(BAGIAN KETIGA DARI FAOI RUN)
Kisah terakhir dari keluarga Lee
Namun awal dari kisah putra pertama mereka Riki Lee, atau lebih di krnal dengan nama Sean Park
Sean memutar bola matanya malas, Hayong sering sekali berkata seperti itu, tapi nanti ujung-ujungNya juga bilang 'saranghae'.. kalau sedang minta uang tentunya
Dia jadi bertanya-tanya, ini sebenarnya yang kakak itu dia atau Hayong sih ?
Oh, sekedar informasi saja.. saat ini mereka sedang duduk berdua di bangku kantin sekolah dengan seporsi makanan di hadapan mereka.
Sebenarnya Sean sangat jarang berada di kantin karena tidak suka dengan keributan yang nantinya akan terjadi karena keberadaannya. Tapi berhubung Hayong sudah terlanjur menarik tangannya dan meminta makan jadi ya mau tak mau dia harus duduk manis di bangku kantin.
“kenapa bertanya seperti itu ?” tanya Hayong saat ia sudah selesai dengan acara makanNya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sean yang sejak tadi hanya diam dan menatap kosong ke baki makananNya lantas mengangkat pandangan lalu menggeleng.
“Bohong, ayo katakan”
Perlahan Sean bangkit dari duduknya, dibungkukkannya sedikit tubuhnya lalu menyentil kecil kening Hayong yang memang duduk berseberangan dengannya.
“Aw”
Sean tersenyum kecil lalu mengambil beberapa lembar won yang ada di saku ya untuk di berikan kepada Hayong.
“aku pergi” ujarnya lalu meninggalkan Hayong
“ah gila, aku benar-benar iri dengan Hayong”
“Kapan aku bisa sedekat itu dengan Sean Park”
“semakin hari dia terlihat semakin tampan”
“Rasanya aku tidak ingin lulus tahun ini, meninggalkan wajah tampan Sean benar-benar terasa berat”
Yaa, Hayong akui Sean memang tampan sih.. tapi kenapa kalau dia mendengar semua ucapan itu dia geli sendiri ya ?
“Sepertinya paman Heeseung lebih tampan” gumam Hayong lalu menarik baki makanan Sean
Makanannya masih utuh
Sayang kalau dibiarkan. Mending dia makan saja.
000
Sepulang sekolah Sean tidak langsung kembali ke asrama, dia lebih dulu mampir ke kedai ramen untuk makan siang (menjelang sore) karena di kantin tadi dia sama sekali tidak menyantap makanannya.
“Bibi ramen pedasnya satu” seru Sean kepada bibi pemilik kedai
Hanya kedai kecil sederhana. Sean tidak suka makan di tempat yang mewah-mewah. Asal enak, murah dan nyaman, itu sudah lebih dari cukup