Chapter Three: Stalker - 2

539 84 7
                                    

"Jadi Sunwoo Oppa sudah mengatakan apa saja?"

"Banyak," jawab Bomin, matanya masih terarah pada Yerim. "Termasuk perjudian kalian."

"Baiklah. Aku rasa aku tidak perlu mengelak." Yerim bersedekap sombong, "siapa yang mau melawanku lebih dulu?"

.

.

.

.

.

"Siapa yang mau melawanku lebih dulu?"

Kalimat tanya itu dibiarkan mengambang dalam senyap keramaian tempat publik seperti kantin. Para pendengar memprosesnya dengan berbagai dugaan. Mereka punya berbagai spekulasi. Bagaimanapun juga, hanya separuh dari kelompok itu yang mengenal Yerim.

"Oh, maksudmu berjudi?" 

Pada akhirnya mereka semua duduk dan membiarkan Yerim dan Geumran di sana bersama mereka. Ini sebuah pemandangan yang langka, melihat mereka bergaul dengan anak-anak baru. Jarang ada yang mau mendekat. Tampak mereka bisa menerima bahkan mengantisipasi lebih dari anggota baru itu. 

"Jadi dia gadis yang kalian bicarakan waktu itu?" tanya salah satu gadis di sana.

"Aku melihatmu di klub. Kau mendekati Hyunjin, kan?" 

Yerim terkekeh kecil ketika ia mendengar pertanyaan yang menjurus. Pilihan kata yang diucapkan oleh si rambut bob itu menurutnya sangat tajam. Kalimat aktif yang menjadikannya sebuah subyek, memancing konotasi bahwa dia sebagai pelaku utama dari kejadian itu. Yerim otomatis melirik kecil pada pemuda yang dimaksud. Hyunjin, Hwang Hyunjin. Orang yang paling bersinar di antara semua orang.

Yerim mengusap tengkuknya pelan, dia memberikan ekspresi kikuk, bertentangan dengan persona yang ia berikan sebelumnya. "Pilihan katamu unik. Aku merasa seperti seorang penjahat."

"Pilihan kata?" alis si rambut bob mengerut. "Maksudnya apa?"

"Kau memang seorang penguntit." Seseorang menjadi sangat sinis. Si gadis yang terus saja lengket pada Hyunjin itu tiba-tiba melayangkan tuduhan dengan nada yang tidak menyenangkan. "Pertama klub, lalu di lapangan futsal, sekarang di kampus. Kau memang mengikutinya ke mana-mana."

Yerim dalam hati setuju, namun ia tidak bisa diam saja sekarang.

"Aku bekerja di tempat kalian biasanya bermain futsal. Aku di sini karena ingin kuliah. Kalau klub, apa aku tidak boleh bersenang-senang?"

"Apa kehidupanmu di Osaka tidak menyenangkan sampai kau harus pindah ke Seoul?" Pertanyaan dadakan dari Bomin sedikit membuat Yerim tidak fokus. Dia sempat linglung sesaat, mencerna pertanyaan itu lamban. 

Osaka? Mengapa tiba-tiba menyebutkan kota di Jepang?

Oh, sial. 

Terpaan ingatan segera menyegarkan Yerim pada poin yang dimaksud oleh Bomin. Ketika pertama kali bertemu di klub, dia mengaku tinggal di Jepang sebelum berada di sana. Yerim tersenyum nakal, memilih jalan keluar yang ia harap akan efektif. "Oh, Oppa. Kau percaya dengan kata-kataku itu?"

"Kau berbohong?"

"Agar terlihat menarik? Iya."

"Lalu kenapa sekarang berkata jujur?"

Yerim hanya tersenyum seraya mengalihkan perhatiannya pada hal lain. Dia memilih membiarkan Bomin berada dalam pertanyaan besar. Jawaban yang ia gantung itu sebenarnya tidak begitu penting, kecuali hanya ingin menghentikan topik itu.

"Jadi apa kita akan berjudi sekarang? Aku kira kau mendekati kami untuk berjudi dan menguras uang kami seperti yang kau lakukan pada Sunwoo." Hyunjin buka mulut, Yerim menyambut rasa penasarannya dengan semangat.

THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang