12. AML

374 59 5
                                    


Kemarin, dengan banyak pertimbangan Alisha akhirnya menyetuji saran Ody untuk melakukan serangkaian pemeriksaan. Dan karena hal itu, semalam Alisha tidak bisa tidur karena cemas menunggu hasil pemeriksaannya.

Ketakutannya ternyata berdasar.

"Acute Myeloid Leukemia" a very total-body multi organ system disease.

Alisha berjalan di koridor rumah sakit dengan pikiran kosong. Ody sudah memintanya untuk tinggal sebentar di ruangannya dan akan mengantarnya pulang nanti, namun Alisha menolak, saat ini ia ingin sendiri.

***

Alisha duduk termenung pada kursi kemudinya.

"Terus, sekarang gue harus gimana?" pikiran itu terlintas dipikirannya.

Saat ini otaknya serasa tidak berfungsi. Siapa yang tidak kaget? Selama 17 tahun ini Alisha menjalani kehidupannya dengan baik-baik saja, walaupun ia kesepian tapi ia baik-baik saja. Lalu pada satu hari di bulan Desember, ia tiba-tiba mendapati fakta kalau dirinya mengidap kanker.

Memang benar kata orang, ignorance is bliss, mungkin akan lebih baik kalau kemarin Alisha tidak menemui Ody, mungkin akal lebih baik kalau ia tidak tahu bahwa dirinya adalah orang dengan AML. Rasanya Alisha ingin lari dari kemyataan ini, tapi kemana?

Pagi itu Alisha memutuskan untuk mengemudi mengikuti kata hatinya.

***

Suara deburan ombak dan angin yang berhembus kencang menyapa Alisha tatkala ia turun dari mobilnya. Saat melihat disekelilingnya Alisha tidak mendapati siapa pun disana. Iya juga sih, siapa juga yang mau ke pantai disaat mendung begini.

Dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada, Alisha berjalan mendekati bibir pantai. Untuk sesaat Alisha menutup kedua matanya untuk merasakan hembusan angin yang membelai wajahnya. Dingin, tapi ia suka.

Ombak berdebur dengan keras, menimbulkan suara gaduh. Tidak jauh beda dengan pikirannya yang kini sedang berteriak riuh.

Lucu. Hidupnya memang lucu.

Saat kehidupan monokromnya perlahan kembali menjadi lebih berwarna, Tuhan memberikannya sebuah kejutan kecil yang membuatnya tidak habis pikir.

Alisha tahu kalau Tuhan itu adil. Terlahir dari keluarga Aoki, Alisha memiliki segalanya. Uang, kekuasaan, pengaruh, ia memiliki semua itu. Tapi karena Tuhan itu adil, maka Tuhan memutuskan untuk tidak memberikan kebahagiaan kepada Alisha. Alisha tidak marah, Alisha mengerti, karena Tuhan itu adil.

Karena Tuhan itu adil, maka saat ini Alisha tidak boleh bersedih. Lagipula, bukannya memang ini yang diinginkan Alisha sedari dulu? Bukannya Alisha memang ingin menyusul Anggrek? Toh kehidupannya tidak seindah itu untuk dipertahankan.

Tiba-tiba terbesit di pikiran Alisha, "apa sekarang gue nyebur aja ke pantai ya? Toh lambat laun ujung-ujungnya gue bakal mati juga"

Buru-buru Alisha menggelengkan kepalanya.

"Ngga boleh, ngga boleh, Alisha ngga boleh mikir begitu" kata Alisha pada dirinya sendiri.

Alisha mengambil ponsel yang ada disaku celana jeansnya.

"Halo Mam-"

"Sayang, sebentar ya. Nanti mama call lagi" telephonepun dimatikan. Alisha mencoba untuk menelephone papanya, namun nihil, telephone papanya tidak aktif.

"Please angkat.." kali ini Alisha mencoba untuk menghubungi Bumi. Saat ini ia harus berbicara dengan seseorang agar tidak muncul pikiran jelek dalam dirinya. "Hallo, Mas Bum?"

1/3 SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang