[14] Aliansi

19 3 0
                                    

Too much light can blind you
You need darkness for balance

Normal Pov

"Kau yang disana, keluarlah atau jangan salahkan aku, jika sampai melukaimu" kata Nia dingin.

Benar saja dari balik kegelapan keluarlah seseorang. Tepatnya seorang pria, dia mendekat menuju tempat Nia berdiri.

Meski Nia berada dijalan yang tidak diterangi lampu tapi pantulan dari lampu dibelakangnya cukup baginya untuk mengenali siapa orang didepannya.

Giovani.

Gio.

"Maaf, aku tadi ingin kerumahmu tapi aku malah melihatmu keluar dengan Cinthia. Jadi, aku memutuskan menunggumu disini. Aku tidak berpikir, kau akan ketakutan." ujar Gio menyesal.

"Jadi, apa urusanmu menemuiku?" tanya Nia to-the-point.

Dia sudah cukup lelah hari ini dan jika bisa dia tidak ingin bertemu siapapun dari keluarga Baskara lagi. Tenaganya sudah benar-benar habis karena menemui tante Kate tadi.

"Membuktikan keseriusanku." Jawab Gio serius.

Nia melihat Gio dengan tatapan tidak mengerti. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sedang pria didepannya bicarakan.

Keseriusan apa?

"Jangan berpikir, aku bisa membaca pikiran dan mengerti apa yang kau pikirkan hanya dengan melihatmu." Sarkas Nia berlalu melewati Gio.

"Nia, kau harus mendengarkanku dulu."

Gio merasa terabaikan menahan pergelangan tangan Nia tapi Nia dengan cepat menepis tangan Gio kuat. Nia menatap Gio tajam dan dingin.

"Jangan menyentuhku tanpa ijin. Sekali lagi kau melakukannya, kepalamu akan berakhir menjadi pelumas jalan ini. Mengerti?" ancam Nia.

Gio mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah

"Oke, oke. Aku minta maaf, aku tidak akan melakukannya lagi. Tapi bisa kau dengarkan dulu, apa yang ingin kukatakan?" bujuk Gio.

"Kau ingin semua orang tau, kau sedang bersamaku?" sahut Nia beberapa langkah didepan Gio.

Gio tersenyum lalu mengekori Nia kembali kerumahnya. Untungnya, tinggal dirumah ini adalah lokasinya yang berada paling ujung.

Jauh dari tetangga dan tidak ada yang curiga jika terjadi sesuatu disini.

"Katakan, apa tujuanmu?" desak Nia begitu Gio masuk kedalam ruang tamu.

"Tidak bisakah kau persilakan aku duduk dulu? Apa kita harus bicara sambil berdiri begini, hmm?" sahut Gio.

Nia memutar bola mata jengah dan duduk sejauh-jauhnya dari Gio.

Berjaga-jaga jika seandainya Gio memiliki niat lain. Sementara, Gio duduk berseberangan dengan Nia.

"Bisa aku minta air?"

"Langsung saja, sebelum aku menendangmu keluar dari sini." ancam Nia datar

"Oke"

Gio mengeluarkan buku dari tas kecil yang bertengger dipinggangnya sejak tadi itu.

Buku dengan cover kulit berwarna hitam dengan aksen warna emas yang membentuk inisial I tepat tengah-tengahnya.

Nia memperhatikan buku itu sejenak sebelum kembali menatap Gio, seolah bertanya buku apa yang dibawanya itu.

"Ini jurnal Indra."

"Jurnalnya bang Indra? Dapet darimana?"

Nia berusaha menggapai buku itu namun Gio menariknya kembali. Nia menatap Gio tajam.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang