Mint and Vanilla

1.6K 193 11
                                    

Pernahkah kalian menemukan bakat alami yang aneh? Yang aneh. Apakah dapat melipat tubuh ke dalam kotak kecil itu adalah bakat yang aneh? Jika bisa digolongkan, mungkin itu bakat yang istimewa. Dapat berkomunikasi dengan hewan? Mungkin itu termasuk bakat luar biasa.

Bagaimana dengan dapat mencium aroma sesuatu? Ya, maksudnya, aroma seekor hewan, sebuah benda atau seorang manusia.

Noah percaya bahwa setiap manusia memiliki aromanya masing-masing. Aroma yang dapat menjadi ciri khas. Tidak seperti suara yang dikeluarkan orang lain atau kepribadian. Hal-hal itu memang dapat menjadi ciri khas seseorang. Namun, aroma itu tidak nampak seperti kepribadian dan dapat dirasakan seperti suara.

Vanila. Noah merasakan aroma manis itu setiap hari selama tiga belas tahun. Laki-laki itu nampak gagah dengan segala hal lelaki yang dia lakukan. Tetapi tetap saja, meski berkeringat seperti apapun, Noah dapat merasakan aroma itu menyeruak lembut dari Galland.

Berkali-kali, Galland menyangkal dia menggunakan parfum. Apalagi beraroma vanila. Sangat feminim, Galland tidak akan menyukainya. Dengan demikian, Noah menyimpulkan bahwa aroma alami yang keluar dari tubuh Galland adalah vanila.

"Parfum lo nyengat banget, ege!" Noah mengoceh. Dia baru turun dari motor baru Galland. Baru saja mereka naik ke kelas sebelas dan Galland sudah memamerkan motor yang dia dapat dari hasil merengek pada orangtuanya.

Galland menyengir. "Biar Mira makin klepek-klepek."

"Yang ada Mira malah kabur."

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Baru saja dibicarakan, gadis itu muncul dari gerbang sekolah. Pastinya dia mendengar apa yang Galland dan Noah perbincangkan. Terbukti dengan raut ngeri yang terpampang nyata di wajahnya.

Galland tidak mempermasalahkan betapa jelas hawa mengusir yang dipancarkan Mira. Laki-laki itu segera menghempas helmnya dan mengambil seribu langkah, menyusul pujaan hati menuju gedung sekolah.

"Selamat pagi, Mira! Malam tadi lo mimpiin gue enggak?" tanya Galland, bodoh.

"Iya. Gue mimpi nyemplungin lo ke selokan."

"Aduh, senangnya bisa muncul di mimpi Mira."

Noah merasa puluhan semut menyerbu tubuhnya. Geli. Dia bisa mengerti mengapa Mira berusaha menjauhkan diri dari Galland. Noah hanya bisa membuang napas kasar. Mencabut kunci motor yang tertinggal begitu saja dan melangkah lemas. Luar biasa. Motor yang dia dapatkan setelah merengek sembilan hari itu sudah tidak ada harganya.

Tidak ada aroma vanila lagi hari ini. Suasana hati Noah menjadi tidak karuan. Aroma lembut yang terpancar dari seseorang itu tentu saja dapat tertutupi dengan aroma lain yang lebih kuat. Seperti parfum alkohol yang digunakan oleh Galland.

Noah tidak membenci usaha Galland untuk memikat Mira. Tentu saja Noah mengerti jika laki-laki ingin tampil rapi dan wangi ketika bertemu pujaan hati mereka. Tetapi Noah lebih memilih apabila Galland mempertahankan apa yang menjadi daya tariknya.

Meski tidak banyak orang yang dapat merasakannya, Noah yakin aroma khas yang keluar dari masing-masing orang itu dapat memikat orang lain. Seperti halnya Noah terpikat pada Galland.

"Anjir! Parfum lo makin hari makin nyengat!" omel Giovanni, ketika Galland masuk kelas. Oh, tentu saja. Aroma parfum Galland langsung menyebar ke seluruh sudut kelas. Galland tersenyum bangga.

Rian tertawa. "Kalo kena keringat jadi apek loh itu."

Pukulan Giovanni mendarat manis di bahu Galland. "Mampus lo!"

Galland seketika panik dan merangkul Noah. "Yang bener, No?! Lo kok enggak kasih tahu gue?!"

"Gampanglah, njir. Lo tinggal diem aja, enggak usah buat-buat keringat," celetuk Noah.

Uncovered Feeling [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang