"Kemarin si Kayra nanya lo, pas pulang." ucap Jehan yang sibuk mengerjakan tugas.
Kendra yang menyahut. "Iya, nanyain lo. Emang lo kemana?" Kendra bertanya dengan pandangan yang masih fokus pada game di ponselnya.
Saat ini, kelas kosong, tapi di beri tugas. Ada yang mengerjakan, ada yang memilih memainkan ponselnya, berghibah. Sama halnya dengan Reza dan Kendra yang asik mabar bersama anak cowok di kelas.
"Urusan." jawab Reza.
"Tugasnya yang udah selesai, bisa kasih ke gue." ucap Jehan tegas.
Para penghuni langsung ketar-ketir yang belum mengerjakan sama sekali, mereka lupa kalau Bu Risa memberikan semua pada Jehan–dalam artian Bu Risa memberikan amanah pada Jehan untuk memberikan tugas dan mengumpulkan tugas. Banyak dari mereka yang ribut meminta di contekan, tapi yang sudah selesai tidak mau memberikan katanya 'lagian dari tadi ngapain? Udah tau di kasih tugas'.
Jehan menerima buku-buku dari kebanyakan siswi daripada buku-buku siswa, karena para cowok tadi fokus mabar. Jehan berdecak melihat buku tugasnya yang sudah ada di meja Reza, tanpa dosa Reza dan Kendra menyalin semua jawaban Jehan.
"Gue kasih waktu lima menit yang belum selesai."
Penuturan Jehan membuat beberapa dari mereka mengumpat, lima menit? Padahal jawaban dan soalnya saja banyak jawaban, lagi, ada lima belas soal yang ada. Sama halnya dengan Reza dna Kendra yang mengumpati Jehan karena membuatnya tambah ketar-ketir.
"Sabar ngapa, He!" omel Kendra yang masih menyalin jawaban tapi mulutnya tidak berhenti protes dan mengumpati Jehan.
"Bangsat lo, He!" Reza jadi bertanya-tanya kenapa Bu Risa tidak mempercayakan dirinya saja dari pada Jehan. Kan kalau dirinya dia akan membuat tugas itu jadi PR.
Jehan memilih tidak mendengar umpatan-umpatan untuknya, tapi dalam hati dia tertawa melihat mereka yang terburu-buru menyalin jawaban. "Dua menit lagi."
Reza menatap tajam Jehan yang di balas tatapan menantang dari Jehan. "Banyak bacot lo!" komen Reza kesal. Dia langsung memberikan bukunya pada Jehan.
"Lo siapa komentarin gue?" tanya Jehan.
Reza berdecak. "Bacot! Udah lo pergi sono!" Reza mengusir Jehan dengan tangan yang mengibaskan mengode cowok itu agar pergi dari sini.
"Bangsat!" umpat Kendra. "Gue belum bengke! Main usir si Jahe aja lo!" protesnya.
"Bacot lo Ra, kayak si Jahe aja!" sahut Reza.
Kendra menabok lengan Reza kencang yang berhasil membuat sang empu meringis. "Ra, Ra, lo kira gue cowok apaan? Yang bener kalau nyebut nama gue!"
"Ya elah sama aja. Kendra, Kend-ra. Bener dong gue?"
"TERSERAH LO!"
****
Kayra terus menggerutu, saat ini Kayra berada di pinggir lapangan setelah berlari memutari lapangan, dia di hukum karena tidak mengerjakan PR. Kayra lupa kalau ada PR, dan dia tidak mengerjakannya, lalu Kanaya juga tidak memberitahunya, katanya dia juga lupa memberitahu Kayra. Butiran-butiran keringat mengalir dari pelipis Kayra, dan wajahnya juga merah karena terkena sinar matahari.
Seusai menetralkan napasnya, Kayra kembali melangkah menuju ke kantin, tenggorokannya terasa sangat kering saat ini. Bayangan es jasjus jambu yang di buat Bu Titi sudah membuatnya ingin buru-buru cepat sampai di kantin. Andai saja dia memiliki kemampuan teleportasi, pasti saat ini dia sudah meminum es jasjus jambunya.
Senyuman Kayra tercetak jelas di wajah cantik itu, karena apa dia senyum? Karena Kayra sudah sampai di kantin. Namun detik berikutnya senyuman luntur ketika melihat seseorang yang ada di stand Bu Titi. Ingin kembali ke kelas, tapi dia haus. Ingin ke sana tapi ada Reza. Kayra menghembuskan napasnya, Kayra lebih memilih tetap ke stand Bu Titi dan pura-pura tidak melihat Reza di sana.
"Bu, es jasjus jambunya satu ya?"
Bu Titi menjawab. "Aduh Mba Kay, es jasjus jambunya habis, baru aja Mas Reza yang beli."
Kayra langsung lesu, padahal ingin sekali jasjus jambu. "Ya udah gakpapa, Bu. Kay mau–"
"Nih," Reza mengambil tangan Kayra untuk menaruh gelas yang berisi jasjus jambu. "Ambil aja, belum gue minum." ucapnya.
"Gak usah, gue bisa pesan yang lain," tolak Kayra yang membuat Reza menggelengkan kepalanya, sepertinya Reza tidak ingin Kayra mengucapkan kalimat tolakkan lagi, cowok itu langsung pergi.
Kayra melangkah menuju meja yang terdekat dan duduk di sana. Lagi pula lumayan, gratis. Tenggorokannya terasa sangat segar setelah es itu membasahi tenggorokannya. Emang best banget jasjus jambu ini.
"KAYRA!"
Kayra meringis mendengar suara Kanaya yang berteriak memanggil namanya. Memang sepi tidak ada siswa-siswi, tapi di kantin masih ada para penjual di kantin yang ikut menoleh ke sumber suara.
"Lo berisik banget sih!" omel Kayra pada Kanaya setelah cewek itu duduk di hadapannya sambil memberikan senyumnya dengan polos.
"Gue cariin tau! Sudah gue dugong kalau lo ada di kantin, mana gak ngajak gue lagi!" seru Kanaya.
"Ini masih jam pelajaran, oon!" sahut Kayra.
"CK, iya-iya. Tapi gue mau kasih tau!" ucap Kanaya antusias. "Gue mau nginep di rumah lo! Malam ini!" Bukannya menampilkan ekspresi senang, justru Kayra memasang wajah bingung membuat Kanaya berdecak, tau apa yang ada di pikiran sahabatnya ini. "Bokap-nyokap lagi pergi ke luar negeri, jadi gue bisa nginep di rumah lo!" jelasnya. Kanaya itu susah sekali keluar dari rumah karena kedua orangtuanya sangat overprotektif padanya. Kalau kedua orangtuanya tidak ada di rumah, dia bisa bebas, maslahat bodyguard? Tenang saja, dia bisa mengancam para pria itu. Lagi pula kalau Kanaya meminta izin pada orangtuanya saat kedua orang itu tidak ada di dekatnya akan mudah karena mereka tidak bisa mencegah Kanaya dikarenakan jaraknya yang jauh.
"Kalau ada masalah selesai."
Kedua pandangan Reza masih tertuju pada Kayra yang mengobrol dengan Kanaya, dia tidak melirik Jehan sedikit pun. "Gak ada." jawabnya.
Jehan tersenyum miring, Reza berbohong. "Keputusan ada di tangan lo, Za. Dia atau Kayra." ucap Jehan. Cowok itu tau apa yang terjadi.
****
9 Januari 2023