Tiga Tahun Kemudian.
.
.
.Musik klasik terdengar merdu mengalun di seluruh ruangan manshion milik Edzsel.
Renggana dengan dress putih gadingnya nampak begitu anggun dalam setiap langkah kakinya.
Pakaian itu terbuka di bagian pundak. Panjangnya juga hanya sampai selutut. Tapi bahkan dengan pakaian seperti itu, Renggana nampak tidak terganggu.
Karena selama tiga tahun ini, dokter spesialis kulit yang Edzsel pilih telah berhasil mengembalikan kecantikan kulit gadis itu.
Tubuhnya yang dulu ringkih kini nampak segar berisi. Rambut gelapnya yang agak kusam, kini berubah jadi mengkilap bagai rasi orion di langit malam.
Matanya yang dulu hanya dipenuhi oleh ketakutan, kini memancarkan banyak sekali cerita.
"Sayang?"
"Edzsel!"
Renggana buru-buru meletakkan guntingnya di atas meja. Semenjak tadi, perempuan berusia dua puluh tahun itu sibuk merangkai bunga di dalam vas.
Dan begitu melihat sang suami sudah pulang, Renggana langsung menghambur dan melompat ke arah Edzsel.
"Huplahhh!" Edzsel mengangkat sang istri hanya dalam sekali gerakan.
Wajah manis Edzsel yang dulu kini lenyap. Digantikan oleh kejantanan yang menguar dalam setiap lekuk tubuhnya.
Edzsel semakin terlihat maskulin. Dia benar-benar menjadi sosok seorang pria tangguh saat ini.
Tangannya nampak kuat berotot. Dan semua selnya turut membangun kedewasaan Edzsel.
Tidak ada yang berlebihan pada fisik pria itu. Masa ototnya seakan pas untuk dijadikan model dalam kondisi apapun.
"Kenapa sayangku ini terlihat bahagia sekali?" tanya Edzsel seraya memutar tubuh sang istri lalu menurunkannya.
Kini, pinggang Renggana sudah ditutup penuh oleh tangan Edzsel. Dia menarik sang istri agar mendekat ke arahnya.
"Karena suamiku akan pulang. Tentu saja aku sangat bahagia."
"Padahal aku hanya pergi selama tiga hari."
"Itu lama, Ed."
"Mmm ... Lama, ya?"
"Iya. Aku-"
Cup.
Sebuah kecupan singkat mendarat pada bibir manis Renggana. Edzsel tidak puas hanya dengan itu.
Berulang kali dia mengecup bibir sang istri juga seluruh wajahnya.
"Aku merindukanmu, Sayang." pungkas Edzsel setelah dia puas memberikan ciuman panas pada sang istri.
Renggana masih kehilangan nafasnya. Padahal sudah tiga tahun berlalu, tapi gadis itu tetap saja tidak bisa mengimbangi kegilaan Edzsel dalam hal berciuman.
Juga hal yang lainnya.
"Apa kau akan pergi menjalankan misi lagi, Ed?"
"Tidak, Sayang. Kemarin itu aku juga hanya mengatur beberapa tempat penyimpanan senjata. Bukan sedang menjalankan misi."
"Oh."
"Oh saja?"
"Memangnya harus komentar apa lagi?"
"Entahlah. Kupikir seharusnya ada kalimat manis yang menyapu telingaku."
"Edzsel lelah?"
"Hmm."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Escape: Look At Me, Your Devil Angel
Mystery / Thriller"Merindukanku, sayang?" Suara itu. Senyuman iblis itu. Wajah yang tersenyum seolah tak berdosa yang pria itu tunjukkan membuat hati Renggana mendadak berubah menjadi remah roti yang siap hancur kapan saja. "Ba-bagaimana kau bisa ada disini?" "Itukah...