"Hidup itu membutuhkan perjuangan, karena tak ada satu hal pun yang bisa sukses tanpa sebuah perjuangan"
-Takdir Sang Ilahi-
°°°
Matahari perlahan menampakkan diri. Cuaca di pagi hari membuat suasana nyaman bagi setiap orang, termasuk gadis yang sudah rapi menggunakan kemeja di padukan dengan rok plisket, dan tak lupa menggunakan hijab yang senada. Menatap pada pantulan kaca sembari memasang liptint di bibir ranumnya. Tak ada polesan apapun yang gadis itu gunakan, namun justru terlihat cantik dan natural.
Pagi ini, gadis bernama Alifah Kaina Syahira itu sedang mencari pekerjaan. Setelah lulus SMA, sebenarnya Alifah ingin melanjutkan kuliah, tetapi semua harapan itu sirna. Lebih baik, ia mencari sebuah pekerjaan untuk pengalaman di hidupnya.
Setelah semua selesai, Alifah lantas mengambil map yang sudah disiapkan itu. Dalam hati, ia berdoa dan berharap bisa segera mendapatkan pekerjaan. Helaan napas panjang terdengar, Alifah ingin terlepas dari kekangan ibu tiri serta saudara tirinya itu.
Sementara di meja makan, terlihat keluarga itu sangat bahagia dan seolah lupa dengan gadis itu. Alifah hanya bisa menatap sendu pada sosok ayah yang sangat ia rindukan. Walaupun berada di tempat yang sama, namun seperti sangat asing. Bukan hanya sekali, Alifah melihat momen di depannya itu, tetapi sudah berkali-kali dan itu sangat menyesakkan.
Menghela napas panjang untuk menghilangkan sesak dalam hatinya. Kemudian Alifah berjalan ke arah meja makan yang di mana semua terlihat bahagia. Sinta-ibu tiri Alifah yang menyadari kedatangannya, lantas tersenyum penuh arti.
"Selamat pagi, Alifah. Mau sarapan bersama?" sambut Sinta dengan senyuman yang mengembang penuh arti.
Alifah menetap sekilas ke arah ibu tirinya itu. Ia kemudian beralih menatap ayahnya. Sinta yang di balas dengan tatapan seperti itu, sangat kesal, namun sebisa mungkin harus meredam emosi nya.
Alifah menatap pria paru baya yang merupakan ayahnya itu dengan ragu-ragu. Ada perasaan takut dalam hatinya.
"Ayah.." panggil Alifah lirih.
Tak ada sahutan dari pria paru baya tersebut dan membuat Alifah lagi-lagi hanya bisa menghela napas. Sinta dan Angel tersenyum sinis ke arah gadis malang tersebut.
"Ayah.." panggil Alifah lagi. Dan langsung membuat pria berkepala empat itu menatap Alifah.
"Ada apa?" tanyanya sangat dingin.
Senyum tipis terukir di bibir ranum Alifah. Meski dingin, setidaknya sang ayah menyahut. Alifah mengigit bibir bawahnya dengan perasaan gugup hanya sekedar berucap.
"Hari ini Alifah mau cari pekerjaan, yah."
Tak ada ada sahutan lagi. Detik kemudian, Herman membuka suara yang seketika membuat hati Alifah sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Ilahi [END]
Spiritual(Follow sebelum membaca) "lantas, ketenangan seperti apa yang kau cari di dunia? jika orang yang sudah tiada saja masih ingin di do'akan agar bisa tenang." kata itulah yang menjadi hal yang selalu di ingat dalam hidup seorang gadis bernama Alifah Ka...