ACDD 17# HIJRAH CINTA

24.1K 2K 66
                                    

ACDD 17# HIJRAH CINTA

"Terimakasih karena kehadiranmu membuat aku bisa merasakan apa itu cinta. Aku yang pernah enggan untuk membuka hati ternyata kalah. Karena sekuat apa pun aku membenci cinta, tapi jikaTuhan berkehendak memberi rasa ini, aku bisa apa?"

~Aisfa (Cinta dalam Doa)~

🕊🕊🕊

Ustadzah Naifa berjalan anggun memasuki salah satu kelas santriwati yang sudah sepuluh menit telat di isi. Hal itu menimbulkan tanda tanya dibenak santriwati yang menghuni kelas itu, termasuk Aisfa yang duduk di bangku tengah.

Pasalnya sekarang adalah jadwal Gus Alfatih untuk mengisi kelas, kenapa diwakilkan kepada ustadzah Naifa?

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

Ustadzah Naifa menarik sudut bibirnya melihat semua murid di kelas itu tengah menatapnya bingung. Ia pun mulai menjawab kebingungan mereka. "Untuk saat ini ustadzah yang akan menggantikan Gus Alfatih mengajar, karena beliau sedang berhalangan."

Aisfa mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk bertanya. "Afwan, ustadzah. Kalau boleh tahu Gus Alfatih berhalangan kenapa?"

Aisfa bertanya seperti itu karena mengkhawatirkan kondisi pemuda itu setelah kemarin babak belur gara-gara menolongnya. Aisfa takut dia sakit karena dirinya.

"Gus Alfatih ada urusan pekerjaannya," jawab ustadzah Naifa jujur.

Sebelumnya Gus Alfatih sendiri yang mengatakan hal itu pada dirinya. Jawaban ustadzah Naifa membuat Aisfa tersenyum lega mendengarnya.

"Baiklah kita mulai pelajaran hari ini. Bismillahirrahmanirrahim. Baca doa terlebih dahulu."

🕊🕊🕊

Gus Alfatih menyandarkan punggungnya di sofa ruangannya usai mengadakan rapat penting mengenai pembukaan cabang kafenya yang sebentar lagi akan beroperasi di luar negeri. Pemuda itu itu memijit pelipisnya. Kepalanya terasa pening. Saat ini dirinya benar-benar lelah secara fisik maupun batin.

Bagaimana tidak. Gus Alfatih tidak dapat melupakan apa yang semalam abinya katakan. Ia terus kepikiran dengan perjodohan itu.

"Seandainya saja aku bisa menolaknya. Aku tidak ingin dijodohkan dengan seseorang yang sudah kuanggap sebagai adik sendiri. Tapi bagaimana cara aku mengatakannya? Keluarganya dan keluargaku memiliki hubungan yang erat. Aku takut mereka kecewa," ucapnya lesu.

"Lagipula jika aku menolaknya, alasan apa yang akan aku berikan? Mencintai seseorang? Aku sendiri masih bingung dengan perasaan yang aku rasakan saat ini."

"Apakah aku memang benar-benar mencintainya atau sebatas menyukainya karena nafsu?"

"Di umur Gus yang ke-24, apa yang pengen Gus capai?"

"Aku tahu! Pasti nikah."

Gus Alfatih tertawa pelan mengingat perkataan Aisfa kala lalu. Ia menertawakan dirinya sendiri yang saat ini dilanda dilema. Gadis itu sudah berhasil mengacaukan hidupnya. Sebelumnya Gus Alfatih tidak pernah menghadapi situasi yang berat seperti ini. Tapi dia membuat Gus Alfatih merasakannya.

Aisfa (Cinta dalam Doa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang