Barcode masih sakit, tapi tidak se-lemas beberapa hari yang lalu. Dia sudah lumayan banyak bergerak dan tertawa saat pagi sampai malam, mulai dari tengah malam sampai subuh Barcode akan terus-menerus menangis. Ta tidak tahu kenapa, tanyakan saja kepada balita itu.
Dan dalam kasus ini Ta yang direpotkan dan pelakunya adalah Jeff Satur.
Pagi yang cerah di hari minggu yang indah, Ta harusnya dengan senang memulai hari minggunya dengan sarapan dan meditasi sebelum benar-benar memulai harinya.
Tapi di sini dia. Terperangkap oleh dua pria bermarga Satur, yang paling tua memeluknya erat sambil bersandar di pundaknya, yang satu lagi sibuk menempelkan pipi gembulnya di dada Ta.
Ta sudah bangun dari 10 menit yang lalu, berusaha—setidaknya—menyingkirkan Jeff agar dia bisa bergerak bebas.
“Kak Jeff, kak Jeff bangun kak, udah siang.” katanya, menoel-noel pipi tirus kakak sulungnya itu.
Jeff bergerak dalam tidurnya, tidak begitu merespon toelan dari sang adik. Ta menghela nafasnya gusar.
“KAK JEFF!!!”
****
Setelah puas mengerjai kak Jeff—yang dia baru tahu Jeff adalah tipe orang yang kalau tidur seperti sedang simulasi mayat alias kebo—dia berlari kecil menuju counter dapur, menaruh Barcode di atas meja keramik putih cream membiarkan balita kecil menggemaskan itu bermain sendiri saat Ta membuatkannya sebotol susu hangat.
Yang Ta sukai dari Barcode adalah saat dia bangun dari tidurnya pupil mata balita itu akan begitu besar seperti anak kucing. Hampir saja dia menelan manusia lucu ini.
Barcode duduk di atas sofa sambil memegang botol susunya, memperhatikan Ta yang sedang berjongkok di depannya, saling bertatapan membuat Barcode tertawa entah kenapa melihat mata Ta yang sesekali berkedip begitu menarik perhatiannya.
Suara tawa yang tertahan karena dot botol susu yang masih balita emut itu menjadi suara terlucu yang pernah Ta dengar di muka bumi ini, dia bersumpah. Barcode dan Ta sibuk menertawakan yang tidak pasti, semua pasti mereka tertawakan.
Jeff yang seharusnya masih tidur jadi terbangun dengan mata yang sayup dia mengintip dari balik sofa melihat Barcode yang sibuk bertepuk tangan sambil tertawa di sofa lain dekat dapur.
Barcode masih menepuk-nepuk tangannya acak, sembari netra terus memperhatikan pria ciptaan Tuhan yang indah itu, dot yang dia gigit menggantung karena kedua tangan mungilnya sibuk menepuk-nepuk pelan kedua sisi pipi kakak tirinya.
Jeff semakin menajamkan matanya, terus melihat apa yang akan adiknya itu lakukan pada Ta, pasalnya mereka begitu dekat. Wajah mereka begitu dekat. Itu yang sekarang Jeff permasalahkan.
Barcode melepas dot yang sibuk dia emut meskipun, susu didasar botol itu masih ada sebab terlalu sibuk memperhatikan Ta, dot botol itu terlepas dan memajukan wajahnya, mengecup bibir Ta.
Jeff auto melek kaya sekarang lagi ada badai topan besar di depannya gara-gara ngeliat Barcode yang notabenenya itu adiknya sendiri nyium-nyium Ta. Bahkan dia sampai melompati sofa seperti tidak ada jalan lain, menarik Ta yang tertawa melihat tingkah kak Jeff.
Jeff menunjuk-nunjuk Barcode dengan wajah kesal, “KAMU BOCIL JANGAN CIUM-CIUM TA! DIA KAKAK KAMU YA!” teriak Jeff, merangkul pundak Ta agar tidak bisa mendekati Barcode.
Si pelaku pencuri kecupan itu masih tertawa-tawa karena respon Jeff yang begitu cepat seperti kilat, anak kecil ini seperti tahu bahwa hal tadi akan mengundang perhatian penuh dari seorang Jeff Satur.
Jeff menoleh cepat kearah remaja yang juga menunjukkan ekspresi yang sama persis dengan Barcode, Jeff mengeryit bingung, kenapa Ta tidak terkejut? apa remaja ini pedofil? apa dia sudah gila?!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑𝐇𝐎𝐎𝐃, 𝗃𝖾𝖿𝖿𝗍𝖺
FanfictionKatanya sih saudara, tapi kok mesra? Cerita Ta Nannakun yang tiba-tiba bisa punya kakak sekaligus adik dalam waktu satu malam.