Second

204 4 0
                                    

"Bisakah kau mempercayainya? he told me that he likes fat girls better. That's the most crazy, unbelievable, cheap joke that i've ever heard in a million years", aku berteriak marah pada Kate, sahabatku. Dia hanya tertawa, yang membuatku semakin marah. "Are you freakin' kidding me? why the hell are you laughing at me? that's not even funny", aku cemberut. "It's funny as hell, Tia, don't you see? The world's little supermodel has been rejected by a fat-girls-lovers. Oh my God, i can't even hahaha...", Kate melanjutkan tawanya, dan aku hanya melirik marah kepadanya. "Honey, i'm sorry, but hey! at least you are not his type", kata Kate bersemangat. "Am i supposed to take that as a compliment? because i don't, and you're so mean". Huh, aku betul-betul kesal dengan Kate. Bagaimana mungkin ia bisa melihat hal seserius ini sebagai hal yang lucu? Dia tahu bagaimana perasaanku terhadap orang gemuk. Dan aku tahu bahwa Kate merasakan hal yang sama. Kate adalah putri dari direktur jaringan fast food yang sangat terkenal di dunia, dan seakan berlawanan dengan fakta bahwa apa yang dijual perusahaan ayahnya merupakan makanan sampah, badannya kurus seperti super model. Dia blond, bermata biru, tan, dan semua orang selalu menganggapnya sangat eksotis. Kami praktis telah berteman semenjak kami lahir, karena orangtua kami berteman dan segalanya. Sebenarnya, selain aku dan Kate, ada seorang lagi sahabat kami, yang aku rasa akan lebih bersimpati dengan kisahku. Allie, kependekan dari Allison, adalah seorang stylish termuda Vogue, yang saat ini sedang naik daun karena kemampuannya yang luar biasa di usia yang sangat muda. Dan tahukan kamu di mana dia sekarang? well, bukan, bukan di New York, Milan, atau Paris. Dia sedang berada di kelas Social Study, berusaha mengikuti ujian perbaikan untuk mengangkat nilai rata-rata D minusnya. Konyol, bukan? sekolah kami adalah sekolah yang penuh berisi sesuatu yang disebut orang luar sebagai 'Young Star'. Tapi, bukannya memberikan kami kesempatan untuk bersenang-senang, seperti yang orang luar bayangkan, sekolah ini malah memaksa kami untuk belajar sekeras yang mungkin kami lakukan. Seakan aku akan mempergunakan sejarah dalam pekerjaanku saja. Hufft, tapi ayahku menyukai sekolah ini, jadi apa boleh buat. At least, di sini, semua yang kami dapatkan bukanlah barang kualitas murahan. "Tia, look!", aku masih mengacuhkan panggilan Kate. "Tia, seriously, look!", panggil Kate sambil mengguncang bahuku. "What?", tanyaku sedikit kesal, sambil melirik ke arah yang ditunjuk Kate. Detik berikutnya, tawaku meledak. "Oh my God, what the hell she thinks she is?", seruku, yang aku rasa sedikit terlalu keras, karena detik berikutnya semua orang telah ikut tertawa denganku. Kau bertanya kenapa? Well, sebelumnya aku harus menjelaskan bahwa sekolah super menyebalkan ini telah mendapat sedikit pencerahan dalam beberapa tahun terakhir dan seragam yang harus kami kenakan dirancang oleh Karen L, salah satu designer Veela, yang sangat terkenal akan bikininya. Sudah terbayang bagaimana bentuk seragamku? kalau belum, bayangkan saja kemeja Linen putih ketat, mini skirt hitam bergaris putih, dan sepasang sepatu tennis biru tua. Itu seragam musim panasku. Dan bayangkan, di antara model Victoria's Secret dan England Quarterback, berdiri seorang gadis yang aku rasa tingginya sekitat 5'3 feet, beratnya sekitar 280 pounds, dan seragamnya salah ukuran. Apakah kau tidak akan tertawa? Aku rasa aku tidak bisa tertawa lebih keras lagi. Tapi aku salah. Detik berikutnya, Allie, dengan muka polosnya, berlari sambil membawa nampannya, yang berisi Mac & Cheese, Potato Soup, dan segelas Blueberry Mojito, kearah meja kami. "Hey guys, ada apa ini?", tanyanya sambil tersenyum polos, tanpa menyadari kemana ia berjalan. Beberapa detik berikutnya, cafetaria begitu sepi, karena semua isi nampan Allie baru saja berpindah ke atas kepala si anak baru. "Ooops", Allie mundur dengan ekspresi kaget. Saat itu, aku benar-benar berpikir bahwa gedung sekolahku yang super menyebalkan akan roboh dan aku akan meledak karena terlalu banyak tertawa.

SupermodelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang