Prolog

19 2 0
                                    

Bagaimana aku bisa kembali tersenyum saat menatap langit sementara dia begitu jauh untuk bisa aku gapai? 

Bagaimana aku bisa kembali tersenyum saat menatap langit sementara dia telah menyembunyikan bahagiaku dalam peluknya yang luas?

Bagaimana aku bisa kembali menemukan bahagiaku sementara aku masih berjalan di bawah naungannya yang tak bertepi?

Aku ingin melanjutkan hidup dan mewujudkan impian mulia yang pernah kita angankan bersama, meski kini aku sendirian. 

Aku pergi jauh dari semua kenangan kita agar luka ini bisa segera pulih, bukan untuk melupakanmu.

Namun kemudian, di ujung desa itu, aku melihat sosok pelindung yang berjiwa besar sama sepertimu. Dia begitu pemberani, tatapan matanya teduh, tutur katanya lembut, dan sepertinya aku akan terjatuh (lagi). 

Dia datang membawa secercah asa yang berkilauan. Dia datang memberikan arti bahagia dari sudut pandang lain. Darinya aku kembali menemukan arti hidup, dia bilang aku pantas setelah diriku sendiri hampir menyerah. 

Lalu bagaimana jika aku terjatuh untuk kedua kali? 

Apa semua akan baik-baik saja?

- Oktarani Diratama

... 

Mata indah itu tidak seharusnya memancarkan tatapan kosong.

Bibir kemerahan itu seharusnya melukiskan sabit yang menggetarkan hati.

Air mata itu selalu tumpah tak terbendung ketika kau menatap langit. Aku tidak tau apa yang membuat lukamu begitu dalam. 

Mendekatlah, biar kuberitahu bagaimana sebaiknya kamu menatap langit.

Mendekatlah, akan aku beritahu cara lain memandang dunia dengan senyuman.

Perempuan seindah dirimu, tidak pantas untuk menyerah.

- Muhammad Kafi Pradipta

Kemilau Asa di Ujung DesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang