Awal Dari Semua

20 2 0
                                    

POV Gray

Kalau saja hidupku ini suatu dosa, maka lebih baik aku tidak dilahirkan. Kalau saja memang hanya penderitaan yang terjadi, lebih baik aku pergi dari dunia, kalau saja aku ini memang beban untuk orang lain, lebih baik aku di lupakan, karena sekarang, yang aku ingin hanyalah kematian.

Waktu menunjukan pukul enam pagi, aku terbangun dengan perasaan hampa, terbangun di tempat yang sama, Kasur abu-abu yang sama, kegelisahan dan rasa takut yang sama, serta suara keributan yang sama. Kalau saja aku bisa memilih bagaimana aku dilahirkan, maka aku akan memilih untuk mendapatkan keluarga yang harmonis, atau setidaknya, aku hanya ingin orang tua yang bekerja keras dan terus memberikan uang padaku, walau ia tidak mempedulikanku, itu sudah cukup.

Aku segera bangkit dari kasurku dan bersiap untuk mandi, namun.

"Oi Anjing! Keluar kau anak babi!" suara teriakan itu terdengar keras dari ruang tamu, dan tentu saja itu semua di tujukan padaku.

Aku segera keluar dari kamarku dan menuju ruang tamu dengan ekspresi datar, namun tetap saja aku selalu merasa...

Aku hanya ingin sebuah ketenangan

Aku melihat ibuku sedang duduk lemas di lantai dengan terisak, terlihat luka-luka lebam di wajah tirusnya yang tentu saja, laki-laki brengsek itu pelakunya.

"Nah, anak tolol yang tidak berguna datang!" kata laki-laki itu yang biasa di sebut seorang ayah.

Aku menatapnya dengan penuh rasa kebencian, biar bagaimanapun, ia sama sekali tidak cocok dengan sebutan seorang ayah, sosok yang seharusnya menjadi pelindung, namun yang menghancurkan, sosok yang seharusnya menjadi pemimpin, tapi malah menjadi seorang penjahat, sosok yang seharusnya menciptakan ketentraman dan kenyamanan, namun malah membuat keluarganya ingin mengakhiri nyawa, rasa benciku ini, benar-benar sudah tak ada batasnya.

"Apa kau lihat-lihat hah! Ibu dan anak sama-sama pembangkang!"

"Buk"

laki-laki itu meninju wajahku dengan keras.

Aku terpental, pinggangku menghantam meja dengan keras, aku hanya bisa pasrah dan meringis kesakitan.

Ibuku segera menghampiriku dan berusaha menenangkanku, ingin rasanya aku membunuh bajingan itu, tapi ibuku selalu menahanku, walaupun sebenarnya dia yang paling merasakan sakit.

"Di sini memang tidak pernah ada yang bisa membuat suasana harmonis, goblok! Kalau kau memang tidak tahan, pergi sana kerumah ayahmu, yang sok baik dan miskin itu, bawa sekalian anak goblok itu!"

Dengan tangisnya ibuku hanya bisa mengatakan,

"Maaf..."

Aku sangat geram, namun aku tak bisa apa-apa, aku ingin bebas, tapi aku sadar betapa lemahnya aku.

"Anjing!" Laki-laki itu segera pergi keluar dan menutup pintu dengan kerasnya.

Ibuku menatapku

"Nak, cepat pergilah, kau harus sekolah bukan? Ibu minta maaf karena tidak bisa melindungimu dan memaksamu sekolah dengan suasana kacau seperti ini" kata ibuku sambil tersenyum.

Aku terisak

"Bukan ibu yang harusnya melindungiku, tapi harusnya aku... maaf karena aku lemah, aku masih belum bisa mencari uang, maaf bu..." tangiskupun akhirnya pecah.

Ibu memelukku

Sudah, kita sama-sama melindungi dari laki-laki brengsek itu ya"

"Baik bu"

Aku memeluk ibuku lebih erat, lalu melepaskan pelukan itu untuk segera bersiap berangkat ke sekolah.

"Gray, kau harus ingat, jangan pernah menjadi seperti ayahmu, dan teruslah hidup!" Kata ibuku dengan tersenyum, tapi entah mengapa aku tidak merasa nyaman dengan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Time ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang