Chap 22

8.6K 484 31
                                    

"Aku tidak mau tahu intinya perjodohan ini tetap dilanjutkan! Tidak peduli Jisung setuju atau tidak, perjodohan ini harus tetap berlanjut!" tegas Namjoon pada Eunhyuk.

Eunhyuk memejamkan matanya sebentar setelah mendengar keputusan Namjoon yang tidak setuju perjodohan anak-anak mereka itu dibatalkan. Mungkin ini salah nya yang menyetujui sepihak tawaran perjodohan yang diajukan oleh Namjoon dulu tanpa meminta pendapat Jisung.

"Aku minta maaf, Namjoon. Tapi melihat kejadian ini ku kira tak seharusnya kita memaksa anak-anak kita"

"Tidak, Eunhyuk. Perjodohan ini akan tetap berlanjut, kita melakukan ini juga untuk mereka. Jangan menghancurkan hubungan dekat kita, Eunhyuk "

Eunhyuk hanya bisa terdiam mendengar ucapan Namjoon. Ia memijat dahinya, merasa semakin pusing memikirkan masalah ini. Dilain sisi Jisung masih tidak diketahui keberadaannya dan sekarang Namjoon tetap bersikeras melanjutkan perjodohan anak-anak mereka.

"Oh ya Eunhyuk, baru-baru ini Soobin mengatakan padaku ada seorang pemuda yang menjadi hama diantara hubungan anak-anak kita"

"Siapa?"

"Jika aku tidak salah namanya Jaemin"

Deg!

"Itu tidak mungkin, Namjoon. Jaemin itu kakak sepupunya Jisung. Dia anak yang cuek dan tidak suka mengurusi urusan orang lain. Aku tidak percaya jika Jaemin seperti itu"

"Semua bisa terjadi, Eunhyuk. Semua bisa terjadi tanpa bisa ditebak" Namjoon menyeringai tipis.











Tidak terhitung berapa kali Doyoung mencoba menghubungi ponsel Jaemin dan Jisung. Dan tidak terhitung juga berapa kali ia menghela napas karena panggilan itu berakhir sia-sia. Ingin sekali ia melampiaskan kemarahannya sekarang pada Jaemin karena telah membawa adik bungsunya itu pergi tanpa seizinnya. Tetapi ia sadar hal itu akan semakin membuat Jisung membencinya.

Hubungan terlarang Jaemin dan Jisung hanya Doyoung yang tahu. Dan hal itu tentu saja akan menjadi aib besar bagi keluarga mereka jika sampai diketahui orang lain. Doyoung merasakan  pundaknya begitu berat menopang beban yang berusaha ia sembunyikan dari kedua orangtuanya ini karena cepat atau lambat kedua orangtuanya pasti akan mengetahui hal ini juga.

Pembicaraan dirinya dan Jisung beberapa hari yang lalu masih melekat di pikiran nya. Dimana Jisung terlihat begitu frustasi menjelaskan padanya tentang apa yang adik bungsunya itu pendam selama ini. Tangisannya, teriakannya, permohonannya semua kembali membayangi Doyoung.

"Aku sulit untuk bergaul dan mereka membully ku karena itu. Aku selalu diam karena itu keinginan kalian untuk menyekolahkan ku disana. Dan saat aku di pindahkan ke Korea, aku sangat senang karena aku bisa bertemu dengan kak Jaemin. Baru kali ini aku berani mengambil jalan ku sendiri tetapi tidak ada yang mau mengerti. Batasan-batasan yang ada, status yang mengikat, pandangan orang-orang, aku juga ingin punya jalan ku sendiri. Di saat aku berani menunjukkan cinta ku, semua orang pasti akan menganggap ku menjijikkan, durhaka, mengutukku, tanpa mau peduli tentang perasaan ku sedikit pun"

Tanpa sadar air mata Doyoung jatuh membasahi pipinya saat ingat kalimat Jisung padanya waktu itu. Saat itu ia dikuasai emosi sehingga tidak menyadari betapa kata-katanya sangat menyakiti adik bungsunya yang manis dan sangat disayanginya itu.

"Hidup itu penuh rahasia. Tapi jika menceritakan nya akan membuat lega, maka ceritakan lah"

Doyoung terkejut saat mendengar suara ibunya -Hyoyeon- itu berada di belakangnya. Hyoyeon melempar senyum tipis saat Doyoung menoleh ke arahnya dan setelahnya ia mendudukkan dirinya di samping anak pertamanya itu.

"Aku tidak menyimpan rahasia apapun" ucap Doyoung sembari mengusap air matanya.

"Benarkah?" nada bicara Hyoyeon terdengar ia tidak percaya atas perkataan Doyoung.

"Jangan menutupi apapun Doyoung. Mama mengenal mu nak. Ada yang kau sembunyikan dari kami. Kepergian Jisung dan Jaemin tentu tidak wajar, apa ada suatu hal yang tidak kami ketahui?"

Doyoung tidak tahu harus menjawab apa. Ia dilanda kebingungan antara jujur atau tidak. Ia takut jika ia jujur orang tuanya akan memberitahukan hal ini pada orang tua Jaemin dan membuat keluarga mereka menjadi pecah. Doyoung tidak ingin hubungan keluarga besar mereka retak.

"Doyoung, jawab pertanyaan mama"

"Ma, tidak ada yang aku sembunyikan. Hubungan ku, Jisung, dan Jaemin baik-baik saja. Kepergian Jisung tidak ada hubungannya dengan Jaemin" bohong Doyoung.

"Kau berbohong Doyoung. Kau tidak jujur"

"Ma, aku tidak--"

"Kenapa kau tidak jujur saja kalau Jaemin dan Jisung itu sudah menjalin hubungan?"

Deg!!

"Mama...."










Jaemin tidak hentinya tersenyum lebar, memperhatikan Jisung yang tengah bermain bersama kelinci-kelinci peliharaan Yeonjun. Layaknya anak kecil, Jisung mengejar kelinci-kelinci itu dengan semangat. Sesekali ia menggembungkan pipinya karena tidak berhasil menangkap kelinci peliharaan Yeonjun itu.

"Kemari, Jwi" panggil Jaemin pada Jisung yang tampak kelelahan mengejar kelinci-kelinci itu.

Mendengar panggilan Jaemin, Jisung pun melangkah mendekat. Ia menggembungkan pipinya dan melengkungkan bibirnya ke bawah yang tampak sangat menggemaskan di mata Jaemin.

Jisung duduk disamping Jaemin dan  menyandarkan kepalanya di pundak Jaemin. Ia memejamkan matanya sebentar, merasa lelah karena terlalu lama berlarian.

"Bayi besar kakak lelah ya?" tanya Jaemin lembut.

Jisung mengangguk. Kedua matanya masih terpejam, menikmati angin yang berhembus sepoi-sepoi menyentuh kulitnya.

Kecupan manis Jaemin berikan di bibir Jisung dan itu berhasil membuat Jisung membuka matanya. Kedua pipinya memerah malu saat bertatapan dengan Jaemin dari jarak yang sangat dekat.

"Wah, apakah aku datang di saat yang tidak tepat?"

Jisung refleks menjauhkan dirinya dari Jaemin saat mendengar suara seseorang dari arah belakang mereka. Seseorang yang baru saja datang itu tertawa saat melihat Jisung yang tampak salah tingkah namun berbeda dengan Jaemin yang tampak kesal karena kedatangan nya dan menatapnya datar.

"Kau kemari dengan siapa, Yeonjun?" tanya Jaemin datar pada sahabat nya itu.

"Aku datang dengan membawa tamu spesial kita"

"Siapa?"

"Kemari lah kalian berdua"

Deg!

Mata Jisung membulat sempurna saat melihat siapa tamu yang dimaksud Yeonjun, terkejut karena ia mengenali salah satu tamu itu. Jaemin pun sama terkejutnya namun ekspresi itu bisa Jaemin kendalikan dengan ekspresi datarnya.

"Soobin, bagai--" ucapan Jisung terpotong saat Soobin tiba-tiba memeluknya erat.

"Aku merindukanmu, Jie" ucap Soobin lembut.

Jaemin yang berdiri disamping Jisung menatap tidak suka ke arah Soobin dan ia semakin kesal saat Clara menggandeng lengannya. Dengan cepat Jaemin menepis tangan Clara dan pergi dari tempat itu. Sebelum berlalu melewati Yeonjun, Jaemin berhenti sebentar di depan Yeonjun dan menatap tajam sahabatnya itu yang tengah tersenyum mengejek.

"Aku punya rencana besar. Kau tenang saja, Jisung tetap akan menjadi milik mu" ucap Yeonjun pelan pada Jaemin dan menyeringai kecil.

"Aku pegang ucapan mu, Yeonjun"

"Kau bisa percaya aku, sahabat baik ku"











TBC.

Happy new year

See You👋

Naughty Cousin 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang