Chapter 4

486 41 4
                                    

Sewaktu aku kembali ke Dream Entertainment setelah shift malam, waktu sudah hampir jam 12:50 pagi. Aku masih mengenakan topi di kepala dan baju lama penuh keringat yang kupakai sejak fajar. Aku pun memasuki lobi kantor yang berkilau. Untungnya, paman soda memberitahu tentangku sebelumnya, satpamnya pun mengecek kartu nama dan memberiku akses kartu supaya aku bisa masuk.

"Dia bilang tunggu di ruang konferensi 312."

Si satpam mengucapkannya dengan malas. Aku mengangguk dan masuk ke lift, kemudian menekan tombol ke lantai 5. Cahayanya menyala dan lift mulai bergerak. Myeongshin ada di lantai 5 saat aku mengirim paket. Jadi kalau dia datang, kemungkinan besar dia ada di lantai ini. Untungnya, waktu sudah begitu larut sehingga nyaris tidak ada orang di lantai 5 dan sebagian besar lampunya sudah dimatikan, dan aku bisa bergerak bebas.

Aku berjalan perlahan dan melihat setiap ruangan. Sepatu lamaku dengan sol yang usang nyaris tidak membuat suara. Cahayanya berasal dari koridor, tapi ada cahaya yang tembus dari bawah pintu, jadi aku berhenti di tempat itu untuk mendengarkan. Aku bisa mendengar suara-suara datang dari dalam, tapi sangat pelan sehingga aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Aku memasukkan permen karet yang sudah kusiapkan ke mulut, mengunyahnya, berbalik, dan berjalan di koridor. Tak lama, aku menemukan sakelar lampu di dekat lift dan mematikannya.

Klik.

Lampu di koridor mati dengan suara pelan. Aku berhenti sejenak untuk membiasakan diri dengan kegelapan, lalu pergi ke depan ruangan yang masih menyala. Aku menyembunyikan permen karet di tangan kiriku dan mengetuk pintu dengan tangan kanan. Saat aku memutar kenop, percakapan di dalam berhenti. Cahaya terang di dalam merembes hingga rasanya menyilaukan.

"Apa itu?"

Pria berjas bertanya sambil mengerutkan dahi, dia pasti agak kaget karena sedang berbicara tentang suatu rahasia. Myeongshin dan pria itu menatapku, tapi berkat topiku, mereka tidak bias melihat wajahku dengan jelas.

"Maaf. Sepertinya aku masuk ke ruangan yang salah."

Aku membungkuk dengan sopan dan langsung menutup pintu. Tentu saja, aku tidak lupa melekatkan permen karet ke kusen pintu sebelum menutupnya. Saat pintunya menempel ke permen karet, pintu tidak akan menutup seutuhnya. Celah kecil sudah cukup untuk mendengar suara mereka.

Aku bersandar ke dinding sebelah pintu dan mencoba mendengarkan suara di dalam. Topik utama percakapannya adalah drama yang akan mulai syuting tahun depan. Myeongshin yakin dia bisa berada di puncak kalau dia adalah karakter utama di drama itu. Sepertinya dramanya masih di tahap perencanaan awal. Hanya direktur yang sudah ditentukan, investor belum ada yang direkrut. Tapi keduanya percaya orang-orang akan berinvestasi dalam karya itu. Topik percakapan mereka menjadi membosankan. Lalu, mereka mulai bergosip tentang para aktor yang sedang menjadi peran utama, dan topiknya berubah menjadi orang bernama Direktur Yoon yang mereka bicarakan sebelumnya.

"Kau sudah mencari tahu? Tentang Direktur Yoon itu."

Saat pria berjas mengangguk dan menyebutkan namanya, Myeongshin tertawa.

"Nama yang aneh. Apakah karena nama ini Direktur Yoon masih mengingat dan mencarinya?"

"Tidak. Aku mendengar sedikit dari Ketua Park, si Jihwaja ini..."

Pria itu tiba-tiba memelankan suara seolah-olah sedang memberitahu rahasia.

"5 tahun lalu, dia tidur dengan Direktur Yoon untuk semalam dan kabur dengan uang."

"Ya ampun, dia mencuri uang dari Direktur Yoon dan kabur?"

"Bukan, dia meninggalkannya."

"...apa?"

PaybackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang