Kini keempat remaja itu berada di ruang keluarga, rasanya menurut Zerga sangat bosan sekali apalagi tangan Inara yang tidak lepas dari tangannya.
"Lepasin, pegel." Setelah hampir dua jam tangan Inara nempel di tangan Zerga.
Inara mendengus."Ih aku tuh kangen tau, masih mau sayang-sayang sama kamu." ucap Inara.
Nania gadis itu hanya diam menatap lilin di depannya, pikirannya berkelana kamana-mana. Nania menghembuskan napasnya panjang membuat Arenza yang ada di sampingnya menoleh lalu mengusap rambut Nania, dia akan mencari kesempatan mumpung Inara lagi bersama Zerga karena jika Zerga tidak ada Inara tidak akan mungkin membiarkan dirinya melakukan hal ini pada Nania.
Boleh Arenza bilang kalau Inara itu egois, tidak mau kalah, dan takut semua hal yang di miliknya itu di rebut oleh Nania. Arenza juga heran kenapa Inara sangat begitu tidak suka kepada Nania yang sudah jelas bahwa dia adalah adik kandungnya.
Nania menoleh menatap Zerga dengan mata cokelat terang milik Nania yang di berikan Tuhan membuat Nania sangat indah dan cantik.
"Maafin Nania Kak." ucap Arenza membuat Inara menoleh kearah Nania sedangkan Zerga? Sedari tadi remaja tampan itu menatap Nania tanpa Nania sadari.
"Heem." ucap Arenza lalu membawa Nania ke dalam pelukannya. Inara menatap kesal kearah Nania dia tidak suka saat Nania dekat dengan orang-orang yang Inara sayangi. Tapi sekarang Inara akan kasih kesempatan, karena ada Zerga tetapi setelah tidak ada Zerga jangan harap Nania bisa menarik perhatian Arenza lagi.
Nania tidak bisa membendung air matanya, buliran air itu kembali hadir tapi dengan cepat Nania menghapusnya.
"Kayanya bakal mati lampunya lama deh," ucap Inara.
"Iya, mending kita ke kamar udah jam 22.03," ucap Arenza sambil melirik ponselnya yang menyala.
"Setuju," ucap Inara."Ayo Ga, aku antar ke kamar kamu." ajak Inara lalu bangkit dari duduknya sambil menyalakan senter ponselnya.
"Lo berani tidur sendiri?" tanya Arenza menatap kearah Nania. Nania dengan ragu mengangguk sedangkan Arenza tidak yakin."Lo tidur di kamar gue," ucap Arenza.
"Gak, Kakak apa-apaan sih. Nania udah gede, biarin dia tidur sendiri." ucap Inara.
"Tapi Nar, Nania takut gelap walaupun dia bawa lilin Kakak gak yakin kalau dia berani." jelas Arenza berusaha memberikan penerangan pada Inara.
"Kita tidur bareng aja." usul Zerga yang tadinya diam kini mulai bersuara.
"Not bad, tapi di kamar aku ya?" ucap Inara.
Arenza nampak berpikir lalu tak lama dia mengangguk."Gimana?" tanya Arenza pada Nania.
"Aku ikut aja." ucap Nania.
Kini akhirnya mereka pergi ke kamar Inara untuk tidur, Arenza membawa kasur lipat terlebih dahulu di kamarnya lalu setelah itu pergi ke kamar Nania untuk membawa boneka beruang karena Arenza tahu kalau Nania tidak akan bisa tidur kalau tidak ada boneka itu di sampingnya.
Inara di kamarnya mulai membereskan tempat tidurnya."Lo jangan tidur di samping gue, lo tidur di bawah aja Kak Renza lagi bawa kasur lipat buat lo." ucap Inara, Nania hanya mengangguk patuh.
"Zerga, kamu tidur di kasur lipat punya aku ya. Aku siapin."
"Gak usah, gue tidur di sofa aja." ucap Zerga.
"Serius? Nanti leher kamu sakit." ucap Inara.
"Gak bakal sakit, lagian tuh sofa mahal, empuk, luas, dan nyaman. Di kamar gue juga ada, di kamar Nania juga ada." ucap Arenza masuk sambil menenteng boneka dan kasur lipat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Z E R G A || Dangerous Husband √
Teen FictionWARNING!!! BANYAK KATAK-KATA KASAR, FRONTAL JANGAN DI TIRU DAN BEBERAPA ADEGAN DEWASA, MOHON BIJAK DALAM MEMBACA YA!!! "I'm sorry, please comeback to me." Instagram:_dinniy