Happy Reading!
"Tuan muda Sasori."
Hazel Sasori mendelik tajam, kepala merahnya merespon cepat dengan menoleh ke sumber suara yang tak ia kenali. Kedua kelopaknya menyipit menangkap atensi pria yang tidak asing melangkah mendekat.
"Saya benar-benar bersyukur," Mengabaikan rasa tak nyaan dari lawan bicaranya, sosok itu tersenyum tulus hingga kedua matanya menyipit. "Tuan Itachi berkata sekarang anda bekerja di bagian direksi keuangan, benar?"
Sasori mengusap tengkuknya bingung. Bola matanya sibuk melirik kanan dan kiri, gendang telinganya menangkap jelas bagaimana para pegawai Itachi membicarakan anak baru kemarin, alias dirinya sendiri. Pria itu menghela napas, jujur ia lebih lebih nyaman jadi supir.
"Maaf tuan, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Sasori sopan.
Si pria dengan tai lalat di dagunya itu mengulas senyum kecil. "Maaf atas kelancangan saya Tuan Sasori," Pria itu mengulurkan tangan kanannya. "Sebelumnya perkenalkan, saya Kakashi Hatake anak dari Sakumo Hatake pengacara keluarga-"
Belum sempat lawan bicaranya menyelesaikan kalimatnya, Sasori lebih dulu menyambut uluran tangan tersebut lantas menariknya pergi.
"Kita bisa bicara di tempat lain Hatake-san."
Pria bernama Kakashi hanya tersenyum tips lantas melangkahkan sepatu hitamnya tanpa berniat menyanggah apapun. Akhirnya ia bisa bertemu dengan orang yang selalu dicari oleh mendiang ayahnya, dan ia dengan segenap hati akan meneruskan perjuangan ayahnya.
Setibanya mereka di puncak gedung tertinggi, keduanya disambut semilir angin yang mampu menggoda anakan rambut. Atensi kedua pria itu memandang lurus hamparan gedung-gedung tinggi yang saling bersaing memenuhi Tokyo.
"Maaf Hatake-san, anda mengetahui sesuatu tentang keluarga Haruno?" tanya Sasori tanpa basa-basi.
"Lebih tepatnya keluarga anda," Kakashi membalas sekenanya, ekor matanya melirik perubahan gesture lawan bicaranya. "Jangan terlalu formal dengan saya Tuan Sasori, mendiang ayah saya adalah abdi setia ayah anda."
"Paman Sakumo ya?" Sasori berujar lirih berusaha mengais sisa ingatanya. "Cukup panggil Sasori saja Hatake-san, lagipula itu sudah lama berlalu."
"Kalau begitu anda juga harus memanggil saya Kakashi," Kakashi mengulurkan tangan kanannya. "Karena kita adalah keluarga tanpa ikatan darah."
Senyum separuh Sasori terbir, tanpa berpikir dua kali ia segera menyambut uluran tangan Kakashi dengan hangat. "Terima kasih," ujarnya tulus.
"Jika ada waktu senggang datanglah ketempatku, ada beberapa hal yang harus kita bicarakan," Kali ini Kakashi menyodorkan kartu namanya. "Tentunya ajak adikmu, Sakura Haruno bukan?
"K-kau ... tahu dari mana-"
"Surat wasiat mendiang Tuan Kizashi."
"Surat wasiat?" Kedua mata Sasori menyipit heran. "Beliau sempat membuat surat wasiat?"
"Mereka para pebisnis besar selalu membuat dan memperbarui surat wasiatnya tiap tahun," Kedua tangan Kakashi menggengam pagar pembatas. "Kondisi seperti inilah yang ditakutkan akan menimpa mereka sewaktu-waktu," Kakashi memiringkan kepalanya menatap langsung kedua mata Sasori. "Karena uang dan kekuasaan sangat berbahaya, keduanya bisa membuat siapapun gelap mata jika pikirannya tidak waras. Karenanya mereka bahkan bisa kebal dari hukum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vibrasi
Teen FictionGetaran yang ia rasakan kali ini sungguh melampau batas, terasa asing, mendebarkan dan menyenangkan. Disclaimer @Masashi Kishimoto