Musik: Runtuh.
By 'Feby Putri ft. Fiersa Besari'🍁🍁
Panti asuhan Little Sun, sebuah bangunan lapuk yang berdiri di pinggiran kota Shetle itu telah menjadi rumah bagi puluhan bahkan ratusan anak yang terbuang secara berkala.
Dan salah seorang dari anak-anak malang itu adalah Jisung. Si manis yang bahkan tak punya marga semenjak ia lahir di dunia. Anak yang terbuang, dititipkan di tempat ini, anak yang tidak diinginkan.
Jangankan marga, orang tua saja ia tak tau seperti apa wujudnya. Jisung hanya tau Bibi Nam, wanita baya yang selama ini merawat dirinya dengan penuh kasih. Wanita yang ia panggil dengan sebutan Ibu.
"Jisung! Hey nak, disini kamu ternyata. Ayo, makan sama Ibu ya, sama teman-teman juga."
Ah, itu dia. Wanita penuh kasih dan sayang dengan tutur katanya yang lembut menenangkan. Ibu, dia Ibu dari semua anak yang ada di sini.
Jisung hanya tersenyum tipis saat Bibi Nam membawanya menuju meja makan dimana anak-anak lain sudah berkumpul dan siap untuk makan bersama. Berbeda dengan anak-anak lain yang menu makannya terdapat sosis panggang, nasi, dan beberapa potong daging asap, menu di piring milik Jisung hanyalah campuran tahu kukus, kacang merah serta sedikit minyak zaitun dan garam sebagai penyedap.
Tak apa, Jisung sudah terbiasa. Walaupun ia ingin sekali memakan menu yang sama seperti anak lain, tapi Jisung tau ia tak bisa. Lagipula, ini baik untuknya.
"Jisung, ayo makan nak. Setelah ini harus cepat tidur, lihat jam dinding disana!" Bibi Nam menunjuk ke dinding pembatas antara ruang makan dan dapur sehingga Jisung mengikuti arah tersebut dengan ekor matanya. Kemudian wanita itu berbicara lagi, "sudah hampir tengah malam. Jangan sampai waktu istirahat mu terlewat."
Jisung hanya mengangguk patuh, membuat wanita itu tersenyum dan mengelus surainya dengan lembut. "Makan yang banyak. Oh ya, besok jadwal pemeriksaan dimajukan menjadi pagi hari. Ibu harap kamu tidak terlambat bangun ya."
Lagi, Jisung mengangguk.
•
Changbin, lelaki bertubuh kekar namun tak terlalu tinggi itu baru saja membuka matanya saat suara ketukan yang besar terdengar dari arah pintu kamar.
Melirik jam kecil di nakas, ia menghela nafas karena saat ini bukan waktu yang tepat bagi siapapun orang di balik pintu sana membangunkan dirinya. Masih tersisa satu jam dua puluh menit lagi.
"Hey Changbin! Kamu masih tidur? Nak, bangunlah... Hari ini jadwal Jisung ke rumah sakit, kamu melupakannya?"
Mata Changbin yang semula masih begitu sipit seketika terbuka lebar saat mendengar teriakkan Bibi Nam yang sebenarnya adalah Ibu kandungnya itu. Astaga, bagaimana ia melupakan tentang Jisung? Changbin bodoh!
"Iya Bu, sebentar, astaga aku lupa! Bu, suruh Jisung menunggu lima menit lagi yaa!"
Changbin segera melompat dari atas kasurnya, masuk ke dalam kamar mandi guna membasuh muka dan gosok gigi, lalu setelahnya menyambar kemeja katun bermotif kotak-kotak untuk ia kenakan.
Ketika sampai di bawah, ia sudah ditunggui oleh Jisung yang duduk tenang di depan meja makan. "Maaf, aku lupa hehe."
"Kamu sudah makan, Jie?" tanya Changbin lembut. Dan sosok manis di depannya mengangguk disertai senyum indah yang membuat hati Changbin berbunga-bunga sehingga bibir lelaki itu tak bisa tak ikut tertarik ke atas.
"Ibu membuatkan bubur kacang merah untukku. Changbin sudah makan? Kalau belum, kamu bisa makan dulu."
Changbin memperhatikan gerakan-gerakan tangan yang Jisung lakukan sebagai cara anak itu berkomunikasi selama ini, bahasa isyarat. Kepala Changbin menggeleng pelan kemudian menyahuti pertanyaan si kecil, "aku tidak lapar, ayo kita berangkat captain!"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNWANTED (Bang Fam)
Fanfiction"Maaf, maaf karena Jisung terlahir sebagai anak yang tidak diinginkan." . "Kalau dulu aku tidak mencoba mengugurkannya, mungkin saat ini, aku telah menjadi orang tua yang paling bahagia di dunia." . "Maafkan aku, sekarang tolong pertemukan aku denga...