30# Setelahnya

647 98 33
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡












"Tuan Junkyu mengalami guncangan yang cukup besar untuk kesehatan mental nya, saya harap agar beliau tidak lagi mendapatkan tekanan yang lain, karena ditakutkan beliau akan melakukan hal yang tidak terduga."

Para suami Junkyu menghela nafas berat, mereka gagal seutuhnya sekarang.

Gagal menjadi kakak sekaligus suami dalam satu waktu bersamaan, bukan hal yang mudah diterima oleh akal sehat mereka.

"Kalo gini, lebih baik sebagian jagain Junkyu dan sebagian ikut proses penguburan Junghwan." Usul Yoshi.

Semuanya mengangguk setuju, dengan keadaan Junkyu yang sekarang, mereka gak bisa buat asal ninggalin.

"Biar gue aja yang nungguin Junkyu." Ujar Haruto. "Tolong titip salam buat Junghwan !!" Pesan lelaki itu, sebenarnya dia juga berat buat gak ikut proses pemakaman tapi... Hatinya berat juga buat ninggalin Junkyu, pokoknya Haruto percaya kalo Junghwan tahu kok apa yang sekarang terjadi.

"Oke, kita titip Junkyu yah." Ucap Doyoung sembari menepuk bahu sang adik.

Setelah saling berpamitan, semua orang pergi dan hanya menyisakan Haruto sendirian.

Lelaki jangkung itu duduk disamping tubuh Junkyu yang masih tak sadarkan diri, tindakan Doyoung tadi memang sangat tepat karena banyak kemungkinan buruk jika Junkyu dibiarkan mengamuk.

Haruto mengusap kening dan merapihkan anak rambut si teman hidup, kemudian beralih menggenggam tangan dingin Junkyu.

"Sayang... Kamu harus kuat yah !! Kalo kamu kayak gini, Junghwan juga pastinya bakal sedih." Ujar Haruto.

"Aku tahu ini gak mudah, tapi kita masih bisa ngelewatin semuanya sama-sama. Kamu gak sendirian Kyu, kalo yang lain gak bisa diandelin..." Tenggorokan Haruto tercekat, ini adalah kalimat andalan Junghwan untuk menenangkan Junkyu.

"...masih ada aku, kamu bisa kapanpun ngandelin aku." Lanjut nya.

Entah apa yang Junkyu mimpikan dalam tidurnya, tapi deraian bening itu mulai keluar dari sela mata yang tertutup rapat.

"Maaf.. aku minta maaf, maaf karena aku belum bisa sehebat Junghwan dimata kamu." Lirih Haruto.













Proses pemakaman tengah berlangsung, memang sengaja dipercepat karena takut akan terjadi hal yang lebih Jihoon takutkan, bahkan lelaki itu sudah menyiapkan beberapa orang untuk menjaga kuburan sang putra.

Hyunsuk duduk lesu di kursi yang disediakan, tubuhnya sudah tidak lagi sanggup menopang beban yang seolah terus memaksa untuk dia terima.

Begitupun Nayun, gadis kecil kesayangan Junghwan itu sudah berulang kali tak sadarkan diri. Tapi dengan tekad kuatnya, dia benar-benar ingin mengantarkan sang papai sampai ke rumah terakhirnya.

Setelahnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang