⑩ Finding The Truth

87 9 0
                                    







"Echann!"

Seketika cowok yang namanya di panggil sedikit tersentak. Ia menoleh dan mendapati Lia dengan wajah penuh amarah. Echan jadi koreksi diri, dia salah apa? Dosa apa yang dia perbuat sampai Lia memasang wajah penuh sumpah serapah itu?

"Gue perlu ngomong sama Lo" pinta Lia dengan ketus. " Ikut gue ke taman belakang".

"Mau ngapain Li? Gak baik beduan di tempat sepi" sebab notabene nya taman belakang sekolah memang sepi, karena terlalu rata dengan paparan sinar matahari. "Nanti kepergok lagi" lanjut cowok itu.

Tak! Sungguh Lia geram dengan cowok ini. Alhasil satu sentil an mulus mendarat di dahi Echan. "Ikut cepet!" Sentilan tersebut ternyata ampuh, Echan akhirnya mengekori Lia sampai ke taman belakang sekolah.

"Jadi mau ngomong apa?"

"Kasih tau gue siapa yang ngasih bingkisan"

"Aduh Li, gak bisa..di balik semua itu ada perjanjian sakral yang gak bisa gue ingkari"

Lia memasang wajah kesal mendengar jawaban Echan. Mau tidak mau dia mengeluarkan jurus terakhirnya. Lia mengambil ponselnya yang ada di dalam saku, lalu menampakkan pada Echan sebuah foto. Foto Echan sedang duduk berdua dengan adik kelas cewek di kursi tribun sekolah, tentu ada latar belakang tertentu antara Echan dan adik kelas tersebut yang bisa mendatangkan malapetaka untuk Echan.

"Kasih tau atau foto ini sampai ke prima?"

"Weh! Lo depet dari mana Li! Gak ada apa-apa itu! Entar prima marahh" panik Echan, memang benar tidak ada apa-apa sekarang antara Echan dan adik kelas yang dulunya adalah mantan pdkt an Echan. Tapi jika sampai ke Prima, bisa-bisa jadi perang dunia ke-3 dan berujung harus mengklarifikasi selama 7 hari 7 malam.

"Oke gak gue kirim, tapi permintaan gue satu aja. Kasih tau siapa yang kasih bingkisan!" Dan saat itulah Echan di beri salah satu ujian terberat dalam hidupnya.

*********

Suasana sekolah sudah sangat sepi sore ini, hampir semua murid SMA Nusantara sudah pulang. Di salah satu kelas, hanya terdapat Nana yang tersisa. Dia sendirian dan harus terlambat pulang karena ada jadwal piket. Sialnya lagi teman satu piket Nana ada yang sakit, ijin sekolah, bahkan kabur. Sialan bukan.

Saat sibuk menyapu, Nana seketika terhenti saat di rasa ada seseorang yang memperhatikannya dari jauh. Dia menoleh dan melihat seorang cewek dengan dua botol minuman ekstrak buah jeruk di ambang pintu. Nana sedikit membeku dengan kehadirannya. Begitupun juga cewek itu tidak ada pergerakan, hanya menatap Nana.

"Kenapa Li?" Tanya Nana pada Lia. Cewek yang merasa dirinya di sebut, akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kelas Nana. Dia menaruh salah satu minuman jeruk tersebut di meja terdekat dengan posisi Nana.

"Tadi ngabisin jualannya Bu sum, sisa dua. Jadi gue beli semua, kebetulan ada Lo waktu lewat. Ya udah jadi nya ini buat lo" jelas Lia.

Nana tersenyum mendengarnya, ia meraih botol minuman tersebut "Makasih ya"

Lia merespon dengan anggukan dan senyum tipis. "oke, gue balik duluan" cewek itu membalik badannya dan berjalan menuju pintu.

Nana hanya bisa diam memperhatikan Lia yang ingin meninggalkan tempat. Sampai akhirnya cewek itu berhenti dan kembali berbalik menatap Nana.

"Um..Na.." otomatis Nana menunggu apa yang ingin cewek itu sampaikan.

"Untuk bingkisannya.. makasih ya" lanjut Lia, refleks membuat jantung Nana seketika berhenti berdetak, Ia menatap Lia cukup lama sambil berseteru dengan pikirannya. Sampai akhirnya senyum simpul terukir di wajah Nana.

"Sama-sama Li" jawab Nana setenang mungkin.

********

Aula sekolah penuh dengan anggota taekwondo yang sedang berlatih. Kabarnya mereka ingin mengikuti pertandingan yang akan di gelar dua bulan ke depan. Tentunya Jeno sang MVP team juga ikut berlatih dan kebetulan sekali kini ia sedang berlatih bersama Nana.

"Makin mantep skill lo ya" celetuk Nana di tengah-tengah latihan mereka.

"Abisnya lo kek udah mau ngimbangin skill gue, ilang entar gelar MVP gue" canda jeno menjawab pernyataan sahabatnya.

"Wah merasa tersaingi sekarang ya" sahut Nana sambil tertawa. "Kalo kita saingan cewe gimana Jen?" Jeno yang mendengar itu seketika menghentikan tendangannya pada pecing pad yang di gunakan Nana di tangan.

"Siapa?" Tanya Jeno serius.

"Kenapa berhenti? Lanjut latihan dulu lah Jen" ucap Nana, sambil membuat gestur 'ayo' agar Jeno melanjutkan latihannya.

"Na, gue tanya siapa?"

Nana hanya bisa menghela nafas, seketika ia menyesal menuruti egonya. Padahal dia tahu sikap temannya agak temperamen walau hanya di pancing sedikit. Awalnya Nana ingin pelan-pelan membicarakan ke Jeno, namun melihat reaksi temannya yang kelihatan di buru emosi, akhirnya Nana jadi malas untuk melanjutkan percakapan. Tapi sekarang, Jeno nya malah jadi  keras kepala ingin tahu siapa yang di maksud Nana.

"Lia Jen, Lia..dah kan? Yok kita lanjut" Nana kemudian kembali dengan posisi kuda-kudanya, namun Jeno masih terdiam berdiri tegap dengan keringatnya yang bercucuran di dahinya.

"Kenapa? Lo marah sama gue?" Nana bertanya dengan pasrah, entah sehabis ini Jeno akan memukulnya atau tidak. Tapi sepertinya cowok itu sudah siap dengan segala konsekuensi yang akan menimpanya. Namun Di situ Jeno hanya bisa menghela nafas dalam, ia mengelap dahinya yang basah dan melepas semua perlengkapan latihannya.

"Sorry Na, gue pulang duluan.." Jeno kemudian meninggalkan tempat latihan sambil membawa tasnya yang tergantung. Dia terus berjalan keluar tanpa mengacuhkan panggilan teman-temannya yang lain dan mempertanyakan kenapa cowok itu tiba-tiba pergi saat latihan.

"Kenapa Jeno Na?"

Nana hanya merapikan kembali pecing pad yang ia gunakan tanpa ikut yang lain melihat ke arah Jeno. "Kita mau berantem" jawab Nana sambil bercanda. Yah, walau kemungkinannya memang benar.














To be continue.....

Tentang J&L [Jeno-Lia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang