengalami baby blues. Lalu Doyoung pun menyarankan agar Renjun lebih sering menghabiskan waktu dengan Winwin. Sama seperti Renjun adalah obat untuk Winwin tanpa putra menggemaskannya sadari Winwin juga sudah menjadi obat ajaib lain untuk Renjun.
"Kenapa Injunie tidak bisa seperti Mama?" Mata itu menatap Winwin sendu.
"Mama hebat sekali bisa mengurus Injunie juga Shotaro tapi Injunie rasanya payah sekali mengurus baby.. Mama juga bisa mengurus Injunie dan Taro sambil membereskan rumah.. benar benar hebat. Kenapa Injunie tidak bisa?"
Winwin tersenyum tipis. "Injunie.. Mama tidak sehebat itu. Mama.. juga merasa lelah sama seperti yang Injunie rasakan. Tapi, saat itu Papa.. Papa datang untuk membantu Mama, Papa selalu ada untuk Mama. Jadi, Mama selalu merasa semuanya akan baik baik saja.."
"Injunie juga, tidak masalah untuk meminta bantuan orang lain, atau jangan ragu untuk meminta bantuan Jeno. Injunie juga boleh meminta bantuan Mama.. Injunie itu tidak sendirian.. Tidak ada manusia yang bisa melakukan semuanya sendirian, Injunie paham?"
"Injunie harus ingat, Selama ini juga Mama tidak selamanya melakukan semuanya sendiri, Selalu ada Papa di sana.. Selalu.. Sama seperti selalu ada Jeno di samping Njun hyungnya Mama.." Winwin memeluk Renjun erat.
Renjun terisak. "Mama.."
Winwin tersenyum dengan mata yang berlinang. Ia juga sedang berjuang menahan tangisnya. Renjunnya sekarang sudah tumbuh dewasa.
Yuta menyaksikan itu dalam diam, berbalik pergi. Menghampiri Jeno yang sejak tadi diam. "Rasanya waktu cepat sekali berlalu.." ucapan Yuta membuat Jeno mengalihkan tatapannya dari gelas minumnya.
"Terima kasih karena selalu menjaga Renjun, bahkan sejak dulu saat dia tidak berada di pengawasanku.." Yuta tersenyum.
Jeno mengangguk, "itu sudah tanggung jawab ku.." balas Jeno. Yuta tertawa.
"Lihat bocah Jung ini, Sudah tumbuh dewasa dan bisa dengan lantang mengatakan bertanggungjawab.." Yuta terkekeh.
Yuta menghela nafas. Menatap sekelilingnya. Rasanya hari ini terlalu banyak haru. Membuatnya ingin memutar waktu dimana tawa kedua putra mereka masih memenuhi setiap inci rumah.
"Sejujurnya aku merasa sedikit kesepian. Aku masih belum terbiasa dengan Renjun yang sudah berkeluarga atau Shotaro yang sudah mulai kuliah dan pergi untuk magang.. rasanya benar benar sepi.." ungkap Yuta.
Jeno terdiam mendengarkan.
"Mungkin ini juga yang dirasakan kedua orangtuamu. Apalagi Winwin dan Ibumu itu sama sama sensitif sekali..." Yuta tertawa. Menyeka sedikit air matanya.
"Selain Renjun, Jangan lupakan mereka.." Yuta menepuk pundak Jeno, lalu pergi meninggalkannya.
Jeno menunduk kembali menatap gelas minumnya, mengisinya dengan air lalu meneguknya langsung hingga habis. Ia hendak menyusul Yuta saat ia lihat Yuta sedang menangis sendirian. Ah..
Lalu tak lama panggilan Renjun membuat Yuta menghapus air matanya lalu tertawa, tersenyum lebar. Winwin juga ada di sana ikut tersenyum. Keluarga ini selalu hangat. Jeno jadi rindu keluarganya sekarang. Mungkin setelah ini ia akan pergi menemui Orang tuanya sebentar.
***
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Family - a Simple Story
Fanfiction[COMPLETED] Huang Renjun yang selalu diledek bahwa ia bukan bagian dari keluarganya akhirnya memutuskan tinggal dengan Winwin yang selalu bermimpi mempunyai anak yang menggemaskan. Ini hanya kisah sederhana tentang Yuwin's Family yang ternyata meny...