Baby ( Mark × Lisa ) [End]

6

7 Bulan Kemudian

Hujan salju turun membasahi kota Swiss. Udara dingin masih menyeruak di ruangan itu meski penghangat ruangan telah dinyalakan. Huft... akhirnya Lisa bisa merebahkan dirinya di atas kasur. Bagaimana tidak? Hampir seharian penuh dan telah berjalan kurang lebih setengah tahun Lisa merawat anaknya sendiri. Jujur saja, terkadang dia menangis saat melihat wajah bayi laki-lakinya yang tengah tertidur. Tampak damai dan menenangkan. Sama seperti pria itu.

Berulang kali Lisa berusaha menepis pikirannya yang terus memutar kilas balik kisah cinta mereka. Kenangan yang indah namun ditutup dengan kisah pahit. Bukan. Bukan bayi ini yang Lisa maksud. Bayi ini memberi kekuatan pada Lisa dan kini menempati urutan pertama yang dia cintai sepertinya. Bayi yang berasal dari benih pria yang sialannya masih Lisa cintai sampai sekarang.

Kenapa?

Kenapa dia belum juga menemuinya? Apa Mark benar-benar sudah melupakannya? Lisa sempat dengar bayi yang dikandung Karina adalah anak Jaehyun. Mengingat itu, terselip rasa bahagia dihatinya. Tapi sepertinya cinta mereka tidak akan pernah berlanjut. Buktinya Mark tidak pernah berusaha untuk bertemu dia maupun putranya. Bahkan untuk sekadar mengirim pesan pun Mark tidak melakukan.

"Bajingan kau Mark! Sampai kapan aku harus hidup dengan bayang-bayangmu? Apa kau tidak merindukanku? Atau kalau tidak anakmu? Apa yang sebenarnya ada di pikiranmu bodoh? Apa kau ingin mencampakkan kami begitu saja? Lantas mengapa kau mengaku pada publik bahwa ini bayimu? Sebenarnya apa yang kau mau Mark?!?" tanya Lisa frustasi.

Hiks..

Hiks..

Lihatlah betapa rapuhnya Lisa kini. Dia menjadi wanita yang cengeng. Padahal sekarang statusnya sudah menjadi seorang ibu. Ini sangat memalukan!

****

"Apa yang sebenarnya ada diotakmu?"

"..."

"Jadi kau benar-benar menyerah begitu saja? Kau menyerah setelah dihabisi hingga hampir mati? Sampai situ saja nyalimu huh? Kau masih hidup bodoh! Jadi seharusnya kau terus berusaha!"

"..."

Tidak ada jawaban yang keluar satu pun dari mulut Mark. Pandangannya mengabur. Otaknya terus menaut pada hal yang sama. Bisa dibilang kini karier yang dia bangun telah hancur. Dan dia sendiri yang menghancurkannya. Meski banyak penggemar diluar sana yang ingin Mark kembali dan memaafkan kesalahannya, tapi dia sudah tidak bisa melakukan hal itu lagi.

Dia masih ingat. Hampir satu bulan lamanya tubuhnya tergeletak di rumah sakit dengan tak sadarkan diri. Orang tuanya mengetahui semua permasalahannya, ditambah dia yang koma selama itu menjadikan ibunya jatuh sakit. Sungguh, Mark benar-benar seperti memperoleh karma. Hidupnya sudah tidak bisa kembali seperti dulu.

Wanita itu... bagaimana kabarnya?

Mau tau alasan terbesar Mark masih mau meneruskan hidupnya? Tentu saja itu karena Lisa dan bayi mereka.

Omong-omong soal bayi... kira-kira anaknya mirip siapa ya? Apakah mirip mark atau justru Lisa? Entahlah.. terkadang Mark berpikir. Bagaimana kalau bayi itu mirip dengannya? Apakah bisa wanita itu hidup dengan melihat sosok kecil tak berdosa yang sialannya mewarisi parasnya? Sampai kapan wanita itu bisa bertahan? Mark rasanya ingin bunuh diri saja bila pertanyaan-pertanyaan seperti itu menyeruak. Dia lelah. Mengonsumsi obat tidur dan badannya yang tidak terurus. Apalagi yang tersisa? Mark tidak mungkin menghampiri Lisa. Wanita sebaik Lisa tidak pantas bersanding dengan pengecut sepertinya.

"Mark, pikirkan sekali lagi. Aku yakin kau sudah benar-benar menyesali perbuatanmu. Aku juga yakin bahwa itu semua diluar kendalimu. Aku tidak sedang membela kesalahan yang kau lakukan... tapi bukankah Tuhan itu pemaaf? Hentikanlah kebodohanmu! Kau belum tau kan bagaimana respon Lisa terhadapmu? Mungkin keluarganya memang membencimu setengah mati. Tapi sampai sekarang kau bahkan belum bertemu langsung dengannya dan mendengar penolakan atau penerimaan darinya," kali ini Taeyong memang sudah tidak kuasa melihat membernya yang satu itu. Dia ketua, ini pun murni karena dia peduli dan bukan bermaksud untuk ikut campur.

"Terima kasih atas pendapatmu hyung. Tapi kurasa tidak ada yang perlu diperjuangkan lagi. Semuanya telah usai."

####