"Sayang, belanja yuk! Aku pengen beli sepatu baru. Yang kemaren aku kurang suka, soalnya aku baru sadar kalau permatanya jelek. Ya?"
Gadis itu masih saja merengek sambil bergelayut manja di lengan seorang pria yang sedari tadi memilih untuk mengabaikannya dan fokus pada pekerjaan. Kalau saja gadis ini tidak di jodohkan dengannya. Dan kalau saja gadis ini bukan tukang ngadu. Tangannya benar-benar gatal untuk tidak melempar gadis itu. Hanya saja dia masih ingat kejadian itu.
Flashback
"Tante, masak kemarin Deka diemin aku. Dia ninggalin aku di mall gitu aja. Aku kan gak bawa mobil. Terus mau naik taksi, eh pas nyebrang keserempet. Sakit."
Fiana, mama Deka, alias istri dari Wibisono itu langsung menatap nyalang pada anak ketiganya itu. Yang ditatap hanya menaikkan alis dan tak peduli. Fiana mengelus puncak kepala Era sambil tersenyum. Lalu tatapan kembali menatap Deka.
"Deka, ikut mama!" perintah Fiana sambil menggerakkan tangannya memberi tanda agar anaknya itu mengikutinya.
Tanpa banyak bicara Deka mengikuti mamanya. Meninggalkan gadis pengadu tadi yang sekarang menampangkan wajah bengong.
Dan mereka berhenti tepat di balkon. Fiana menghela napas panjang. "Kamu itu gimana sih? Era itu pacar kamu. Kenapa kamu gitu ke dia?"
Deka terkekeh. "Yang bener aja sih. Dia itu manja, kekanak-kanakkan, egois, gak tahu diri. Dan satu lagi--dia bukan pacar Deka. Dia cuman gadis bego yang sengaja mama deketin ke Deka."
Fiana menampar anaknya itu. Dia benar-benar tidak percaya dengan pikiran Deka. "Erna, almarhum mamanya Era merupakan sahabat mama dari SMP. Dia temen mama yang baik. Suatu hari, kecelakaan itu terjadi. Saat itu, dia bilang sama mama. Dia nitip Era. Dan mama sudah berjanji. Mama bakal jadiin Era seperti anak mama sendiri. Dengan cara mama jodohin kamu sama dia. Tolong bantu mama. Jagain Era. Dia gadis yang baik kok. Mama yakin, suatu hari dia bakal berubah dewasa.
Mungkin sekarang kelakuaannya masih kekanak-kanakkan, itu karena dia memang masih kecil. Di keluarganya, dia yang paling dimanja. Kenapa? Karena dia satu-satunya yang belum dapat kasih sayang dari mamanya. Mama yakin, kalau dia sama kamu, dia bakal berubah. Kalian cocok. Mama berharap kamu gak menolak perjodohan ini lagi. Mama mau kalian saling melengkapi. Kalau kamu gak mau, mama bisa aja cabut semua aset kamu. Mama gak akan segan-segan buat ngelakuin hal itu. Jadi jangan anggap ini main-main."
Flashback off
Kalau mengingat hal itu, kepala Deka rasanya mau pecah. Siapa sih, yang tahan sama cewek semacam Era? Gak ada plus-plusnya, minus semuanya dimata Deka. Kenapa juga dia dijodohkan dengan Era? Kenapa bukan kakaknya. Deka bahkan akan dengan senang hati kalau dijodohkan dengan kakaknya Era. Ketiga kakaknya cantik-cantik dan mempunyai kelebihan masing-masing. Sedangkan Era? Dia bahkan sanksi kalau Era punya kelebihan.
"Mending kamu belanja sendiri. Gak lihat saya lagi kerja? Saya kerja juga buat... khmm, masa depan kita."
Era yang mendengar itu langsung tersenyum sumringah. Dia merasa sepertinya Deka sudah membuka hati untuknya. Pucuk dicinta ulang pun tiba.
"Ih... kamu bisa aja deh. Yaudah, aku mau belanja dulu. Dah..."
Deka masih berkutik pada kerjaannya. Membiarkan Era keluar dari ruang kerjanya. Yang benar saja, dia bahkan merutuki mulutnya kenapa bisa bicara seperti itu. Menjijikkan. Pasti sekarang gadis itu sudah besar kepala.
***
Seorang gadis dengan menggendong tas ransel besarnya berhenti tepat di depan pintu kediaman keluarga Wibisono. Dia menarik napas panjang ketika pintu itu tiba-tiba terbuka. Tepat di depannya, Bi Sumi, yang sekarang jabatannya sudah menjadi pimpinan pembantu tersenyum menyambutnya. Langsung saja dia mengamit lengan gadis tadi dan segera membawanya ke kamar pembantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Prince
RandomTampan, kaya, berbakat, dan terpandang. Siapa yang gak kenal sama mereka? Sebut saja mereka 5 pangeran dari keluarga Wibisono yang terpandang. Hidup bergelimang harta bukan menjadi alasan agar mereka bahagia. Mereka keluarga, tapi permusuhan tetap t...