Chapter 4

558 45 3
                                    

Nanda menggeleng tak percaya ketika melihat Jayendra yang masih saja melamun di bangkunya. Sebelum ia tinggal ke kantin Jayendra sudah melamun sembari menopang dagunya dan setelah hampir lima belas menit berlalu, ketika Nanda juga sudah kembali ke kelas, mengejutkan sekali bisa melihat Jayendra membuang waktu dengan melamun tanpa merubah posisinya.

Nanda sudah berteman hampir empat tahun dengannya, ia tahu jika temannya itu sedang banyak pikiran. Sepertinya masalahnya berat sekali, sampai Jayendra benar-benar terlihat frustasi. Saat jam pelajaran berlangsung juga Jayendea banyak diamnya. Biasanya dia aktif dalam menjawab pertanyaan dan berargumen dalam pelajaran sejarah. Kalau sudah begini Nanda yakini jika Jayendra sedang menghadapi masalah yang super duper gawat.

Minuman berasa jeruk peras dalam kemasan gelas plastik itu Nanda simpan di depan Jayendra. Namun masih tak mampu menyadarkan pemuda itu, sehingga Nanda sengaja menempelkan gelas minuman dingin yang ia bawa itu ketangan Jayendra, temannya itu langsung mengerjap.

"Dingin." Seru Jayendra, ia menyusut tangannya yang basah.

"Lo sih ngelamun terus." Balas Nanda. Dia memberikan minuman yang sengaja ia beli untuk temannya itu dan Jayendra langsung menerimanya. Lalu menyeruputnya sampai habis setengah gelas tapi terbatuk setelahnya.

"Pelan-pelan." Ucap Nanda sembari memberikan selembar tisu yang ia temukan di bawah bangku pada Jayendra.

"Kenapa sih? cerita sini. Gue khawatir ngeliat lo kayak gitu."

Setelah mengelap bibirnya dan batuknya sudah hilang, Jayendra mulai membalas tatapan Nanda yang sudah duduk di depannya. Jayendra ingat, sebelum dirinya terbangun di masa lalu. Ia berada di tempat pemakaman bersama Nanda, ia berpikir jika sahabatnya itu juga mengalami hal yang sama seperti dirinya.

"Hari ini lo banyak ngerasa dejavu gak sih?" Tanya Jayendra.

Nanda dengan cepatnya menggeleng pelan, "enggak, emangnya kenapa?"

Ah jadi cuma gue.

Jayendra kembali terdiam, bergulat dengan pikirannya sendiri. Membuat Nanda berdecak sebal. Bukannya terlalu Kepo, Nanda bukan orang yang seperti itu. Melihat Jayendra yang sedang ditimpa masalah begitu membuat Nanda ingin membantunya.

Jayendra benar-benar kebingungan sekarang, langkah pertama apa yang harus ia lakukan untuk menyamatkan adiknya. Melihat Arsa yang begitu tertutup soal kehidupan sekolahnya membuat Jayendra semakin mengkhawatirkan adiknya. Mengingat jika Arsa pun meninggal karena jatuh dari lantai lima sekolahnya.

Jayendra sudah sempat mengirim pesan pada teman dari Arsa itu, ia mendapatkan nomornya dari Sang Ibu. Tapi masih belum dibalas, sepertinya orang itu juga sama seperti Arsa. Jika sedang sibuk jarang menyalakan data atau jauh-jauh mengecek ponselnya. Jayendra berpikir untuk mencari orang itu langsung ke sekolah Arsa, dengan modal namanya. Bagaimana pun dia pasti sangat tahu  bagaimana perilaku dan keadaan Arsa di sekolah kan?

"Si Jayen." Nanda mulai Geram karena lagi-lagi diacuhkan keberadaanya.

"Apa sih?"

"Lo kenapa? Cerita dong, biar gue bisa bantu."

Jayendra menggaruk rambutnya frustasi, apa ia ceritakan saja  mengenai dirinya yang mengulang hari, kembali ke masalalu. Bersama dengan jatuhnya Arsa dari lantai lima di masa depan, apa Nanda akan percaya?

Mata Jayendra membulat ketika dirinya ingat jika Nanda juga pernah datang ke sekolah Arsa untuk menemui teman-temannya. "Lo tahu Saka dari SMA Garuda?" Tanya Jayedra dengan pandangan penuh harapnya.

Nanda sempat terdiam sejenak untuk mengingat-ngingat, apa ia mengetahui orang yang bernama Saka atau tidak. Jayendra benar-benar berharap Nanda mengetahuinya karena temannya itu juga memiliki koneksi teman yang cukup banyak disana.

Second chance | Jenric AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang