Bab 19 (Ending)

441 30 2
                                    

Ballroom itu menyerupai kilauan bintang di malam musim dingin di bulan Agustus. Panitia jelas sudah bekerja keras, pikir Baekhyun.

Ribuan cahaya kecil berkelip diantara beryar-yar kain tule putih yang berbentuk lengkungan indah menghiasi langit-langit dengan berlusinlampion kartas putih tergantung di atas dan memancarkan pendar cahaya.

Meja-meja tersaput kain linen, dan dilengkapi oleh poselen china, dan dikelilingi kursi berlapis linen; semua berwarna putih.

Bahkan rangkaian bunga di tengah meja dan yang ditempatkan di sekeliling ruangan merupakan mawar putih, tangkainya di potong beberapa inchi dari kelopaknya dan ditempatkan di mangkok kristal pendek hingga seluruh permukaannya penuh.

Tak dibutuhkan tanaman hijau sebagai dekorasi.

Warna-warni yang berada dalam ruangan hanyalah berasal dari pakaian para tamu. Bergerak diantara latar belakang berwarna putih, mereka bergemerlapan layaknya batu permata berwarna warni, dengan pengecualian para pria yang mengenakan tuksedo hitam mereka.

Baekhyun memperhatikan mereka berkumpul dan bergerak dalam kelompok kecil dan hampir saja memuncratkan minuman dari hidungnya ketika menyadari mereka terlihat seperti penguin yang berjalan di atas es di Antartika.

"Apa kau baik-baik saja?" Luhan bertanya sembari menepuk-nepuk punggung Baekhyun.

"Aku kan sudah bilang padamu jangan minum red punch itu saat mengenakan gaun berwarna putih. Terlalu beresiko. Kau harusnya meminum soda atau air."

Baekhyun meletakkan punch itu di atas meja dihadapannya dan melirik ke arah gaun satin panjang-menyapu-lantai-nya sambil mendesah.

Tahun depan, Baekhyun harus bisa berkawan dengan seseorang dari panitia dekorasi, jadi ia tak akan berakhir dengan terlihat seperti bagian dari perabot acara.

Hal baiknya adalah Baekhyun sudah berjemur di pantai akhir minggu lalu jadi setidaknya dia lebih mencolok di bagian atas korsetnya. Tetap saja, Baekhyun merasa tak dapat dibedakan dari sekelilingnya yang berwarna putih, menyatu sementara yang lain bersinar.

Dan bukankah itu terdengar seperti kiasan hidupnya. Baekhyun melihat ke arah sahabatnya yang sudah berbaik hati untuk datang sebagai kencannya karena Baekhyun sudah membeli dua tiket sebulan lalu dengan harapan membawa Chanyeol bersamanya.

Luhan tentu saja bersinar dengan rambut merah-emas liarnya yang dijinakkan dengan French twist dan gaun emerald yang nampak seperti diwarnai untuk menyamakan warna asli dari matanya.

Luhan menarik perhatian semua pria yang berada dalam ruangan itu tanpa susah payah. Selalu menjadi penyeimbang bagi Baekhyun.

"Ingatkan aku lagi mengapa kau tidak mau menggunakan tiketku danmembawa salah satu dari pria dari perusahaan bersamamu?"

Baekhyun bertanya sembari meneliti ruangan itu dengan rasa gundah.

"Ah. Itu, sayangku, karena kau memiliki keahlian yang sangat melekat yaitu tak bisa mengatakan 'tidak' pada seseorang dan menyetujui untuk diperlakukan sebagai barang lelang layaknya seonggok daging," kata Luhan dengan ekspresi yang terlalu senang.

"Oh benar. Itu."

Mengingat acara Lelang Date-A-Doc, perut Baekhyun melakukan gerakan akrobatik yang layak dianugrahi sebuah medali emas Olimpiade.

Lelang itu—dimana para tamu bisa menawar seorang staff rumah sakit untuk sebuah kencan—selalu menjadi pengumpul dana terbesar dari sepanjang acara.

Baekhyun tak pernah diminta untuk berpartisipasi sebelumnya, juga tak ingin berpartisipasi.

Sayangnya, salah satu peserta wanita mengidap mono (Mononucleosis) seminggu sebelum acara dan Sooyoung, kepala perawat yang mewujudkan setiap penggambaran dari Mrs. Claus yang pernah dikenal, memohon Baekhyun untuk mengambil tempatnya.

(Chanbaek GS) Seducing CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang