"Geonhak, aku mau es krim lagi. "
Langkah kaki Geonhak terhenti ketika tangannya ditarik oleh sang kakak yng tiba-tiba mogok jalan karena es krimnya habis.
"Hyung, salju turun semakin lebat. Cuaca juga semakin dingin, kenapa kau malah minta es krim terus sih?"
"Belikan lagi," rengek Youngjo. "Please... please... Geonhak pleaseee... jangan pelit begitu."
"Aku bukan pelit. Kau terkena serangan demam selama satu minggu bulan lalu saat kita tengah berlibur, akibat kecanduanmu akan es krim. Kau mau aku membawamu ke dokter dan disuntik lagi?"
Youngjo memberengut. "Tentu saja tidak, tapi aku masih belum kenyang."
"Kita bisa beli makanan lain, bagaimana dengan sosis bakar? Oh, atau pie susu kesukaanmu?"
Kepala Youngjo menggeleng.
"Aku mau yang cokelat," Youngjo seolah tidak peduli. Dia meremat tali tas berbentuk kucingnya sambil menunjuk ke arah etalase sebuah kafe es krim. "Yang itu tuh."
Geonhak menghela nafas. Mana dia tega sih. Mata Youngjo sudah berkaca-kaca dan wajahnya lebih merah. Bibir anak itu mengerucut. Dia menjilatnya sekilas sambil tetap menatapi pajangan es krim dalam etalase. Tubuh bongsor Youngjo pun masih belum mau beranjak. Tidak akan ada gunanya juga melarang sambil memberi penjelasan panjang lebar.
"Baiklah, baiklah. Satu lagi, okay?"
Jelas saja dia langsung mengangguk bersemangat. Senyumnya kembali melebar. Senyuman yang bisa menular begitu cepat pada siapa pun yang menyaksikan. Senyum yang berhasil membuat sang adik berangsur luluh padahal ia adalah pria yang terkenal keras juga tegas tapi demi Youngjo, Geonhak selalu punya pengecualian.
"Kau tunggu di sini," kata Geonhak sambil melirik ke dalam. Kafe terlihat cukup penuh. Dia tidak ingin Youngjo berbuat ulah dengan memegang atau memainkan apapun yang terlihat menarik baginya di dalam sana.
"Okki dokki," sahut Youngjo riang.
Dia bahkan menjinjitkan kedua kakinya saking senang. Geonhak lalu masuk ke dalam sementara Youngjo diam di depan etalase sebuah toko jam tangan. Bagian kaca besar di hadapan Youngjo tertutup oleh poster sang model jam tangan yang mereka jual. Seorang pria berpenampilan executive. Setelan jas mahal dan jam tangan rantai yang keren di pergelangan sebelah kiri menampilkan kesan maskulin yang elegan. Fotonya diambil dari angle yang pas, dimana tulang rahang sang model terlihat lebih tajam juga seksi. Saturasi perpaduan warna kulitnya yang dibuat warm, serta pantulan cahaya kuning di setiap empat sudut pigura itu memantulkan kilau sinar lembut sekaligus indah.
Youngjo mengeluarkan ponsel dari saku sweater. Dia terkesima dengan tampilan sang model jam tangan. Benar-benar tampan, seperti aktor-aktor dalam drama yang pernah ia tonton. Youngjo menengadah. Kamera ponsel ia arahkan lebih tinggi. Dia atur keseimbangan cahaya mengingat sudah terlalu banyak lampu yang menyinari wajah sang model.
Pahatan Tuhan yang begitu sempurna.
Tiba-tiba pipi Youngjo menghangat saat melihat hasil gambar yang tersimpan dalam galeri ponsel pemuda itu.
"Apa manusia seperti ini benar-benar ada dan hidup? Dia begitu tampan," gumam Youngjo. Tangannya yang tertutup sarung berbahan wol memperbesar layar ponsel.
Youngjo tersenyum. Dia lalu membetulkan letak earmuff warna merah muda di kepalanya sambil kembali melirik ke pintu toko es krim. Tidak lama kemudian, Geonhak kembali dengan satu cup berisi tiga macam skup es krim di tangan. Youngjo segera memasukkan ponsel dalam tas kucing yang ia soren lalu meraih es krim itu.
"Terima kasih," seringainya sambil menerima es krim dengan mata berbinar.
"Setelah ini kau harus menggosok gigimu dan jangan minta makan waffle untuk sarapan besok pagi," omel Geonhak.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERSELUFT || RAVN 🔞
FanfictionRavn berhak dicintai lebih luas dari Universe. Ravn berhak memiliki galaksinya sendiri untuk menjalani berbagai macam cerita yang lebih luas dari semesta.. Ravn dan Kim Youngjo adalah dua karakter berbeda. Semua bisa menyatu dalam setiap cerita. T...