Deru suara arus kian menguat. Cinderella tahu ia akan segera tiba di sungai. Sedikit berlari mendahului Charles, udara sejuk dan aroma basah menerpa hidung gadis itu. Tak butuh waktu lama, ia segera menyaksikan aliran air, lalu ikan-ikan gemuk berloncatan. Mata Cinderella membesar.
"Charles, itu sungainya!" Cinderella segera berlari.
Charles tampak waspada, tetapi ia mengikuti.
Cinderella berlari terlampau cepat, Charles mau tak mau mengejarnya. Udara terbuka menyentuh kulit Charles. Tak ia rasakan apa pun, tetapi dapat ia lihat wajah Cinderella kian benderang menyaksikan arus deras air sungai yang bermuara entah ke mana. Gigi-giginya yang masih rapi tampak, dan mengingatkan sedikit pada Charles bahwa gadis itu pernah cantik.
Dengan bodohnya, Cinderella berlutut dan menungging, menjulurkan tangannya langsung ke permukaan air, dan seketika itu juga, air menjulang tinggi, dan pecah. Menampilkan seekor hewan buas dari dalamnya. Berbadan besar, berbulu, bermoncong agak panjang dengan gigi-geliginya yang banyak dan tampak cukup tajam.
Itu beruang hutan.
Cinderella terjengkang.
Charles terkejut, tetapi tak bergerak mundur. Begitu beruang coklat berbadan besar itu menampakkan seluruh sosoknya, membiarkan tetesan air sungai meluncur dari bulu-bulu basahnya yang lebat. Ia menggigit seekor ikan besar, lalu bergerak menepi.
Sebelum terjadi yang tidak-tidak, Charles menarik lengan Cinderella untuk segera menghindar.
Beruang besar itu menggetarkan tubuh, mengeringkan bulunya. Kemudian berjalan menjauh bersama santapannya, mengabaikan Cinderella dan Charles yang tampak mungil sampai-sampai beruang itu tak melihat mereka.
"Indah," puja Cinderella.
"Indah katamu?" umpat Charles. "Makhluk itu pernah hampir menerkamku, tetapi wujud busuk ini menyelamatkanku."
"Maksudmu?" tanya Cinderella seraya berjalan kembali mendekati bibir sungai.
"Dia terusik oleh bau busuk tubuhku dan menganggapku makanan basi; bangkai."
Cinderella tertawa. Tak menyadari bahwa dirinya sendiri telah menjadi bangkai saat ini. Baru gadis itu bergerak untuk menyeruput air di sungai, tawa dan senyum di bibirnya menguap begitu menatap sesosok manusia di seberang sungai. Gadis kecil itu duduk di atas sebuah batu, dengan angkuh menopangkan satu kaki ke kaki yang lain. Bibirnya tersungging miring, tak selaras dengan kejelitaan wajahnya yang manis. Rambut pirangnya berbandana hitam, serasi dengan gaun biru mekarnya yang hanya sebatas lutut menciptakan gelombang kala udara sungai menerpanya.
Ia melambai.
Cinderella termenung.
BYUR!!
Cinderella tak mengingat apa pun selain arus air yang tiba-tiba menabrak wajahnya, lalu gadis itu gelagapan. Betapa paniknya ia mengingat tak sekalipun gadis itu pernah berenang. Jeburan lain terdengar samar dari telinga Cinderella yang timbul tenggelam. Charles menyusul. Tawa seru tak membantu menenangkan Cinderella.
Charles sudah kembali timbul ke permukaan dan terapung. "Setidaknya satu kali kau harus merasakan segarnya mata air yang langsung turun dari gunung, Cindy!" ucapnya santai.
Cinderella tak mampu mendengar. Upayanya kali ini hanya tertuju pada satu: mencari pegangan dan cepat-cepat keluar dari air.
"Cindy?" Charles mengamati gerakan Cinderella yang tak teratur, dan mulutnya yang kerap memegap-megap Bersama tubuh yang hilang timbul dari permukaan air.
"Char—" Cinderella tenggelam, kemudian timbul kembali. "—les!"
"Oh, tidak. Dia tidak bisa berenang."
Tahu Charles baru saja melakukan kesalahan dengan mendorong Cinderella ke sungai, ia segera mengejar tubuh Cinderella yang terbawa arus. Menyelam, merengkuh pinggang gadis itu, lalu timbul ke permukaan dan buru-buru menepi.
Tiba di tepian, ia dan Cinderella keluar dari sungai dan beristirahat di sana. Charles duduk.
Cinderella duduk membungkuk sambil terbatuk. Beberapa air liur ia muntahkan, sampai akhirnya mata berair itu mampu menatap dunia tanpa berbayang.
Wajah merah Cinderella lantas menatap nyalang mata Charles dan menampar mayat hidup itu keras-keras. "APA MAKSUDMU, BODOH?! AKU TIDAK BISA BERENANG!!" makinya.
Charles tak memberi reaksi apa pun dari kulit pipinya yang sedikit koyak akibat tamparan barusan. "Maaf, aku tidak tahu kau tak bisa berenang."
Cinderella masih mengatur napasnya, lalu duduk di samping Charles dengan jarak.
"Tetapi ... itu artinya, kau terbuang dalam keadaan yang terlalu mengkhawatirkan, Cindy."
Cinderella tidak mengerti dan masih ingin menghajar laki-laki di sampingnya, tetapi ia terlalu lelah.
"Kau tak bisa berenang, kau tak bisa olah senjata, kau tak memiliki pengetahuan tentang alam bebas. Bahkan tadi saja kau hampir memakan jamur beracun. Kau bisa mati dengan cepat kalau tidak ada aku."
"Lebih baik aku mati cepat, ketimbang bertemu mayat hidup sepertimu!" Kemudian Cinderella bangkit dan berlalu pergi.
"Wow," Charles terkejut sakit. Ia menoleh ke arah Cinderella dan mendapati gadis itu pergi tanpa menoleh sama sekali. "Hei, kau mau ke mana?!"
"Pergi!"
"Kau takkan bisa apa-apa tanpa aku!"
"Aku tidak peduli!"
Charles bangkit dan menyusul Cinderella. "Aku sudah minta maaf."
"Aku tidak peduli!!"
"Kau benar-benar ingin berkelana sendirian?"
"Ya!"
"Baik," kata Charles. "Jika itu maumu!"
Selagi Cinderella berjalan menembus kegelapan senja menuju malam, Charles hanya bergeming di tempat. Dan dua mayat hidup itu akhirnya berpisah di tengah perjalanan.
Belum sampai matahari tenggelam, lagi-lagi sejurus perasaan mendera benak Charles pelan-pelan. Rasa yang telah lama hilang dan tak ingin ia cecap kembali. Sinar mentari perlahan merambat turun menyapu batang pohon, menyisakan hutan dengan bayang-bayang ranting yang kembali menyelimuti kawasan tersebut dalam gelap. Charles merunduk seraya meremas kemeja lusuhnya dalam diam. Kini ia kembali kehilangan teman.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderland: Tales of The Eight Pawns
FantasyTidak semua kisah berjalan sederhana di Dunia Dongeng. Demi akhir bahagia selama-lamanya, aral dan bukit terjal perlu ditempuh. Terlebih ketika Sang Ratu dari negeri bawah tanah Wonderland memanggil delapan nama untuk dijadikan patung pion di halama...