"Hahaha..."
Tawa puas dan bahagia terdengar menggema di gedung tak berpenghuni. Seorang laki-laki berpakaian serba hitam menyeret katana hingga menimbulkan suara menyeramkan, bahkan suasa pun ikut berubah diiringi petis yang menggelegar dan bersautan.
"Tolong... " Jeritan terdengar begitu memilukan.
Seorang wanita berpakaian terbuka, berjalan tertatih tatih sembari beberapa kali melihat ke belakang. Dia terus berusaha mencari jalan keluar untuk melarikan diri dengan sisa tenang yang ada. Tangannya menahan darah yang terus keluar dari paha dan perutnya.
Bugh
Brakk
Akhhhh
Wanita itu terlempar menabrak meja yang telah rusak. Pelaku yang mendorong wanita itu hanya terkekeh dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket.
"Waw... Apakah itu sakit nyonya?" Tanya pelaku yang mendorong wanita itu.
"Wahhh... Wajahmu sangat mulus. Maukah kau menjadi istri ku? Jika kau mau maka, kau selamat."
Wanita itu hanya beringsut mundur hingga menabrak tembok usang di belakangnya. Dua laki-laki di depannya sungguh menakutkan.
"Me.. Menjauh. Tolong menjauh dariku." Mohon wanita itu membuat dua laki-laki di depannya terkekeh.
Tringg
Tringgg
Suara dentingan membuat dua laki-laki yang sedang menatap lekat ke arah sang wanita langsung memasang wajah dingin.
"Huh... Padahal belum bermain." Laki-laki dengan jaket merah langsung terduduk dan memasang wajah malas."Sudah, dia bukan milik kita tapi milik di-"
Brakk
Klontang
"Ck, clam down dude." Ucap laki-laki berjaket merah.
Carsss...
Akh....
Tolong
Tolong
Duk
Duk
"Apa kita baru melihat pembunuhan?"
"Ya, bagaimana ini? Haruskah ku telepon polisi?" Tanya seorang wanita yang entah darimana datangnya.
"Tinggalkan, ayo kembali."
Ucap laki-laki yang membawa katana. Ia berjalan menjauh sembari mengelap darah di katana miliknya.Dua laki-laki dan satu perempuan saling pandang, sebelum akhirnya mengikuti pemimpin mereka pergi.
"Tolongg.. "
Lirih wanita yang dalam keadaan mengenaskan."Mission Complete, Master Derld."
•
•
•
•"Di temukan mayat di sebuah gedung kosong di kompleks Mara. Mayat korban di temukan dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Dugaan sementara korban merupakan korban pembunuhan yang di lakukan oleh pembunuh Rose."
Klik
"Huft... Membosankan. Hegar~"
"Kenapa?" Tanya laki-laki yang sedang menghidangkan sepiring pancakes.
"Ayo Jalan-jalan. Bertemu yang lain!" Teriakan semangat disertai binae dimatanya membuat Hegar menghela nafas pasrah. Mau bagaimana lagi?
"Makan dulu Aze, aku akan menelepon yang lain untuk berkumpul."
"Oke! Jangan lupa ajak Devin dan Syaha."
"Si tengil itu? Sepertinya tidak dulu." Jika boleh jujur Hegar tidak ingin mengundang si kembar untuk berkumpul. Batinnya tertekan!
"Hegarr~" Suara mendayu itu mencoba menggoda Hegar. Dengan tembok pertahanan yang lemah akan keimutan akhirnya Hegar luluh.
"Oke, fine. "
Hegar melangkah keluar meninggalkan Azeri yang sedang memakan pancake. Niatnya ada bukan untuk mengabari temannya, melainkan hal lain.
"Harusnya dari awal bukanlah seperti ini, sialan!" Gumam Hegar kesal. Tangannya terangkat melepas kaos yang di pakainya. Tato pedang terlilit mawar nampak indah terukir di punggung Hegar ditambah dengan bekas lupa yang memotong tato tersebut.
"Ssstt... " Suara desisan keluar begitu saja dari bibir Hegar. Dengan spontan ia menarik tangan yang mengelus punggungnya dan mencium bibir lawannya dengan kilat membuat empu terkejut dan membeku sejenak.
"Manis." Bisik Hegar tepat di depan bibir Azeri kemudian mengecup lagi dan lagi hingga Azeri tersadar dan membanting tubuh Hegar ke atas lantai dengan karpet berbulu.
Brukkkk
"Ya ampun bae"
"Ka...kau, melakukan kesalahan lagi Hegarr! " Teriak Azeri kemudian mengambil katana yang entah dari mana datangnya. Hendak memukul Hegar dengan semuat tenaga.
Hingga...
"Alerta Azeri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
No One Know
Mystery / ThrillerLangsung saja di baca ❗WARNING ❗ ⚠ Terdapat beberapa adegan sadis, berdarah, dan tidak patut ditiru ⚠ ⚠ Diharapkan pembaca tidak membayangkan adegan berbahaya dan mengerikan yang tertulis dalam cerita ⚠ ⚠ Terdapat Kata Kasar ⚠ . . . . . Deskri...