Six.

390 152 19
                                    


06. Ya atau setuju?



.
.

"Geral?"

Claira mengucapkan nya dengan pelan, nyaris seperti berbisik. Ia tidak salah lihat kan?

Ibu itu menatap kedua remaja itu yang masih saling menatap. "Kalian sudah saling kenal?" celetuk nya membuat kedua nya menoleh.

Geral menghampiri sang bunda dan  memeluk nya erat juga memberikan kecupan di kening nya, hal biasa yang ia lakukan.

"Ekhm," suara bariton itu membuat Geral berdecak kesal.

"Cemburuan," gumam Geral dengan tatapan sinis pada ayah nya. Sang empu langsung menarik istri nya dan memeluk pinggang nya.

Kini mereka tengah duduk di ruang tamu, kakek duduk bersebelahan dengan Claira. Dan di depan Claira ada Geral yang sedari tadi menatap nya tanpa berpaling sedikit pun.

"Sebetulnya ini permintaan terakhir dari kakek nya Geral, dia ingin cucu nya di jodohkan dengan kamu Claira. Tapi, itu semua balik lagi sama kalian. Jika ingin melanjutkan nya silahkan," ayah nya Geral membuka suara dan memberitahu soal perjodohan itu.

"Kita perlu bicara," ucap Claira bangun dari duduk dan melangkah keluar. Geral mengikuti nya dari belakang.

Kedua nya tengah duduk di pinggir kolam renang. Tak ada yang bicara, hingga Geral bertanya.

"Tentang perjodohan itu, jawaban mu ya atau setuju?"

Claira menoleh dengan tatapan bingung. "Itu pernyataan." Ucap nya dengan memutar bola matanya jengah.

Geral terkekeh pelan, dia begitu menyukai ekspresi apapun yang gadis di hadapan nya itu tunjukkan. Begitu, menggemaskan.

Ia menghela nafas nya pelan. "Saya tertarik padamu Claira. Dan kamu harus bertanggung jawab."

Perkataan Geral mampu membuat Claira bingung. "Untuk?" tanya gadis itu masih dengan kebingungan nya.

Ia mengambil tangan gadis itu dan mengarahkan nya pada letak jantung nya yang selalu berdetak kencang jika bersama dengan nya.

"Saya baru pertama kali merasakan nya Claira, dan ini menyenangkan. Hanya dengan mu saya bisa seperti ini," jelas nya dengan mata lembut ke arah Claira yang menatap nya datar.

Dengan cepat ia menarik kembali tangan nya, Claira bisa merasakan detak jantung yang begitu cepat di dalam sana.

"Awal nya saya pikir ini hanya rasa tertarik padamu, sayang sekali itu semua salah."

"Jadi?" Claira jadi penasaran sendiri dengan perasaan pria yang ada di hadapan nya.

"Saya menyukaimu, ahk tidak. Saya mencintaimu sejak kamu menolongku saat itu. Dan apa yang saya cintai harus saya miliki. Mutlak, tanpa bantahan." Jelas nya.

Dengan santai nya Geral memeluk Claira dari samping, ia menelusup kan kepalanya pada leher. Menghirup aroma vanilla yang candu baginya.

Claira diam. Ia bingung, kenapa dengan mudah Geral menyukai nya? Dan juga, kenapa ia tidak risih dengan perlakuan tiba-tiba dari Geral.

"Jadi istri ku ya?" pinta nya dengan mata melas. Mata nya bahkan berkaca-kaca.

Dan itu, sangat menggemaskan.

Claira melepaskan pelukan dari Geral membuat pria itu menatap nya sedih. Ia tau bahwa gadis yang di hadapan nya ini sangat sulit di dapetin hati nya.

"Alasannya?" tanya Claira kepada Geral yang asik memainkan jari nya sendiri.

Pria itu mengangkat kepala. Menatap dalam penuh sayang pada gadis yang ada di hadapan nya. "Tidak ada. Saya ingin memiliki mu, menjaga mu, melindungi mu, memberikan sesuatu yang bahkan belum kamu rasakan. " Jawab nya dengan senyuman tulus.

Claira mengalihkan pandangannya ke kolam yang ada di depan. "Why me?" gumam nya pelan.

Sayang sekali Geral memiliki pendengaran yang tajam dan ia mendengar jelas suara pelan Claira. Dengan penuh kelembutan ia membelai pipi mulus Claira, menatap dalam gadis nya.

"Apa salah saya jatuh hati padamu Claira?" tanya pria itu.

"Salah."

Geral menatap bingung. "Kenapa salah?" tanya nya.

Gadis itu menghela nafas nya berat. Ia jadi teringat masa lalu yang selalu membuat nya trauma. "Gue pembawa sial. Jauhi gue." Titah nya dengan nada tegas, tapi di matanya penuh dengan luka.

Geral menangkup wajah Claira dan menyatukan kening keduanya. "Siapa yang berkata seperti itu hm?" ucap nya sambil mengelus pipi gadis yang masih menatap nya datar.

Ia hanya diam tak menjawab. Saat Claira ingin menjaga jarak dari Geral dengan cepat pria itu membawa Claira dalam dekapan nya yang hangat.

Kepala Geral ia taruh di bahu gadis nya. Claira dapat mendengar jelas detak jantung yang berdegup begitu cepat. Ia hanya diam tak membalas pelukan nya.

"Jika kamu tidak mau. Maka kamu akan tetap jadi milik saya Claira. Izinkan saya egois untuk memiliki mu, juga membuat mu bahagia." Ucap nya dengan begitu tulus. Tangan nya juga setia mengelus rambut nya yang panjang itu.

Tanpa disadari, sang kakek yang melihat itu pun tersenyum lega. Ia berharap Claira bisa bahagia dan membalas perasaannya.

Dapat ia lihat cinta tulus dari mata Geral, terlebih ia tau betul keturunan Smith tidak akan pernah selingkuh pada pasangan nya. Dan ia harap Geral pun begitu, karena jika hal buruk terjadi pada cucu kesayangan nya dengan mudah ia memberikan hukuman, yaitu menjauhkan Claira dari nya dan membuat pria itu menyesal.



.
.

Keesokan harinya...

Mereka tengah mempersiapkan pernikahan yang akan berlangsung 3 hari lagi. Keduanya izin tidak sekolah karena ikut mengurus pesta pernikahan nya itu.

"Hitam." Geral menggelengkan kepala nya gemas. Masa Claira ingin memakai gaun hitam? Yang benar saja.

"Putih sweetie, itu yang akan kamu pakai gaun nya." Claira mendengus kasar mendengar jawaban pria itu.

Pria itu mengambil buku berukuran besar dan menunjukkan kepada nya. "Ingin konsep seperti apa? Dan mau dimana tempat nya? Di tempatmu Perancis atau mau di sini saja?"

Pertanyaan banyak itu membuat Claira menatap nya malas. "Di mansion saja, dekorasi sederhana tapi elegan." Jawab nya.

Lagi pun tamu tidak banyak yang datang kan? Untuk apa membuat nya begitu mewah, itu lah yang ada di pikiran nya.

Geral menatap penuh selidik. "Kamu yakin ingin seperti itu saja? Saya bisa saj---" Ucapan nya terpotong dengan suara Claira yang menjawab nya.

"Yakin."

Geral mengangguk paham. Baiklah, ia akan mengikuti apa yang gadis nya inginkan. Lagipula sebentar lagi keduanya resmi halal kan? Memikirkan itu membuat nya tak sabar, ia bisa melihat wajahnya saat bangun tidur, memeluk sepuasnya, dan ia bisa melakukan--- akh sudahlah.

Melihat pria itu senyum-senyum sendiri membuat Claira bergidik ngeri. Dia tidak kesurupan kan?

"Geral." Panggil nya namun tidak ada respon.

"Geral." Lagi, dan ia masih diam dengan senyuman aneh itu.

"Geraldo!"

"E-h? Apa? Kenapa?" Pria itu menatap gugup Claira. Kenapa juga ia memikirkan yang seperti itu.

"Pulang."

Setelah mengatakan itu Claira langsung keluar dan diikuti oleh Geral.

•••••⚔️•••••

Bad GeraldoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang